Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 2 - Bab 8

Bab 8
Arc Seven


Suara logam yang hancur dan bengkok menggelagar di udara. Naga tengkorak yang besar menghancurkan baling-baling pesawat dengan rahangnya yang kuat. Pesawat tercanggih itu menggagap sesaat sebelum akhirnya terdiam.

Naga undead itu meraung, mata merahnya yang bersinar begitu mengancam saat uap mematikan keluar dari rahangnya yang terbuka.

“Fakta bahwa seseorang akan berpikir untuk menjuluki tumpukan sampah dan baut dengan nama yang megah sebagai naga adalah murni keangkuhan,” Leonis meludah dengan ketidaksenangan dan mengarahkan Tongkat Penyegel Dosa-nya ke atas langit.

Bola-bola cahaya muncul di atasnya dan memancarkan sinar ke arah dek. Leonis menatap ke daerah sekitarnya dari atas kepala makhluk tulang mengerikan itu. Setelah beberapa saat, matanya tertuju pada dark elf berambut hitam yang memegang Pedang Iblis di tangannya.

Itu pasti dalangnya, Leonis menyimpulkan.

Sesuatu tentang wanita itu  tampak berbeda dari teroris lainnya.

“Dark elf. Apa kau keturunan dari klan Hazashin?” seru Leonis.

“Apa?”

“Jadi kau tidak tahu tentang mereka. Hmph...”

Klan Hazashin adalah suku dark elf yang ahli dalam pembunuhan. Seribu tahun yang lalu, mereka membentuk sebagian besar pasukan rahasia Necrozoa. Seandainya wanita ini adalah keturunan dari suku itu, Leonis mungkin akan menunjukkan belas kasihan terhadapnya.

“Apa kau orang yang memberikan Pedang Iblis kepada para beastmen?” tanya Leonis.

“...Kau... Siapa dirimu...?!” Sharnak mengabaikan pertanyaan itu dan malah menjawab dengan pertanyaannya sendiri yang dalam kebingungan dan ketakutan.

“Kau harus menjawab apa yang kutanyakan,” kata Leonis dengan dingin dan meningkatkan intensitas Aura Kematian-nya.

Semua beastmen yang mengelilingi Sharnak untuk melindunginya berlutut terhadap pancaran kekuatan Leonis. Wanita dark elf itu terbukti lebih tahan terhadap aura, tapi dia masih menelan ludah dengan gugup dan mundur selangkah.

“Hmph. Baiklah kalau begitu. Aku akan menjawab pertanyaanmu lebih dulu. Aku adalah Penguasa Kegelapan.”

“...”

Ada keheningan sesaat. Kemudian, mulut wanita itu terbuka lebar.

“...Heh-heh. Ah-ha-ha, ah-ha-ha-ha-ha-ha-ha!” Seorang maniak, tawa bernada tinggi keluar dari bibirnya.

“Apanya yang lucu?” tanya Leonis dengan dingin.

“Seorang bocah sepertimu mengaku sebagai Penguasa Kegelapan?!” Ekspresi wanita itu berubah menjadi kebencian saat dia memanggil mana di tangannya. “Berani-beraninya kau mengklaim nama Yang Mahakuasaaaaaaaaaaa!”

Dia menggunakan sihir!

Api hitam legam dengan energi terkutuk melahap tubuh besar naga tengkorak beserta Leonis.

“Ah-ha-ha-ha! Aku tidak tahu siapa dirimu, tapi sepertinya hari ini bukan hari keberuntunganmu!” Sharnak memekik riang.

“Oh? Begitukah?”

“...T-tidak mungkin!”

Api hitam Sharnak dengan mudah dibelokkan oleh penghalang mana naga tengkorak dan langsung dipadamkan. Leonis menghela nafas panjang.

Melihatnya menggunakan sihir membuatku mengharapkan sesuatu yang lebih, tapi jika hanya itu yang bisa dia lakukan...

Mengingat seberapa banyak sihir yang telah dilupakan dalam seribu tahun terakhir, dark elf itu tidak diragukan lagi akan tampak sangat kuat bagi kebanyakan orang. Namun bagi Leonis, sihirnya tidak lebih dari permainan anak-anak. Sejak awal, wanita itu menggunakan mantra yang dibuat oleh Leonis sendiri: Api Hitam Neraka. Jika dia mengingatnya dengan benar, dia membuat mantra itu untuk perayaan selesainya pembentukkan Necrozoa...

