The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 282


Bab 282 - Perjalanan Penuh Darah dengan Drake


Drake bilang dia mau jalan-jalan keluar, jadi Hikaru membawanya keluar tembok. Drakon putih itu tampaknya sudah mencoba semua makanan yang ada di Dream Maker. (Drakon ini terlalu riang), pikir Hikaru sambil memperhatikan Drake.

Bawahan Duinkler tiba pagi-pagi sekali, dan Lavia serta Paula pergi bersamanya untuk memeriksa beberapa properti. Hikaru juga meninggalkan keputusan untuk membeli rumah kepada mereka.

[Hmm...] sejak mereka meninggalkan kota, Drake terus mengernyitkan hidungnya tanpa henti.

"Apa ada yang salah?"

[Di sini bau.]

“Aku sudah mendengar itu jutaan kali. Tapi aku masih tidak bisa mengatakan kalau di sini bau atau tidak. “

Hikaru bisa mencium pepohonan, bunga, dan buah-buahan, tapi tidak ada bau aneh yang dicium oleh Drake.

[Ini tidak normal. Baunya menyengat sekali.]

“Apa kau yakin kalau hidungmu itu tidak cacat atau semacamnya?”

[Kasanya perkataanmu. Hidungku ini normal dan bagus, oke? Dengan penciumanku, aku bahkan bisa pergi ke Zagin dengan mata tertutup. Aku bisa mencium bau makhluk besar di depan, dan aku juga bisa mencium baunya Lavia darimu.]

Ekspresi Hikaru segera berubah menjadi serius. Hikaru dan gadis-gadis itu tidur di kamar yang berbeda, tapi dia biasanya bangun dan mendapati Lavia menyelinap ke tempat tidurnya. Lavia tidak benar-benar melakukan apapun, dan dia terlihat menggemaskan, jadi Hikaru tidak benar-benar mengeluh tentang itu. Tapi tetap saja, saat orang lain yang menunjukkan hal itu, rasanya terlalu memalukan.

“Jangan bilang kepada siapa pun tentang itu, kau mengerti?”

[Kenapa tidak boleh? Paula terlihat senang pas aku memberitahunya.]

(Astaga. jadi Paula tahu.) Hikaru menutupi wajahnya dengan tangannya.

[Yang jelas, lupakan itu. Ada sesuatu yang besar datang ke arah kita.]

“Y-Ya... Aku juga sudah merasakannya sejak tadi.”

Hikaru sudah mengetahuinya dengan [Deteksi Mana]-nya. Bahkan dari jarak seratus meter, deteksinya memungkinkan dia untuk mengidentifikasi makhluk besar itu seolah-olah sedang menyala dengan kekuatan hidup.

“Babi hutan.”

Hewan itu, yang sebesar bangunan dua lantai, berjalan ke arah mereka. Daerah tempat Hikaru berada memiliki cukup ruang di antara pepohonan untuk dapat dilalui makhluk itu.

“Ini benar-benar aneh... Orang-orang di sini tidak bisa menggunakan sihir, dan aku merasakan sangat sedikit mana dari mereka, tetapi monster-monster sebenarnya memiliki mana.”

[Apa kau bisa membunuh makhluk itu?]

"Tentu saja. Dengan melakuksan satu pembunuhan, maka aku akan mencapai kuota-ku untuk satu hari.”

Mereka berada sekitar dua jam berjalan kaki dari kota, tapi regu ekspedisi harusnya akan dengan senang hati membawa jarahan besar-besaran dengan gerobak mereka.

(Baiklah kalau begitu. Bagaimana caraku membunuhnya?)

【Soul Board】 Hikaru
Usia: 16 Peringkat: 49
3

【Daya hidup】

【Kekuatan Sihir】
.. 【Mana】 1

【Kekuatan Fisik】
.. 【Kekuatan】 1-> 3
.. 【Penguasaan Senjata】
.... 【Melempar】 10 (MAX)
...... 【Tembakan Surgawi】 0

【Kelincahan】
.. 【Ledakan Kekuatan】 5
.. 【Sembunyi】
.... 【Pembingung Kehidupan】 5 (MAX)
.... 【Pembingung Mana】 5 (MAX)
.... 【Pembingung Persepsi】 5 (MAX)
...... 【Pembunuhan】 3 (MAX)
........ 【Snipe】 3 (MAX)
...... 【Pembingung Kelompok】 5 (MAX)

【Intuisi】
.. 【Naluri】 2
.. 【Deteksi】
.... 【Deteksi Kehidupan】 1
.... 【Deteksi Mana】 3
...... 【Perluasan Deteksi】 3 (MAX)

Hikaru telah naik lima peringkat dengan bertarung di hutan ini. Dia menggunakan dua poin itu untuk meningkatkan [Kekuatan]-nya. Ini bukan hanya peningkatan sederhana. Lebih banyak poin pada [Kekuatan] juga akan memengaruhi [Ledakan Kekuatan]-nya.

