Kanojo no Imouto to Kiss wo Shita Volume 1 - Bab 13


Bab 13 | - Suram x Akhir Pekan -


[Catatan Penerjemah: Sudut Pandang Shigure]

"Kalau begitu aku pergi."

"Ya, semoga berhasil. Semangat, Onii-san!"

"Mm."

Dia mengangguk sedikit karena malu, dan pergi. Aku melambai padanya yang pergi sampai pintu kembali ditutup.

Dia tampak mengantuk. Kurasa itu karena panggilan dari Nee~chan-ku.

Kemarin, aku tidak mendengarnya mendengkur sampai jam 03:00 pagi. Kurasa dia terlalu gugup untuk tidur.

"Nah, sekarang…"

Setelah mengantarnya pergi, aku pergi ke dapur. Aku harus menyiapkan makan malam untuknya. Dia akan makan siang dengan Nee~san, jadi mungkin dia akan pulang pada malam hari. Jelas kalau dompetnya tidak cukup tebal untuk makan di luar dua kali dalam sehari.

Nah, menu hari ini adalah sayur tumis. Aku akan membumbuinya dengan pasta cabai Cina untuk menutupi kekurangan daging.

"Fuwa…"

Astaga, apa yang kulakukan, malah menguap di tengah-tengan memasak.

Aku semalam terkadang memeriksa dirinya apakah dia sedang tidur atau tidak. Karena tadi malam kami bertengkar saat makan malam.

Aku tidak mundur ketika aku seharusnya melakukannya, dan aku sadar bahwa aku terlalu banyak bicara.

Aku tahu kalau aku melukai harga dirinya. Tapi aku tidak mundur karena dia membutuhkan suatu tendangan di celananya. Dia seorang penurut yang memaksa Nee~chan-ku untuk melakukan panggilan telepon itu.

Dan kemudian, dia mendorongku ke bawah.

Aku sudah punya rencana untuk menghadapinya. Bagaimanpaun juga, aku rajin berolahraga dan pandai bertarung.

Tapi…

Begitu dia mendorongku ke bawah, aku tidak bisa melawan balik.

Meski begitu, aku tidak gemetar ketakutan. Itu perasaan yang aneh. Aku benar-benar tidak bisa menggambarkan momen itu.

Aku membayangkan reaksinya.

Aku berpikir: Jika aku tetap seperti ini, seberapa jauh dia akan melangkah?

"…"

Aku sangat menyadari perasaanku terhadap saudara laki-lakiku, Hiromichi Sato.

Aku tidak tahu kenapa, tapi ketika aku pertama kali melihatnya, jantungku berdegup kencang.

Aku suka bagaimana dirinya yang memaksakan diri untuk memanggilku dengan namaku sebagai tanggapan atas keluhanku. Aku suka cara dirinya saat mencoba yang terbaik untuk tidak menggangguku meskipun dia buruk saat melakukan sesuatu.

Setiap kali kami bermain-main, aku suka keputusasaannya yang lucu untuk bertindak sebagai kakakku.

Meskipun kami adalah kakak-adik, kami hanya mengenal satu sama lain selama sekitar satu bulan. Jadi tidak mungkin bagiku untuk melihatnya sebagai kakak.

Aku merasa dirinya lebih dari sekedar keluarga bagiku.

Dan kalau dipikir-pikir, aku dan saudariku adalah saudari kembar yang gila.

Tidak hanya kami memiliki penampilan yang sama, tapi juga gaya rambut, parfum, dan bahkan perasaan khusus untuk pria yang sama.

Tapi perasaan ini tidak mengarah pada cinta. Meskipun dia adalah kakak tiriku, dia tetap kakakku, dan juga pacar saudariku.

Tidak mungkin baginya untuk jatuh cinta padaku.

Itu tidak mungkin…

Apa yang kulakukan kemarin adalah sesuatu yang mendadak.

"Mungkinkah aku takut?"

Bagaimanapun juga, aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku akan lebih berhati-hati mulai sekarang.