“Izinkan aku menunjukkan kepadamu seperti apa sihir yang sesungguhnya.”

Leonis melambaikan tongkatnya dengan ringan dan merapalkan mantra yang sama dengan yang dirapalkan Sharnak.

Whooooooooooooooooooooooooosh!

Api yang membara berkobar dengan liar dan menyebabkan tiga pesawat di belakang dark elf itu meledak sekaligus.

“...T-tidak... Ini... Itu adalah mantra rahasia Penguasa Kegelapan yang dari legenda...” Wanita elf itu terhuyung mundur, ekspresinya terkaku tidak percaya.

Naga tengkorak itu mencengkeram Sharnak, jari-jari tulangnya melingkari tubuh wanita itu.

“Ahh!... Ngh... Khhh... Apa ini? Siapa kau sebenarnya?!”

Meskipun Sharnak menggeliat dan meronta-ronta saat dia melepaskan mantra demi mantra, semua itu dibelokkan oleh penghalang mana makhluk kerangka itu dan membuatnya tidak dapat membebaskan dirinya sendiri.

Naga tengkorak pun mulai mengencangkan cengkeramannya, membuat Leonis bisa mendengar suara retakan tulang yang mendalam.

“Berhenti berteriak tolol. Aku punya beberapa pertanyaan yang mesti kau jawab,” perintah Leonis dengan nada seperti es.

“...Ugh... Gah...”

“Apa tujuanmu?”

“T-Tetesan... kematian...”

Leonis menyuruh naga itu mengencangkan cengkeramannya lagi, dan suara seperti ranting yang patah mencapai telinganya.

“...Ngghhaaahhh! Pedang...Iblis...untuk menghasilkan lebih banyak Pedang Iblis...,” ucap Sharnak.

“Begitukah...?”

Atas perintah Raja Undead, naga tengkorak itu melonggarkan cengkeramannya pada dark elf itu.

“Dan apa sebenarnya Pedang Iblis itu? Apa kau mampu memberikan kekuatan itu kepada orang lain?”

“Aah, nng, aah...aku...memberikan kekuatan...yang berkebalikan dari Pedang Suci...”

“Begitu ya. Jadi tidak seperti Pedang Suci, seseorang tidak membangkitkan kekuatan itu, melainkan itu adalah sesuatu yang diberikan.”

“I-itu benar! K-kita harus menjadi sekutu!” wanita itu berkata dengan susah payah untuk memenangkan hati Leonis. “Aku bisa memberimu Pedang Iblis! Dengan kekuatan yang sudah kau miliki itu, kau pasti akan naik pangkat di dalam sekte. Dewi pasti akan tersenyum kepadamu!”

“Tunggu. Apa yang baru saja kau katakan?” Ekspresi Leonis langsung berubah.

“Kubilang... kita harus bekerja—”

“Bukan itu! Apa kau baru saja mengatakan dewi?” desak Leonis. “Para dewata seharusnya jatuh kedalam kehancuran seribu tahun yang lalu. Dewi apa dia? Siapa namanya?”

“...Namanaya...” Sharnak tersentak.

“Iya? Siapa namanya?!” Leonis membungkuk penuh harap.

Namun pada saat itu, bibir dark elf itu mengerut membentuk senyuman gila.

“Namnaya... Namanya... Namanya... Nama, nama, nama, namanamanamanama!”

“...?!”

Pedang Iblis hitam Sharnak tiba-tiba merobek tenggorokannya sendiri.

Apa?!

Muncratan darah keluar dari leher dark elf itu, mewarnai dada naga tengkorak menjadi merah. Kepalanya sekarang diambil dari tempat bertenggernya, dan tubuh wanita asing itu mulai melebur.

Apa dia bunuh diri?! Tidak, kurasa tidak...

Sisa-sisa Sharnak yang melebur melingkari Pedang Iblis dan mulai membengkak. Darah dan daging menggeliat, mengambil bentuk monster yang menjijikkan.

Begitu ya. Wanita itu bukanlah dalangnya. Dalangnya adalah...

Akhirnya Leonis mengerti. Dia tahu identitas makhluk yang terbentuk di depan matanya.

