The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 283


Bab 283 - Panggilan Malam


Singkatnya, hanya ada beberapa hewan yang memiliki batu naga di dalam diri mereka. Tampaknya fenomena tersebut terjadi secara acak, bukan karena berdasarkan spesies ataupun jenis kelamin.

Hari itu, Hikaru kembali ke kota lebih awal dan kemudian melaporkan pembunuhan babi hutan itu kepada regu ekspedisi yang berdiri di dekat gerbang. (Bukannya kalian harusnya berada di luar sana?) pikir Hikaru. Para prajurit pergi untuk mengumpulkan buruan dengan semangat yang tinggi.

Hikaru kemudian menanyakan perihal batu naga pada mereka, dan mereka bilang kalau terkadang ada hewan yang memilikinya dan terkadang juga tidak. Bahkan, terkadang manusia juga memilikinya.

“Hmm... mungkinkah itu semacam parasit?”

[Tidak. Aku yakin sekali kalau itu batu naga.]

“Ataukah itu semacam penyakit? Seperti batu ginjal tempat batu literal terbentuk di dalam tubuh.”

[Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan, bagiku itu terlalu membingungkan. Ngomong-ngomong, aku ngantuk, jadi aku mau tidur siang.]

"Tunggu dulu..."

[Zzz...]

Di lehernya, Hikaru bisa mendengar makhluk itu bernapas.

“Ya ampun, dia ini terlalu masa bodoh.”

“Ah, Hika—Lord Silver Face!”

Sambil melambaikan tangannya, Paula berlari menghampiri Hikaru dari seberang jalan (Dia terlihat seperti anjing yang menghampiri majikannya), pikir Hikaru.

“Kau pulang lebih cepat dari biasanya.” katanya.

"Yah begitulah. Ada hal-hal yang perlu kupikirkan. Bagaimana situasi di pihakmu?”

“Aku dan Lavia pergi untuk memeriksa beberapa rumah!”

“Apa kalian ada menemukan rumah yang bagus?”

Paula terkikik. “Nah, tentang itu tunggu saja sampai kau melihatnya sendiri!”

“Baiklah... Aku pasti akan senang kalau kau menyukainya. Ngomong-ngomong. Lavia di mana?”

“Dia lagi belanja perabotan.”

"Jadi begitu."

Sejak tadi, Paula berada dalam suasana hati yang baik. Hikaru jadi merasa sedikit khawatir tentang betapa mereka sangat menyukai rumah baru itu. Karena ini adalah benua yang berbahaya, mereka tidak akan tinggal di sini untuk waktu yang lama, mungkin paling lama hanya satu atau dua tahun. Terlalu terikat dengan tempat ini justru malah akan membuat lebih sulit untuk pergi.

(Tetap saja, itu lebih baik daripada tinggal di sini dengan enggan.)

---

Malamnya, Hikaru mendapati Lavia juga berada dalam semangat yang tinggi. Melihat reaksi yang mereka tunjukkan itu, mau tak mau Hikaru jadi penasaran tentang rumah tersebut.

"Jangan dulu."

“Kau baru boleh melihatnya setelah rumah itu siap.”

Namun, mereka tidak mau dia melihat rumah itu terlebih dahulu. Hikaru kemudian menanyakan tentang harganya, dan ternyata, itu terlalu mahal bagi perekonomian jika dibayar secara tunai. Sebaliknya, saat mereka berada di Dream Maker, Silver Face akan berburu hewan untuk berkontribusi pada pasokan makanan warga—yang biasanya tidak terlalu pasti ada.

Sejak siang tadi, Drake terus tertidur, jadinya Hikaru hanya membiarkan drakon itu melingkar di lehernya saat dia pergi ke Zagin. Malam ini adalah pesta babi hutan—di menu yang disiapkan, hampir semua makanan menggunakan daging babi hutan.

“Daging babi hutan agak bau, tapi rasanya seperti kau memakan daging yang enak.” kata Lavia.