Kurasa (ketakutan) ini hanyalah asumsi yang tidak berdasar. Karena jika dia mencoba lebih dari itu, aku akan kembali ke akal sehatiku. Aku yakin itu.

Lagipula, aku membenci yang namanya--cinta.

Aku benci cinta karena cinta itu sesuatu yang tolol.

Aku benci cinta karena membuat seseorang jadi bingung. Aku benci cinta karena membuat seseorang jadi bergerak maju mundur hanya karena keraguan sederhana. Dan bahkan sampai mengganggu orang-orang di sekitarnya.

Cinta itu rapuh.

Aku tidak peduli jika orang lain jadi bersemangat tentang itu.

Aku tidak punya niat untuk membodohi diri sendiri.

Aku puas dengan hubunganku saat ini dengan Onii-san. Ini malah lebih baik dari yang bisa kubayangkan. Dia adalah satu-satunya yang mendengarkan keegoisanku dengan kebaikan.

Dia memanjakanku.

Dia menjagaku.

Dia Onii-san-ku yang imut.

Dan itu saja cukup untukku.

Itu sudah dan akan selalu cukup.

Meski begitu,

"Aku sudah terlibat dalam komedi cinta ya."

Aku menggerutu saat menyajikan tumis sayur di piring.

Yah, akan ada masalah jika dibiarkan begitu saja.

Yaitu sudariku.

Secara kebetulan, aku tinggal dengan pacar saudari kembarku. Bagaimana aku harus bilangnya ya, ini cukup menantang.

Untuk saat ini sih tidak apa-apa. Karena tidak mudah baginya untuk mengetahui bahwa kami tinggal bersama di bawah satu atap. Tapi apa yang akan terjadi jika dia menemukan kebenaran...

Bahkan setelah orang tua kami kembali, dia tidak akan senang mengetahui pacarnya tinggal dengan saudari kembarnya. Ini akan membawa kekacauan ke komedi cinta di mana saudariku memainkan peran utama.

Dan aku, sebagai dalang, harus hati-hati menyiapkan panggung untuknya. [Caatatan Penerjemah: 黒子Kuroko (pendukung di belakang layar).]

Sejujurnya, pasti sungguh menyenangkan dibantu oleh orang asing yang terjebak dalam komedi cintamu. Tapi demi saudariku, aku tidak peduli jika aku harus memainkan peran orang asing itu.

Kurasa aku akan membantunya sedikit.

Itu karena aku menyayangi saudariku.

Dia mengeluh jika aku memiliki sepotong kue yang lebih besar darinya, atau jika aku terus menang dalam permainan. Tapi setiap kali aku memberinya potongan yang lebih besar atau kalah dengan sengaja, senyum polosnya membuatku lebih bahagia daripada memakan seluruh kue atau memenangkan permainan.

Kebahagiaannya lebih dari segalanya bagiku.

"Sekarang…"

Apa yang harus dilakukan adik perempuan imut ini untuk kakak perempuannya yang cantik?

Aku harus menyelesaikan semua hubungan aneh yang ada dan kekhawatiran yang mungkin muncul di masa depan.

Nah, kakak laki-laki itu tolol, tapi masalah yang diciptakan oleh kami yang tinggal bersama dapat diselesaikan hanya dengan satu langkah, mulai besok, bukan setahun dari sekarang.

Bagaimana caranya?

Itu mudah.

Aku meletakkan sayur tumis, nasi dan sup di atas meja, meletakkan penutup makanan di atasnya, lalu meletakkan catatan di samping untuk menginstruksikan kakakku supaya makan malam lebih dulu karena aku akan terlambat pulang.

Kemudian aku mengeluarkan ponselku dan menghubungi orang tertentu.

"Halo, apa ini Aizawa-san?"

---

Jam dua siang.

Aku menunggu di depan stasiun, dan dia datang tepat waktu.

"Yoo-hoo! Shigure-chan!"

"Halo, Aizawa-san. Aku minta maaf karena memanggilmu begitu tiba-tiba. Apa aku mengganggumu?"

"Tidak, tentu saja kau tidak menggangguku. Aku selalu siap untuk kencan."