---

Regina berlari secepat yang dia bisa saat menyusuri koridor yang berwarna merah tua oleh cahaya lampu darurat. Lambung kapal berderit dengan suara yang keras, mungkin itu adalah suara Void yang mencakar jalan menuju dunia nyata. Sulit untuk mengatakannya. Tampaknya ada pipa air yang rusak, karena di lantai terdapat genangan air.  [Catatan Penerjemah: Gua sendiri gak ngerti maksud dari kalimat ke-3. (It was hard to tell.)]

Aku harus cepat.

Leonis telah berjanji untuk menyelamatkan adiknya, Putri Altiria, dan telah menuju ke dek tempat para teroris berada seorang diri.

Aku akan membiarkan anak itu menyelamatkannya. Aku harus...

Tugas Regina adalah mendapatkan kembali kendali atas kapal dan menjauhkan kapal dari terumbu Void. Di ujung koridor, dia bisa melihat sebuah pintu. Carbuncle, yang berlari di depannya, menjerit. Itu pasti ruang kendali.

Krak...

Namun tampaknya segala sesuatunya tidak akan mudah, karena di sana ada retakan yang mengukir jalan di udara di depan pintu.

“...?!”

Regina berhenti di jalurnya. Void mendorong jalan keluar mereka dari celah di ruang kosong. Segerombolan iblis laut yang menggeliat mendekatinya, membuat Regina mengangkat Pedang Suci-nya untuk melindungi Carbuncle.

“Minggir dari jalanku!”

Senapan Naga memuntahkan api, pelurunya menembus beberapa makhluk mengerikan itu sekaligus. Sayangnya, itu hanya seperti mencoba menyendok lautan dengan sendok. Void-void muncul lebih cepat dari yang bisa Regina lakukan untuk menjatuhkan mereka.

“Tidak! Tidak ketika aku sudah sangat dekat!”

Lagi dan lagi dia terus menembak. Meskipun dia membunuh banyak dari mereka, tentakel-tentakel yang menggeliat perlahan melilit di sekitar kaki Regina.

“T-tidaaaaaaaaaak!”

Kalau terus begini, dia akan terseret ke dalam kerumunan yang terbentuk di ujung lain koridor! Namun, saat itulah seberkas cahaya melesat menembus ruangan dan membelah banyak Void.

“Regina!”

Pendekar pedang berambut pirang muncul tepat pada waktunya.

“Lady Selia!” teriak Regina.

“Aku berhasil tepat waktu!” kata Riselia sambil tersenyum.

Riselia menerjang ke arah kerumunan Void, pedang keperakannya bersinar saat bergerak membentuk busur di udara. Tetesan darah gadis itu meregang dan berubah menjadi bentuk seperti pisau yang menyayat lebih banyak monster yang mengerikan.

“Luar biasa...,” Regina bergumam dengan takjub.

“Regina, aku akan menangani yang disini!” teriak Riselia.

“Ya, Lady Selia!” Regina berdiri dan mulai berlari ke depan mengikuti Carbuncle. “Berubah—Meriam Naga!”

Dia meledakkan dan menerobos masuk melewati pintu ruang kontrol dan terjun ke dalamnya.

“Jadi ini ruang kendali!”

Itu adalah ruangan yang agak tertutup. Mengambang di tengah-tengah ruangan adalah kristal mana biru yang berkilauan. Objek seperti permata itu adalah apa yang memasok energi sihir kepada Elemental Buatan yang mengendalikan Hyperion. Regina mengangkat Carbuncle dan berlutut di depan kristal seperti Pendeta Putri yang terlatih. Wujud Carbuncle menghilang ke kristal mana.

Pikiran Regina pun terhubung dengan Hyperion.

---

Badai tampak seperti akan semakin parah. Monster yang muncul itu berukuran sama dengan naga tengkorak  Leonis. Delapan bilah hitam terselimuti oleh miasma menggeliat seperti kaki laba-laba. Satu mata merah tua yang bersinar tertanam di tengah perutnya yang gembung dan menatap langsung ke arah Leonis.

Raksasa menjijikkan ini muncul dengan menggunakan tubuh dark elf. Namun saat Leonis melihat makhluk mengerikan itu dari atas ke bawah, dia mengangkat sebelah alisnya.