Dan tentu saja, itu juga berpengaruh pada [Melempar]. Pisau yang dilemparkan Hikaru menembus dahi babi hutan itu, mengenai otaknya, dan keluar dari belakang kepalanya.

“Ohh...”

Bidikannya sempurna. Skill [Snipe] meningkatkan serangannya, menghasilkan efek pembunuhan instan, dan [Kekuatan] tambahan memberikan lebih banyak kecepatan dan keefektivan.

Tanah bergemuruh saat babi hutan itu terdorong ke depan dan roboh. Kemudian, suasana menjadi sunyi saat awan debu membubung di udara. Darah menetes dari lubang seukuran kepalan tangan di kepala makhluk itu.

[.........]

“Peringkatku tidak naik. Rasanya jadi semakin sulit untuk mencapai peringkat lima puluh. Ini membuatku bertanya-tanya, orang-orang itu sudah sampai seberapa banyak berburu hingga bisa mendapatkan peringkat tiga digit seperti itu.”

[Tunggu, apa?! Bagaimana bisa kau membunuhnya dengan mudah?! Sejak kapan kau menjadi begitu kuat?!]

"Baru saja."

[Baru saja?! Itu tidak mungkin... Yah, bagaimanapun, ini adalah kau yang sedang kita bicarakan... Ya...]

Drake mengangguk pada dirinya sendiri, seolah berhasil meyakinkan dirinya sendiri. Hikaru merasa terganggu dengan pandangan jauh di wajah drakon itu saat dia menatapnya.

Drake pun terbang dan mendarat di samping babi hutan.

[Ini bau.]

"Aku tahu. Baunya busuk. Kupikir dagingnya tidak akan memiliki bau yang sama. Hanya saja kuharap ototnya tidak terlalu kuat, soalnya itu akan buruk. Meskipun begitu, kurasa itu tergantung bagaimana kau memasaknya, bahkan daging berotot pun bisa terasa enak?”

[Bukan itu maksudku! Aku mencium bau yang mengerikan berasal dari dalam babi hutan ini.]

“Wajahmu yang sekarang juga terlihat mengerikan loh.”

Drake menatapnya dengan mata berkaca-kaca dan gigi telanjang. [Kesampingkan masalah wajahku! Ada sesuatu di dalamnya!]

"Apa?"

[Apa kau bisa memotong babi ini?]

“Uh...”

Mengingat sosok pemilik toko yang berlumuran darah membuatnya sangat enggan, tapi [Naluri]-nya mengatakan kepadanya bahwa dia harus melakukan apa yang dikatakan Drake.

(Aku benar-benar tidak ingin melakukannya...) pikir Hikaru.

“Baiklah...” kata Hikaru sambil menggulung lengan bajunya.

---

"Apakah ini?"

Bahkan dengan tiga poin pada [Kekuatan], Hikaru tidak bisa mengangkat babi hutan tersebut. Dengan Belati Kekuatannya, dia membelah perutnya, yang kemudian memperlihatkan jeroannya. Adapun pisau yang dia lempar, Drake menggunakan indra penciumannya untuk menemukannya dan mengembalikannya ke Hikaru.

Di antara organ-organ itu, jantung dari makhluk itu memiliki batu kehitaman menempel di atasnya. Jantung babi hutan itu begitu besar sehingga tidak bisa dibawa dengan dua tangan, dan batu itu ukurannya sebesar kepalan tangan Hikaru, membuatnya jadi terlihat jelas.

Hikaru belum pernah melihat jantung binatang dengan batu di atasnya. Tentu saja, dengan mempertimbangkan ukuran babi hutan tersebut, hewan yang lebih kecil kemungkinan besar akan memiliki batu sebesar biji wijen, itupun jika memang ada batu di jantungnya.

[Ya!]

"Apa itu? Kelihatannya seperti kutu, tapi kutu dan tungau tidak menempel di jantung. Itu mungkin hanyalah sebuah batu, tapi warnanya hitam...”

Drake pun melompat dan menelan seluruh batu itu.

“Eww...”

[Kenapa kau merasa jijik?! Itu batu naga!]

“Kenapa aku tidak harus merasa jijik?! Mau itu batu naga atau batu sihir, aku tidak peduli. Masalahnya adalah kau baru saja menelan batu yang berlumuran darah! Tunggu dulu, apa barusan kau mengatakan batu naga?”

Hikaru mendapakant batu naga seukuran bola rugby dari Naga Bumi yang dia bunuh. Di dalamnya teersimpan mana, tapi itu tidak segelap yang baru saja dimakan Drake.

“Batu naga di dalam babi hutan? Apa namana bukan batu babi hutan?”

[Ya, itu adalah batu naga yang ada di dalam babi hutan. Aku mencium bau yang jahat dari binatang-binatang di sini.]

“Tunggu, bagaimana jika hewan-hewan lain juga memiliki parasit berupa batu naga ini di dalamnya?”



1 Comments

Previous Post Next Post