Akira Aizawa tertawa sambil memamerkan gigi putihnya. Dia fakboy nomor satu di sekolah kami. Dia telah mengajakku keluar setiap hari sejak hari pertamaku di sekolah ini.

Dan hari ini, dia mengenakan pakaian yang kasar, berbeda dari blazer sekolah yang biasanya kulihat. Dia mengenakan kaos cetak putih dan denim tipis, yang merupakan kombinasi sempurna dan memberinya tampilan yang menyegarkan. Perawakan keseluruhannya diperindah dengan aksesoris di bagian leher dan pergelangan tangan yang membuatnya tampil keren.

Selera fashionnya berbeda dengan Onii-san-ku yang memakai kaos kerah bersilang agar terlihat modis. Dan sejak awal, Onii-san tidak punya gelang.

Ngomong-ngomong, aku juga berpakaian lebih bagus dari biasanya.

Pakaianku adalah gaun princess-line merah mudah yang jarang kupakai karena merepotkan untuk dicuci, pakaian kasual yang sempurna di musim panas, dengan sedikit riasan. Kakiku terilhat melalui heel, menunjukkan cat kuku gel yang tipis.

Itulah yang kusebut tampilan yang layak.

Ini adalah tampilan ternyaman untuk karakterku yang biasa, dan yang terpenting, ini sangat populer di kalangan pria.

Dia tidak tampan. Tapi sangat populer di sekolah, cowok di depanku ini juga dikenal sebagai pemain RTA yang seksi.

Itu sebabnya aku tidak bisa datang hanya dengan jersey.

Bagaimanapun juga, ini adalah kencan.

"Aku sangat senang kau mengajakku kencan."

"Aku benar-benar ingin kencan denganmu, dan sekarang ujian tengah semester telah selesai, aku bertanya-tanya apakah kau tertarik untuk itu. Aku senang kau memiliki waktu luang."

"Apa kau ingin pergi ke suatu tempat? Jika tidak, serahkan padaku. Aku tahu area-area kota ini dengan sangat baik."

"Kalau begitu aku serahkan padamu, Aizawa-san. Terima kasih."

"Oke! Kalau begitu ayo pergi ke Kafe! Ada toko bagus di dekat sini."

Dia kemudian meraih tanganku dan mulai berjalan.

Dia melakukannya secara alami, dan aku cukup akrab dengan kecerdasan yang menjijikkan ini. Ini adalah lompatan besar dari mereka berdua (Haruka dan Hiromichi) yang membutuhkan waktu sebulan hanya untuk berpegangan tangan.

Begitulah akhirnya aku berkencan dengan Aizawa.

Yang jelas ini bukan karena aku naksir dirinnya. Ini satu-satunya cara untuk memperbaiki masalah yang melibatkan Nee-chan, Onii-san, dan aku secara instan.

Jika aku punya pacar, Nee-chan tidak akan khawatir meskipun dia tahu aku tinggal bersama pacarnya. Dengan begitu tidak akan ada lagi konflik di antara kami karena sesuatu yang sepele seperti cinta.

Dan ini tidak akan menimbulkan masalah bagi Onii-san, yang terjepit di antara kami bersaudari.

Alasanku memilih pria ini sebagai bidakku adalah karena aku tidak merasa bersalah menggunakan dirinya. Sungguh menyakitkan hatiku untuk menggunakan seseorang seperti Otot-kun (Tanaka) sebagai pacar meski tidak perasaan romantis sama sekali.

Gini-gini aku juga punya hati nurani.

Aku tahu garis mana yang tidak boleh dilintasi. Dan kau tidak akan pernah tahu kapan hubungan yang dibangun di atas cinta palsu akan berantakan.

Aku harus tetap menjalin hubungan setidaknya satu tahun, jika tidak, kami akan mendapat masalah besar.

Dan, Aizawa akan mengikuti kebohonganku.

Aku berniat untuk memanjakan fakboy ini, jadi kami bisa menjaga hubungan ini lebih dari setahun. Tidak ada selain dirinya yang akan membantuku menipu Nee-chan dan Onii-san.