“...Benar-benar mengejutkan. Aku tidak pernah menyangka akan melihat bilah ini lagi.” Kata-kata itu keluar dari bibirnya seolah menyapa teman lama.

Ya, delapan bilah berwarna cerah itu adalah pemandangan yang tidak asing bagi Leonis. Meskipun bilah-bilah itu dalam keadaan menyedihkan, dia tidak pernah bisa salah mengira akan kedelapan bilah itu.

“Pedang Penebas Kejahatan, Zolgstar Mezekis.”

Senjata itu adalah teman lamanya. Itu adalah salah satu dari Arc Seven yang diberikan kepadanya oleh para dewa... Seorang pahlawan bernama Leonis Shealto pernah memegang pedang pembunuh Penguasa Kegelapan ini.

Secara total, pahlawan telah memegang empat senjata pembunuh Penguasa Kegelapan. Pedang Suci berbilah delapan, Zolgstar Mezekis, adalah pedang kedua yang diberikan padanya dan telah hilang dalam pertempuran yang berakhir seri dengan Veira sang Ratu Naga.

Kehadiran objek semacam itu menimbulkan banyak pertanyaan. Bagaimana itu bisa ditemukan di sini? Apa yang mengubahnya menjadi monster seperti itu?

“Kurasa kau tidak kembali untuk melayani tuan lamamu, kan?” tanya Leonis dengan mencemooh diri sendiri saat dia melihat wujud senjata itu saat ini.

Uap kental dimuntahkan dari monster itu. Hal itu cukup menjijikkan bahkan untuk menarik jeda dari Raja Undead itu sendiri. Sesuatu tentang hal itu memberi Leonis perasaan yang sama seperti yang dia miliki saat melawan Arakael Degradios, Archsage dari Enam Pahlawan, di bawah Assault Garden Ketujuh.

Ini adalah Void Lord—makhluk yang memimpin Void lahir dari ketiadaan.

Tidak kusangka bahkan senjata legendaris bisa dikonsumsi oleh Void... Leonis menatap bola mata besar yang terletak di perut monster yang seperti laba-laba itu. Wanita dark elf itu hanyalah semacam boneka. Pedang Suci ini, yang dirusak oleh Void, adalah tuan yang sesungguhnya di sini.

Apa itu berarti Void ini merencanakan semuanya?

Tidak yakin apakah itu mungkin, Leonis menolak gagasan itu. Arakael entah bagaimana bisa mempertahankan sebagian dari kecerdasannya, tapi Void Lord ini memiliki Pedang Suci sebagai intinya. Tentunya, itu tidak mampu untuk berpikir dengan benar.

Seseorang pasti telah memberikan Zolgstar Mezekis kepada wanita itu...

Seorang yang menjadi sosok yang menarik tali di balik pembajakan.

Wanita itu dengan jelas mengatakan “dewi,” renung Leonis. Itu bisa jadi referensi terhadap orang yang dia cari. Namun, dengan dark elf itu sudah mati, satu-satunya petunjuk Leonis adalah monster busuk yang berdiri di hadapannya.

Bagaimanapun juga, aku harus merebut kembali senjata itu.

Mencengkeram Tongkat Penyegel Dosa-nya, senyum tipis terukir di wajah Leonis. Seolah merespon, Zolgstar Mezekis melebarkan mata tunggalnya dan melompat ke udara. Namun pada saat itu, mantra Leonis sudah selesai.

“Al Gu Belzelga!” Leonis melepaskan mantranya pada Void Lord yang melompat ke langit malam yang gelap. Itu adalah mantra tingkat delapan dan mantra elemen api kelas taktis terkuat, Bola Api Pembinasa Ekstrim (Grand Annihilation Fireball). Api merah tua berkobar menyinari kegelapan.

Ka-booom!

Ledakan yang bergemuruh mengguncang udara. Mantra Leonis memanggil api dari Alam Muspelheim, menciptakan panas yang begitu kuat, yang mampu mereduksi naga menjadi abu. Namun delapan bilah monster itu mengeluarkan cahaya pucat, dan saat api bersentuhan dengannya, itu dihancurkan, seolah-olah diserap oleh senjata.

Begitu ya, itu tidak kehilangan kemampuan bawaan Pedang Suci untuk menyebarkan sihir.

