[WN] Yujinchara no Ore ga Motemakuru Wakenaidaro? Volume 3 - Bab 10

Bab 10
Merona


Semester pertama di masa kelas 2 SMA-ku.

Ketika aku mengingat momen-momen di semester itu, ada banyak hal yang telah terjadi, tapi semester itu kini sudah berakhir.

Hari ini adalah upacara penutupan.

Upacara berakhir di pagi hari, dan kami bebas ketika sore hari.

Teman-teman sekelasku yang saat ini berada di dalam kelas juga sedang asyik mengobrol satu sama lain.

Ngomong-ngomong, di pihakku,

Ike dan Asakura segera meninggalkan kelas untuk menghadiri OSIS dan kegiatan klub, jadi aku hendak mengemasi barang-barangku dan segera pulang.

Namun, dalam kesendirianku itu, ada seseorang yang memanggilku.

“Yuuji-kun! Mulai sekarang kita akan memasuki liburan musim panas ya!”

“Ya, kau benar.”

Aku mengucapkan beberapa kata dan melihat ke arah gadis yang mendekatiku, Kana.

Kemudian Kana, yang terlihat agak gugup, membuka mulutnya.

“...Um, apa kau sudah memiliki rencana untuk liburan musim panas mendatang?”

“Setidaknya sejauh ini aku akan punya banyak hari yang luang.”

Saat aku menjawab, Kana yang terlihat malu-malu berkata,

“Begitu ya... Kalau begitu, bisakah kau datang untuk mendukungku pada pertandingan tenis lagi? Aku ingin menunjukkan betapa kerennya dirku kali ini!”

“Tentu saja, aku akan pergi untuk mendukungmu.”

Saat aku menjawab begitu, Kana memberiku senyum cerah.

“...Ehehe, terima kasih! Hari ini juga aku akan berlatih di sekolah tenis. Dan karena aku harus buru-buru naik kereta serta aku akan terus bermain tenis, jadi kita tidak akan bisa bertemu untuk sementara waktu... tapi aku akan menghubungimu, jadi pastikan kau membalas pesanku, oke?”

“...Yah, aku akan membalasnya.”

“Yay! Itu janji loh ya! Baiklah, sampai jumpa lagi, Yuuji-kun.”

“Ya, sampai jumpa. Lakukanlah yang terbaik dalam latihanmu.” jawabku padanya yang melambaikan tangan.

Saat itu—

“...Jadi kau selingkuh ya, Senpai?”

Dari belakangku, aku tiba-tiba ditanyai dengan suara tegas.

Saat aku berbalik, sebelum aku menyadarinya, Touka sudah ada di belakangku.

“Ya tidak lah.”

Saat aku mengatakan itu, Touka menatapku dengan curiga.

“Hmmm.” jawabnya dan kemudian memalingkan muka.

Touka tidak suka kalau aku jatuh cinta dengan orang lain dan membuat hubungan palsu ini jadi berantakan, jadi itu pasti bukan adegan yang menyenangkan baginya.

“Untuk sekarang, ayo pulang.”

“......Ya.” jawabnya dengan gembira.

Kemudian, setelah mengganti sepatu dan berjalan menuju gerbang sekolah. Terlihat beberapa siswa/i berlarian di sekitar gedung sekolah, sepertinya beberapa klub atletik sudah mulai berlatih.

“Tomoki-senpai!”

Aku berhenti ketika mendengar suaraku dipanggil.

“...Kenapa kau berhenti? Ayo cepat pergi ke stasiun.”

Kupikir Touka juga bisa mendengar suara yang memanggilku itu, tapi dia tidak mempedulikannya, dan membuatku bergegas dengan senyum cerah.

“Kau benar-benar menghindarinya ya...”

Aku tersenyum masam.

Kemudian, aku meliihat seorang junior yang pasti habis memanggil namaku berlari ke arahku.

“Kerja bagus untuk hari ini! Apa kau mau pulang!?”

Orang yang mengatakan itu dengan senyum cerah di wajahnya adalah juniorku yang bernama Kai Rekka.

“Yah, aku baru mau pulang.”