"Tempat ini menawarkan bubble tea yang enak. Dan pemandangannya juga bagus."

“Kau suka bubble tea?”

"Aku suka itu. Aku sangat menyukainya sehingga aku tidak akan dapat hidup sehari pun tanpa bubble tea."

Sambil bertukar lelucon garing, aku memesan matcha green dan teh susu untuknya. Lalu pergi ke teras kafe.

Ini toko yang populer di kalangan gadis. Dan tetnu merupakan tempat yang bagus untuk kencan.

Yah, aku benci bubble tea tapi…

Yang kumaksud bukan teh secara umum…tapi ide di balik menjualnya dengan harga lebih tinggi.

Aku miskin, jadi aku cenderung memilih makanan yang sangat murah.

"Siapa sangka kau akan terlihat seimut ini dengan pakaian ini~ Kau sudah seperti tuan putri sungguhan."

"Apa~. Aku tidak percaya, tolong jangan menggodaku."

"Jangan malu, gelang itu juga terlihat bagus untukmu. Pasti  itu cukup mahal."

"Tidak, ini gelang murah yang kubeli dari pedagang kaki lima."

"Wow! Kau memiliki selera fashion yang keren. Kau harus bergabung denganku untuk memilih yang perak lain kali."

"Aah! Kalungmu memiliki bentuk yang menarik. Apakah itu baut?"

"Ya. Tapi ini agak longgar. Aku menjatuhkannya beberapa hari yang lalu, jadi aku berusaha untuk tidak kehilangannya lagi. Aku sedang berpikir untuk membeli yang lain dengan harga yang lebih tinggi."

"Oh! Hahaha."

Kami berdua mengobrol sebentar.

Aizawa bertanya tentang pakaian favoritku.

Siswa yang bersekolah di sekolah yang sama dapat berbicara tentang sekolah, tapi percakapan seperti itu buruk untuk kencan.

Topik sekolah memang menyenangkan untuk dibicarakan, tapi itu bukan topik yang membahagiakan. Maka dari itu, alangkah baiknya jika seseorang memuji fashionmu atau memberimu godaannya. Kedua perasaan ini tampaknya serupa, tapi keduanya sama sekali berbeda.

Perasaan menikmati bisa dengan mudah berubah menjadi persahabatan, dan perasaan bahagia bisa dengan mudah mengarah pada cinta.

Jika kau tidak memahami ini dan hanya mengejar kesenangan, kau akan menemui jalan buntu di mana kau akan saling mengenal tapi jarak antara dirimu tidak akan semakin pendek.

Seperti yang diharapkan, fakboy ini tahu apa yang ada di dalam hati wanita.

Setelah sekitar 20 menit mengobrol tanpa gangguan meski tidak melelahkan yang diisi dengan humor…

"Hah? Itu Ai kan. Kau sedang minum bubble tea?"

"Kau akan jadi gemuk, tahu."

Sepasang dua anak laki-laki dan perempuan mendekati meja kami. Mereka tampaknya adalah penggemar berat EDM. Itulah kesan pertama yang kudapat dari penampilan mereka.

"Ah. Ai-chan bersama pacar barunya."

"Benarkah? Apa kau ini tidak begitu cepat berganti-ganti pacar."

"Kawan. Aku tidak tahu kenapa kau sepopuler ini?"

"Tunggu, kenapa kalian ada di sini? Yah, dia orang baru di kota ini. Jadi aku menunjukkan padanya area-area kota."

"Apakah mereka temanmu…Aizawa-san?

"Maafkan aku, Shigure. Para tolol ini jadi menemukanku. Mereka adalah temanku dari sekolah lama. Dan karena mereka semua tolol, mereka tidak bisa masuk ke Seiun dan itulah sebanya mereka suka mengejekku."

"Oh, itu buruk sekali."

"Oh! Shigure-chan. Apa kau dengar itu? Dia itu mengerikan. Kau harus menjauh darinya."

"Sudah kubilang H-E-N-T-I-K-A-N."

Rupanya, kami bertemu dengan kenalannya selama kencan kami.