Ketahanan sihir adalah salah satu kemampuan yang umum diberikan kepada Arc Seven. Saat Leonis menggunakan Zolgstar Mezekis di masa lalu, dengan pedang itu dirinya dengan mudah menebas napas naga. Bilah dari Pedang Suci memotong lengkungan yang meninggi, menghancurkan wujud raksasa naga tengkorak. Tulang-tulang yang tak terhitung jumlahnya ditumbuk hinga hancur berkeping-keping. Leonis melompat menjauh dari konstruksi naganya, yang dimana dia sudah merapalkan mantra berikutnya.

“Mayat yang tertidur di medan perang, semoga kematian tidak memberimu kedamaian... Zoa Raisilor!”

Tulang-tulang yang berserakan itu melayang dan mulai membangun dirinya kembali dengan kecepatan yang mengejutkan. Berkumpul menjadi satu, mereka membentuk naga bumi raksasa yang melepaskan raungan hampa. Monster itu membuka rahangnya yang besar dan menyerang Zolgstar Mezekis. Ia kemudian menundukkan kepalanya dan menghantam makhluk seperti laba-laba ke dek kapal.

Krassssssssh!

Lambung Hyperion bergemuruh saat lubang besar terbentuk di lantai. Leonis mengangkat tongkatnya dan melepaskan mantra kelas taktis lainnya.

“Voira Zo!”

Itu adalah mantra tingkat delapan yang menjebak targetnya di bawah bidang gaya gravitasi yang besar. Bahkan dengan ketahanan sihir, kekuatan mantra semacam itu seharusnya sudah cukup untuk menghancurkan makhluk berdaging itu.

Meskipun dia berjuang untung bergerak, Void Lord tetap terperangkap di dek, tidak bisa bergerak di bawah kekuatan luar biasa yang membebaninya.

“Nah, untuk serangan terakhir,” kata Leonis sebelum menjentikkan jarinya.

Naga bumi yang terbuat dari tulang menundukkan kepalanya lagi. Namun pada saat yang sama, robekan muncul di angkasa, dan Void Lord itu menghilang.

Apa?!

Merasakan sesuatu di belakangnya, Leonis berbalik dan mengangkat Tongkat Penyegel Dosa, menggunakan pegangannya untuk menangkis serangan yang datang.

...Makhluk itu berteleportasi?!

Zolgstar Mezekis tidak memiliki kemampuan bawaan seperti itu. Ini pasti kekuatan yang diperolehnya saat menjadi Void. Arakael tidak pernah menggunakan kekuatan seperti itu, jadi Leonis tidak menduga akan hal ini. Void Lord mengayunkan kedelapan bilahnya, bilah-bilah yang pernah digunakan untuk membunuh monster dan naga yang tak terhitung jumlahnya.

Leonis melompat mundur saat naga tengkorak bumi melompat ke depan untuk melindungi tuannya. Naga itu ditelan dalam pusaran tebasan yang menghancurkannya menjadi berkeping-keping dalam satu ayunan.

Tulang-tulang itu langka cuk! Leonis tidak punya waktu untuk meratapi kehilangan itu. Bilah Pedang Suci kembali mendekatinya.

“Farga! Farga! Farga!”

Dia melepaskan mantra tingkat empat secara berturut-turut. Ketahanan Pedang Suci terhadap sihir membuat sihir-sihir yang ditembakkan Leonis tidak berarti apa-apa, tapi cahaya dan gelombang kejut yang serangan itu hasilkan memberikan cukup celah bagi Leonis untuk sedikit menjauhkan diri.

Mata merah Void Lord bersinar di kegelapan malam saat makhluk itu mengarahkan tatapannya tepat pada Leonis. Ada kemungkingn bahwa monster itu didorong oleh sifatnya sebagai salah satu dari Arc Seven untuk membunuh Penguasa Kegelapan.

Ini lebih merepotkan dari yang kuperkirakan. Leonis mendecakkan lidahnya saat dia bergerak menjauh.

Ini tidak sehebat dan mengancam musuh seperti Archsage Arakael dulu, tapi Zolgstar Mezekis adalah senjata yang dibuat untuk menghancurkan eksistensi seperti Leonis. Mengingat bahwa dia saat ini tidak mampu bertempur dalam jarak dekat, ini adalah pertarungan terburuk baginya.