“Itu sebabnya, kami tidak punya waktu untuk berbicara denganmu. Aku dan Senpai akan kencan sepulang sekolah sekarang.”

“Kau masih mengerikan seperti biasanya...”

Aku tersenyum masam pada Touka, yang dengan lantang menunjukkan penolakannya.

...Kai Rekka, meskipun aku dan dia sekarang bersahabat, tapi dia cukup memusuhiku beberapa waktu yang lalu. Kemudian, kami sempat terlibat baku hantam, dan karena itu, Touka sangat membenci Kai.

...Mereka berdua adalah junior langka yang mau bergaul denganku, jadi aku berharap mereka bisa rukun satu sama lain, tapi itu sepertinya sulit terwujud.

“Ngomong-ngomong, Kai. Rambutmu sudah lumayan tumbuh.”

Kai ngebotakin kepalanya sebagai tanda penghormatan setelah baku hantam denganku, tapi sekarang rambutnya sudah lumayan tumbuh dan menjadi pria berambut pendek generasi ketiga.

Sejak awal dia berupa elok, sekalipun dengan rambutnya yang seperti ini, dia tetap terlihat keren. Malahan, itu menjadi agak lebih liar, dan beberapa orang mungkin mengatakan bahwa yang seperti ini adalah tipenya.

...Faktanya, dalam perjalanan ke sini, gadis-gadis yang berpapasan dengannya melihat Kai dan tersipu.

“Yah, lagian sudah lebih dari dua bulan sejak kejadian itu. Oh! Jika Senpai bilang kalau kau lebih suka aku botak, aku akan siap ngebotakinnya.”

“Aku tidak akan mengatakannya, jangan khawatir.” jawabku dengan senyum masam.

“Nah, kurasa tidak ada lagi yang perlu kita bicarakan. Ayo pulang, Yuuji-senpai! Bye-bye Kai-kun, sampai jumpai lagi di semester dua!”

Dari perkataannya, Touka bermaksud mengatakan bahwa dia tidak ingin melihatnya selama liburan musim panas ini.

Dia pun mendorong punggunggku, dan mencoba untuk pergi dengan cepat.

“Tidak, tunggu sebentar, Tomoki-senpai! Ada satu hal yang ingin kukatakan!” kata Kai dengan terburu-buru.

“Hah? ...Tidak, tidak. Senpai tidak ingin mendengarnya, kan? Jadi ayo pulang!?”

Touka tersenyum dan meminta persetujuanku.

Namun, Kai terlihat agak cemas. Dan jika aku tidak mendengar apa yang mau dia bilang, aku malah akan jadi penasaran. Aku pun menoleh padanya dan memberinya isyarat untuk melanjutkan perkataannya.

“Ya, ada apa?”

Terhadap perkataanku, bahu Touka bergetar seolah dia marah, sementara Kai memiliki senyum di wajahnya.

“Saat liburan musim panas... aku akan senang jika kau bisa nongkrong bareng denganku.” ucap Kai dengan malu-malu.

...Oh, ternyata itu toh? Maka harusnya tidak ada yang perlu kau cemaskan.

“Hah? Tentu saja tidak bisa. Selama liburan musim panas, Senpai sudah berjanji akan banyak berkencan denganku.”

“Aku tidak keberatan, aku juga ingin menjadi lebih akrab denganmu, Kai.”

“...Senpai?”

Ketika perkataanku tumpang-tindih dengan perkataan Touka, dia jadi panik seolah-olah takut akan sesuatu.

...Memangnya aku bilang apa sampai membuatnya jadi sepanik itu?

Dengan pemikiran itu, aku segera berbicara dengan Touka.

“Jangan khawatir, aku tidak akan melupakan kencanku denganmu.”

“...Bukan itu masalahnya!” serunya dengan tatapan tidak puas.

Lah, terus dia ini kenapa?

“Maafkan aku Touka. Terkadang aku juga ingin nongkrong bareng dengan Tomoki-senpai.” seru Kai yang meminta maaf.

...Dia benar-benar junior yang selalu mengatakan hal-hal baik.

Meski begitu, Touka memiliki suara yang keras terhadapnya,

“Itu tidak mungkin! Sama sekali tidak mungkin.”