Aizawa bermasalah dan mencoba untuk menyingkirkan mereka, tapi mereka menolak untuk pergi, sementara pernyataan mereka berlanjut.

Akhirnya, Aizawa menyerah dan menyarankan kami berenam untuk pergi ke game center. Yah, aku tidak punya alasan untuk memaksakan kencan pribadi, jadi aku setuju-setuju saja.

Kami dengan cepat membuat pengaturan, dan kami berenam akhirnya bermain bowling di game center terdekat.

"Wow! Kau sangat hebat, Shigure! Satu lemparan lagi!"

"Yay! Tos, tos!"

"Bidikanmu sangat bagus. Shigure, sepertinya kau cukup tahu teknik melempar. Itu tidak biasa untuk seorang gadis."

"Ya, aku berlatih Karate Kontak Penuh sejak aku di kelas tiga sampai aku pindah ke sini."

"Seni bela diri? Itu hebat! Kau pasti sangat kuat seperti Supergirl."

"Aku yakin kau akan kalah kalau gelud sama dia, Ai."

"Tidak, aku tidak mungkin kalah. Kau tahu kan kalau aku ini six pack."

"Apaa— Tunjukkan perutmu! Kau hanya mengangkat beban sepanjang hari dan tidak melakukan olahraga apa pun. Tidak mungkin kau bisa mengalahkan seseorang dengan pengalaman seni bela diri seperti itu."

Kami terus bermain-main. Sungguh melelahkan untuk mengikuti mereka. Aizawa terus menggodaku di setiap kesempatan. Jika aku mendapat kemenangan, mereka akan merayakannya. Aku tidak mengerti apanya yang menyenangkan tentang itu.

Aku penasaran berapa banyak kejadian dalam hidup yang bisa membuatku melompat kegirangan. Tapi mereka menempatkanku di tengah-tengah kegembiraan tanpa peduli dengan keraguanku.

Kedua gadis itu secara aktif mengikutiku dan ngebacot tentang ini dan itu. Kedua anak laki-laki itu agak jauh dan tidak bereaksi berlebihan untuk menghidupkan suasana. Dan Aizawa berdiri di sampingku, yang seharusnya lagi berperan melindungiku seperti seorang ksatria dari kelompok orang asing.

Semuanya menyatu dengan baik dalam suasana hati.

Hmm, betapa sempurnanya formasi ini.

Ini mungkin sudah diatur sebelumnya. Pertemuan di kafe bukanlah kebetulan, dan Aizawa pasti sebenarnya merencakan pertemuan itu.

Atau mungkin mereka berlima seharusnya bermain bersama hari ini, tapi mereka mengubah rencana mereka. Jika itu benar-benar pengaturan, maka dia adalah fakboy yang sangat pintar.

Kencan adalah urusan satu lawan satu.

Ada banyak pria yang terjebak dalam stereotip ini. Tapi kenyataannya, bagi anak gadis, ukuran lingkaran sosial seseorang lebih penting daripada penampilan mereka.

Aizawa tidak hanya memamerkan dirinya, tapi juga dunia yang berpusat di sekitarnya. Dia menawarkan pengalaman luar biasa yang sangat menyenangkan saat kau bersamanya.

Aku tidak menyukainya, jadi itu tidak beresonansi denganku, tapi jika kau menyukainya… dan kau adalah gadis petualang yang ingin mengenal lebih banyak orang (salah satu kebiasaan terburuk perempuan), Kau akan melihat Aizawa sebagai pangeran di atas kuda putih yang akan membawamu jauh dari hidupmu yang membosankan.

Aku ingat bahwa dia tidak mendapat peringkat yang baik di tengah semester, tapi dia masih tetap merupakan siswa yang masuk dalam kelas khusus.

Dia mungkin akan masuk perguruan tinggi yang bagus. Jika dia mendapat pekerjaan di perusahaan perdagangan, dia bisa menjadi penjual yang baik.

"…"

Oh tidak.

Saat aku melihat Aizawa, yang tidak memiliki bakat bagus apapun,

Aku merasa… jijik.