Jika aku menggunakan mantra tingkat sepuluh seperti Arzam, itu mungkin bisa memberikan kerusakan.

Namun, lawan Leonis sepertinya tidak akan memberinya waktu untuk merapalkan mantra yang begitu kuat. Karena alasan inilah dia tidak bisa mencabut Pedang Iblis yang diberikan kepadanya oleh sang dewi, Dáinsleif. Mencabut pedang itu akan menghabiskan semua mana miliknya.

Andai saja Blackas ada di sini. Dia akan menghancurkan makhluk ini dengan mudah. Leonis menggertakkan giginya.

Shary mengkhususkan diri dalam pembunuhan dan tidak akan bisa menekan Zolgstar Mezekis. Meski begitu, Leonis masih memiliki satu lagi kekuatan tempur yang disegel dalam bayangannya, tapi...

Yang itu malah akan mengambil kesempatan untuk membunuhku.

Leonis tidak mau menambah lawan lain ketika situasinya saat ini saja sudah sulit dikendalikan. Memutuskan taktik yang berbeda, Leonis membuka gerbang bayangan dan memanggil Death Knight-nya. Ini adalah sekelompok dua belas ksatria skeleton yang dipersenjatai dengan senjata sihir dan menunggangi tulang kuda.

Dulu, mereka menjadi penjaga kekaisaran Necrozoa, sosok-sosok yang dihidupkan kembali dari sisa-sisa pahlawan terhebat Kerajaan Rognas. Masing-masing adalah laskar satu orang. Bahkan melawan Pedang Suci legendaris, mereka tidak akan dikalahkan dengan mudah. Untuk memastikan kemenangan mereka, Leonis mengeluarkan mantra tingkat keenam yang disebut Bencana Rembulan (Calamity Moon).

Bulan merah tua muncul di atas langit, bersinar menembus awan badai. Itu meng-augmentasi undead dengan memberi mereka kekuatan Penguasa Kegelapan. Para Death Knight, yang bertindak untuk melayani Raja Undead, mengangkat teriakan perang tanpa suara saat mereka menyerang Void Lord.

“Raaaaaaaah!”

Bilah Void Lord mendesing sebagai respon. Tiba-tiba, pilar cahaya meletus dari kedalaman lautan yang mengamuk. Cahaya itu tidak keluar dari laut itu sendiri, melainkan dari terumbu Void di dalamnya. Void yang tak terhitung jumlahnya menanggapi panggilan dari Void Lord saat bersiap untuk menelan Hyperion.

Krak... Krak... Krak...

Udara di sekitar Leonis mulai retak dan pecah saat segerombolan iblis laut merayap keluar dari retakan di dunia nyata. Itu mengingatkkan Lonis, Pedang Iblis kemungkinan besar bertanggung jawab atas serangan yang dipelabuhan juga. Miasma yang tercemar mulai memenuhi udara.

“...Ini buruk.” Leonis melihat ke belakang, matanya tertuju pada salah satu pesawat besar yang telah dirusak oleh naga tengkoraknya. Berada di dalam peswat itu adalah adik perempuan Regina, Putri Altiria. Leonis mengayunkan tongkatnya dan membentuk penghalang kematian di sekitar pesawat.

Memunggungi musuh berarti memberi musuh kesempatan untuk melakukan sesuatu. Namun Leonis telah berjanji untuk menyelamatkan tuan putri, dan dia menolak untuk menarik kembali kata-katanya. Kehormatan Penguasa Kegelapan tidak akan mengizinkan hal seperti itu.

Zolgstar Mezekis meraung, memerintahkan Void-void yang muncul dari udara untuk menyerbu Leonis.

Aku harus berhasil! Leonis berbalik dan mengangkat tongkatnya dengan sekuat tenaga untuk melindungi dirinya sendiri.

Pada saat yang sama, peluncur rudal yang ditempatkan di sisi Hyperion terbuka dan melepaskan sejumlah rudal kecil untuk menghujani segerombolan Void sebelum monster-mosnter itu bisa mencapai mangsanya.

Ba-boom, boom, boom!

Ledakan berurutan mengguncang dek kapal. Api melonjak di udara dan menyinari langit yang gelap. Di sekeliling, alarm yang melengking berbunyi.