Dia bergumam, dan mengalihkan pandangan dingin ke arah Kai.

“Maaf, maaf.” serunya, tampak tidak tersinggung. “Oh, ngonmong-ngomong, apa kau menyukai pemandian air panas, Senpai? Sebagai tanda terima kasih, tolong izinkan aku menggosok punggungmu!”

Hmm, pemandian air panas? Itu terdengar bagus.

Tentu aku tidak keberatan.... Itulah yang ingin kujawab, tapi,

“Hah!? Tidak, tidak boleh! Jelas tidak boleh! Kenapa Senpai harus pergi ke pemandian air panas bersamamu!? Menjikkan! Rasanya jadi pengen kuhantam dirimu itu!”

Touka menentangnya dengan keras.

Bukankah itu terlalu berlebihan?

“...Touka, bukankah itu udah kelewatan? Bahkan Kai juga akan tersakiti jika kau megatakannya dengan berlebihan.”

“Eh!? ...Tidak, sejujurnya aku bisa memahami perasaan Touka. Yah, wajar saja dia bilang begitu.” sela Kai dengan ekspresi sedih.

Aku yakin Kai sendiri masih menyesali apa yang dia katakan dan lakukan padaku saat itu. Namun, aku juga tidak ingin Kai terus seperti ini. Lagian, mungkin itu ide yang bagus untuk mandi bersamanya sesekali dan berbicara secara terbuka.

“Padahal aku mengatakan itu demi kebaikanmu sendiri...!” gumam Touka, menggertakkan giginya karena kesal.

...Senang mengetahuinya peduli padaku seperti itu.

“Terima kasih untuk semuanya, Touka. Tapi menurutku itu tidak apa-apa jika bersama Kai!?”

Ketika aku mengungkapkan apa yang kupikirkan kepada Touka, dia memiliki ekspresi yang begitu rumit di wajahnya.

“Ya, tapi...!”

Setelah mengatakan sesuatu yang tidak kumengerti dengan baik, dia berkata dengan ekspresi serius seolah-olah telah mengambil keputusan.

“...Aku mengerti! Aku akan bertanggung jawab untuk melindungi, Senpai! Jadi, saat kau pergi ke pemandian air panas dengannya, tolong panggil aku juga! Aku akan melakukan semua yang kubisa, dan jika ada bahaya, aku akan selalu bergegas untuk melindungimu!!”

Aku sangat tersentuh oleh fakta bahwa Touka sangat khawatir terhadapku. Dia benar-benar gadis yang baik.

....Berpikir begitu, aku justru diliputi oleh tatapan tajam dari Touka.

“Y-Ya, ayo pergi ke sana dengan Touka. Kau tidak keberatan, kan, Kai?”

“Tentu saja, aku sama sekali tidak keberatan, Tomoki-senpai! Aku menantikannya, ayo kita rilekskan diri kita bersama-sama!”

Pipi Kai memerah dan dia tersenyum malu. [Catatan Penerjemah: Jijik Anjing.]

Memang benar, di  hari yang terik saat musim panas, akan sangat menyenangkan untuk mengeluarkan peluh dan merilekskan diri di pemandian air panas.

“Senpai... umm.”

Dengan wajah pucat, Touka memili ekspresi yang tampak seperti akan menangis kapan saja. Aku sangat terkejut melihat itu dan segera memanggilnya.

“Ada apa? Apa kau sakit atau sesuatu?”

Saat aku memikirkan itu, dia meremas seragamku dengan erat dan menatapku.

“...Aku pasti akan melindungimu!”

Kemudian, dengan ekspresi yang serius, Touka menyatakan itu dengan sikap yang lebih bertekad dari sebelumnya.

...Aku benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Meski begitu, aku jadi tahu dari kata-kata dan ekspresinya bahwa dirinya memikirkanku dengan serius.

“T-terima kasih, Touka.”

—Aku sangat senang tentang itu.

Hanya saja aku merasa kesal karena kemampuan komunikasi yang buruk, aku hanya bisa menjawab seperti itu.


8 Comments

Previous Post Next Post