Bukan berarti Aizawa itu buruk. Dia persis seperti yang kubayangkan, pria yang ramah pada wanita. Dia adalah bidak yang paling nyaman bagiku. Aku tidak memiliki keluhan tentang itu.

Hanya saja aku telah melihat perilaku semacam ini…

Itu sekitar sepuluh tahun yang lalu.

Aku tidak bisa untuk tidak mengingat bajingan itu...

Pacar ibuku. Yang menyebabkan keluargaku menjadi berantakan.

---

Ayah kandungku 10 tahun lebih tua dari ibuku. Dia adalah seorang editor di sebuah perusahaan penerbit.

Ibuku adalah seorang gravure idol.

Aku tidak tahu bagaimana tepatnya mereka bertemu. Tapi pada saat mereka bertunangan, ibuku berusia 22 tahun dan ayahku 32 tahun.

Ibuku berhenti dari pekerjaannya setelah menikah, dan melahirkanku serta saudariku.

Keluarga kami damai dan setiap harinya terasa menyenangkan. Aku yakin itu akan berlanjut selamanya.

Tapi sekarang setelah aku memikirkannya...pernikahan itu mungkin tidak tepat.

Bahkan setelah kami dewasa, ibuku tetap mempertahankan kecantikan glamornya. Kami bangga dengan kecantikannya sejak usia muda. Itu membuat kami bahagia setiap kali kami diberi tahu kalai kami mirip dengannya.

Di sisi lain, ayahku tidak begitu tampan, dan sebagai pekerja kantoran, tubuhnya tidak fit dan rambutnya mulai menyusut saat dia melewati usia pertengahan tiga puluhan.

Kupikir dia juga prihatin dengan penampilannya. Dia mungkin merasa rendah diri dengan istrinya yang cantik.

Dia selalu bekerja…lembur. Mungkin dia mencoba menebusnya dengan uang. Tidak hanya dia pulang terlambat, tapi terkadang tidak kembali ke rumah selama beberapa hari.

Kapan Ayah akan kembali?

Ayah sedang sibuk. Dia bekerja keras untuk kita.

Pertukaran di meja makan ini meninggalkan kesan yang kuat di benakku, mungkin karena aku mengulanginya beberapa kali.

Karena ketidakhadiran ayahku semakin sering, seorang pria bernama Takashi Takao mulai lebih sering mengunjungi keluarga kami.

Oh, jadi kalian Haruka dan Shigure. Mereka sangat imut, sama seperti ibu mereka.

Takashi Takao, dia adalah aktor berbakat yang sering terlihat di drama TV. Pertama kali kami bertemu dengannya adalah di pesta BBQ yang diselenggarakan oleh rekan kerja ibuku.

Akhir pekan itu, ketika ayahku bekerja lembur. Ibuku membawa kami ke pesta dan memperkenalkannya kepada kami.

Pada saat itu, Takao harusnya berusia awal dua puluhan.

Dia memiliki wajah yang tampan dan terawat. Rambut merah dan tindikannya yang stylish memberikan kesan yang keren.

Ini adalah pertama kalinya aku melihat pria seperti itu, yang merawat kulit dan kukunya dengan baik.

Sikapnya sama seperti penampilannya.

Tapi aku membencinya.

Bahkan sebagai seorang anak, aku merasa tidak nyaman melihat betapa dekatnya dia dengan ibuku. Kebencianku semakin kuat dengan seringnya dia berkunjung ke rumah kami.

Ketika dia bersama ibuku, dia mengabaikan kehadiran kami seolah-olah kami tidak pernah ada.

Tentu saja, perselingkuhan yang begitu berani itu tidak akan berlangsung lama. Ayahku menangkap basah mereka. Tapi beliau tidak membantah. Mungkin dia tidak bisa benar-benar marah karena merasa bersalah atas ketidakcakapannya.

Saat itu, jika saja dia menunjukkan emosinya dan menegur ibuku meski harus menggunakan kekerasan, hasilnya mungkin akan jauh berbeda.

Kupikir itu karena dia tahu ibuku selingkuh di belakang punggungnya.