“Jadi kau berhasil,” gumam Leonis, senyum puas terbentuk di bibirnya. Tampaknya Regina akhirnya berhasil mengambil alih Hyperion.

“Grooooooooooooooooooooh!” Void Lord melolong, berputar-putar dan merotasikan delapan bilahnya. Saat itu, lontar peluncur pesawat yang dipasang di lantai terbuka.

“—Leo!”

Sesosok bayangan muncul dari celah, melebarkan sayapnya untuk melayang di kegelaan malam. Sepasang sayap mana meninggalkan jejak merah di belakangnya, menyinari rambut perak yang berkiba-kibar. Tangan orang yang terbang itu menggenggam Pedang Suci yang membelah awan Void.

Itu adalah pengikut Penguasa Kegelapan, Ratu Vampir.

“Itu cara masuk yang lumayan, Selia,” kata Leonis.

“Y—yah, Regina bilang itu cara yang tercepat dan terkeren...,” Riselia tergagap dan kemudian berbalik, rambut peraknya berputar-putar mengikuti gerakannya.

“Selia, aku akan meminjamkanmu ksatriaku. Aku ingin kmu mengulur waktu.”

“Ksatriamu?” Riselia mengerutkan alisnya.

Death Knight yang dipanggil Leonis melangkah maju, seolah bangkit untuk melayani ratu mereka.

“Mereka semua adalah pahlawan yang tak tertandingi dalam hak mereka sendiri. Perintahkan mereka menggantikanku.”

“B-baiklah!” Riselia mengangguk singkat meskipun masih agak bingung.

Dia mengayunkan Pedang Darah-nya seperti dirigen, dan aliran darah yang mengalir dari pergelangan tangannya berubah menjadi bilah merah yang melindunginya dari serangan yang akan datang.

“Ikuti aku, semuanya!” Riselia berteriak saat dia menghunuskan senjatanya.

Atas perintahnya, para Death Knight mulai menyerang. Bencana Rembulan (Calamity Moon) bersinar dari langit, memberi Riselia, yang merupakan undead, persediaan mana yang sangat besar.

Suara benturan senjata dibawakan oleh angin kencang. Di bawah komando Riselia, para Death Knight menebas gerombolan Void dengan cepat. Leonis memegang Tongkat Penyegel Dosa yang beresonansi, melepaskan pegangannya, dan meraih gagang Pedang Iblis yang tersegel di dalamnya.
.
Engkau Seni Pedang untuk Menyelamatkan Dunia, Diberkahi oleh Surga.
Engkau Seni Pedang untuk Menghancurkan Dunia, Dibuat untuk Memberontak Melawan Surga.

Pedang Suci, Disucikan oleh Dewata.
Pedang Iblis, Diberkati oleh Dewi.

Biarkan Nama-Mu, yang Tenggelam dalam Kegelapan, Dinyatakan—
“Pedang Iblis, Dáinsleif!”
.

Pedang Iblis yang telah mendapatkan kutukan dari Dewi Pemberontak memancarkan warna ebon yang paling dalam. Kawanan Void tersendat, dan Zolgstar Mezekis, setelah menerobos melewati Death Knight, menyerang Leonis seolah-olah diambil alih oleh kegilaan.

“Sungguh bodoh. Tidak bisa tahukah dirimu bahwa kau adalah senjata rendahan?” gumam Leonis dan dia melompat dari lantai.

Dengan dilepaskannya Dáinsleif, Leonis sekali lagi mendapatkan kembali kekuatannya yang tersegel sebagai pendekar pedang terhebat. Delapan bilah Zolgstar Mezekis meluncur ke bawah, tapi Leonis membaca dan mencegat setiap serangan dengan mudah.

Leonis menggunakan ilmu pedang perguruan Kerajaan Rognas; gerakannya seperti tarian yang mengalir dan anggun. Dáinsleif pun menikam bola mata besar Void Lord.

“Gwoooooooooooooooooooooooooooh!”

Jeritan kematian Void Lord mengguncang lautan gelap.

“Seni Pedang Rahasia Perguruan Kerajaan Rognas—Ragna Lost!”

Cahaya kegelapan yang melonjak membanjiri Void Lord, memusnahkannya dan membelah terumbu Void.



Post a Comment

Previous Post Next Post