Ada banyak hal yang tidak kuketahui. Dan itu semua sudah berlalu sekarang.

Aku tidak bisa memastikannya lagi.

Dan pada akhirnya, mereka bercerai.

Keluarga bahagia kami yang kuyakini tidak akan pernah berakhir terkoyak. Aku harus tinggal dengan ibuku dan saudariku akan ikut dengan ayahku.

Tentu saja, setelah ini, ibuku beralih ke Takao, pria yang selama ini dia selingkuhi. Namun dugaanku benar, pria yang meminta wanita yang sudah menikah dan memiliki dua anak untuk berselingkuh dengannya tidak mungkin menjadi manusia yang baik.

Dia mencampakkan kami. Bagaimanapun juga, baginya ibuku hanyalah seorang wanita tua yang mengalami masa-masa sulit.

Kau harus tahu tempatmu. Sekarang pergi dari sini.

Kata-katanya terukir jauh di dalam hatiku.

Setiap hari, aku terus melihat ibuku yang menangis.

Dia cerai dengan ayahku, membuat kami yang merupakan saudari kembar terpisah. Pacarnya mencampakkannya. Dan kemudian kami tidak punya tempat tujuan.

Inilah yang dia dapatkan setelah mempermainkan hati kami. Dia benar-benar tolol.

Sejak saat itu, aku berhenti percaya pada cinta atau romansa. Bagi seorang gadis, itu hanyalah ilusi.

Sekarang pun aku masih merasakan hal yang sama.

Aku tidak ingin mengubah diriku sendiri.

Aku tidak ingin menjadi bintang komedi cinta yang tolol.

---

"Oh, itu menyenangkan!"

"Kau benar-benar mendominasi. Permainan yang bagus."

"Aku tidak menyangka kalau aku akan kalah dalam bowling. Sungguh menyedihkan."

"Hahaha. Padahlal Ai pandai bermain dengan perempuan.”

Setelah bermain bowling, kami pergi dan berjalan di sepanjang jembatan penyeberangan menuju stasiun.

Saat itu pukul 18:00.

Saat musim panas hampir berakhir, langit malam diwarnai dengan warna merah cerah.

Hari akan segera gelap. Tapi bagi orang-orang ini, hari mereka baru saja dimulai. Dan topik pembicaraan beralih ke bagaimana mereka akan menghabiskan malam.

"Hei, hei. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"

"Apa kau lupa! Kita memutuskan untuk berpesta pada Sabtu malam ini. "

"Ah! Itu toh."

Salah satu dari mereka memberi isyarat seolah ingin meminum sesuatu, dan semua orang setuju.

Tentu saja, itu jelas bukan bubble tea.

Tapi aku tidak mau ikut minum.

Itu jelas karena aku tidak minum alkohol. Dan aku juga tidak mau minum di depan orang-orang yang sangean ini. Aku hanya tidak ingin menunjukkan celah.

Secara taktis, mereka di sini untuk memburuku, si mangsa.

Mereka ingin menyeretku ke pesta mereka, membuatku mabuk, dan kemudian melakukan apa yang mereka mau terhadapku.

Ini cara tercepat untuk meniduri gadis yang murni dan polos.

"Jadi ayo ambil beberapa dari toserba dan pergi ke rumah Masa. Kau ikut dengan kami, kan Shigure?"

Cara merogol ya.

Oh! Jadi begitu caramu bermain.

Yah aku sudah melakukan cukup banyak event untuk membenarkan cintaku (palsu) untuk Aizawa. Aku tidak perlu melakukan apa pun.

Hari ini sudah cukup.

Dia tidak akan menolak. Karena dia tidak ingin merusak hubungan kami yang baru terbentuk.

Aku berbalik dan menghadapi Aizawa.

"Um, Aizawa-sa-----Eh?"

Pada saat itu juga.

Pemandangan taman di bawah jembatan melintas di penglihatanku saat aku berbalik. Aku kehilangan kekuatan dan penglihatanku melemah.

Jantungku berdegup kencang.

Aku berkeringat seolah-olah aku berada di sauna, namun tubuhkku menggigil dari pusatnya.

Aku merasa sakit…

Aku menutup mulutku dengan tanganku.

Seolah-olah isi perutku telah dibalik.

Aku bisa merasakan asam yang berputar-putar di perutku. Seolah itu akan keluar dari mulutku.

Dan itu menyakitkan…

Aku...kenapa…

Aku tidak tahu kenapa aku seperti ini---Uu.

"Hmm? Ada apa Shigure? Kita kan berteman sekarang, ayo pergi."

"…"

"Shigure-chan? Kau lihat kemana?"

"Maaf… Aku merasa sedikit tidak enak badan, aku akan pulang."

"Tidak! Shigu~nyan kan baik-baik saja sampai beberapa saat yang lalu!"

"Itu benar. Ayolah, gadis bernilai tinggi."

"Jangan khawatir. Ini akan menyenangkan kok."

"Itu benar baby. Kita akan memulai malam dengan keras."

"Kalian, hentikan itu."

Itu adalah Aizawa yang menegur teman-temannya.

"Sepertinya dia tidak enak badan. Aku tidak ingin memaksanya, jadi biarkan saja diri pulang! Shigure, bagaimana perasaanmu? Akan sulit untuk naik kereta kalau kau seperti itu. Aku tahu tempat yang bagus di dekat sini, jadi ayo pergi ke sana agar kau bisa istirahat."

Aizawa meletakkan tangannya di pundakku.

Jika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai rencana, dia akan memaksaku.

...Aku tidak tertarik pada cinta atau romansa.

Itu hal paling sepele dan menjengkelkan di dunia.

Aku tidak peduli dengan keperawanku.

Itu adalah sesuatu yang harus kubuang suatu hari nanti.

Tidak peduli dengan siapapun itu.

Bahkan jika itu adalah pria yang merupakan bajingan terburuk.

Itulah yang kupikirkan.

Ah. Tapi sekarang…

Napfsnya terasa di rambutku.

Tangannya diletakkan di pundakku.

Nafsu bangsatnya ditujukan pada tubuhku.

Segala sesuatu tentang orang ini----sangat menjijikkan. Aku tidak tahan.

"Ayo pergi. Tenangnlah, aku akan menjagamu dengan baik. Oke."

"Aku mau pulang…"

"Apa? Aku tidak bisa mendengarmu."

Dia mengencangkan cengkeramannya di bahuku.

Kukunya menusuk dalam.

Dia bersikeras bahwa dia tidak akan membiarkanku pergi.

Saat itu, tubuhku sudah bergerak.

Aku menurunkan tubuhku dan menarik tangannya, dikombinasikan dengan tendangan tajam yang seolah membelah tanah.

Aizawa jatuh ke tanah.

Saat dia jatuh ke tanah, aku mengangkat heel-ku dan menginjaknya tepat di sebelah wajahnya.

Heel-ku, yang tidak bisa menahan kekuatan dariku, patah.

Aizawa tercengang oleh aksi kekerasan yang tiba-tiba ini, dan aku berteriak padanya.

“Sudah kubilang aku mau pulang!”

Mereka tidak mengejarku.

---

Udara membeku setelah amukan Shigure.

Punggungnya menyusut di kejauhan saat dia berjalan pergi. Lalu akhirnya menghilang.

Sementara para pekerja kantor dalam perjalanan pulang dan siswa/i di depan stasiun sedang berdengung, teman-teman Aizawa berkumpul di sekitar Aizawa yang jatuh.

"Hei, kau baik-baik saja, Ai?"

"Ada apa dengan gadis itu? Dia berubah terlalu cepat. Dia benar-benar monster."

"Apa yang harus kita lakukan, Aizawa? Haruskah kita mengejarnya?"

"Oh? Penculikan? Maka kita harus menggunakan beberapa kekuatan."

Tapi Aizawa menggelengkan kepalanya.

"Tidak, aku tidak keberatan. Itu tidak buruk… selain itu…"

"Selain itu?"

"Mungkin hanya sedikit… Tapi---itu rasanya enak."

"…Apaaaaaa…?"



3 Comments

Previous Post Next Post