“Aku tidak tahu kalau kau adalah orang yang suka makan daging.”

Daging yang digoreng dengan jahe dibawa ke meja mereka. Itu dimasak dengan menggunakan kecap—atau sesuatu yang mirip seperti itu—sebagai bumbu. Pasti Eiichi lah yang memperkenalkan makanan ini kepada orang-orang.

“Ini keras, dan sedikit berbau. Tapi rasanya enak.”

Kendati menggunakan kubis sebagai pelengkap, mereka menggunakan sayuran yang tidak diketahui sayuran apa itu, namun rasanya masih enak. Tendonnya keras, berlemak, tapi rasanya masih seperti hidangan yang selama ini dikenal Hikaru.

“Sekarang aku pengen makan nasi...” gumam Hikaru.

Kemudian, Wyza si pelayan datang ke meja mereka dan dengan santai duduk bersama mereka. [Kudengar-dengar kalian sedang menyelidiki kontaminasi hewan?]

“Dia ngomong apaan?” tanya Hikaru. “Selain itu, kenapa dia duduk di mejak kita dan bertingkah seperti dia itu teman kita?”

“Dia ngomongin sesuatu tentang hewan... tapi aku tidak benar-benar tahu apa yang dia maksud.”

Hari ini Gin tidak ada, dan sekalipun dia ada, itu tidak seperti dia bisa menjadi penerjemah untuk mereka.

[Aku kenal dengan seseorang yang tengah mempelajari itu. Apa kau tertarik?]

“Katanya dia akan memperkenalkanmu kepada seseorang yang mempelajari kontaminasi pada hewan.” Deena menyela. “Kupikir yang dia maksud adalah sang sage Zahadu.”

“Kau ada perlu denganku?” Hikaru bertanya dengan penuh kecurigaan, sampai membuat Deena mundur beberapa langkah.

“Lord Grucel ingin bertemu denganmu. Aku ke sini untuk menjadi pemandumu.”

"Aku menolak."

“Aku tidak akan ikut serta dalam pembicaraan kalian. Jadi kumohon, ikutlah denganku.”

Deena membungkuk dalam-dalam. Bar yang awalnya bising kini menjadi sunyi. Bahkan Wyza tampal kebingungan.

Akhirnya, Hikaru menghela nafas. “Baiklah, aku mengerti. Kalau seorang wanita sampai membungkuk kepadaku seperti ini, itu akan membuatku terlihat seperti orang jahat.“

"Ah, tidak! Aku tidak bermaksud begitu!Aku minta maa—“

"Oke, tunjukkin jalannya.” kata Hikaru. “Apa kau bisa menjaga Drake?”

"Mmh, hati-hati.” kata Lavia.

Hikaru meninggalkan Drake pada Lavia, kemudian bangkit dari kursinya. Dengan enggan dia pergi dari situ saat makanannya baru setengah dihabiskan.

“.........”

“.........”

“.........”

“.........”

Di jalan, hanya cahaya redup dari lentera kertas yang menerangi jalan mereka saat berjalan di malam hari. Di sini tidak ada kaca, jadinya mereka tidak bisa membuat lampu.

Setelah berjalan dalam keheningan selama beberapa menit, Deena tiba-tiba berhenti.

“Lord Silver Face. Aku bisa mengerti bahwa kau tidak dapat mempercayaiku, tapi Lord Grucel benar-benar peduli terhadap masa depan negeri ini. Karenanya, kumohon...”

“Kau tidak peduli jika aku tidak mempercayaimu, tapi kau ingin agar aku setidaknya mempercayai Grucel?”

"Iya. Aku sungguh meminta maaf atas permintaanku yang egois ini.”

"Begitukah, tapi sayangya tidak."

Deena heran dengan penolakan langsung dari Hikaru.

“Aku sendiri yang akan memutuskan apakah seseorang bisa kupercayai atau tidak. Kau tidak memiliki hak di dalamnya. Apa Grucel ada di sini?”

“Ya, lewat sini.”

Merasa kecewa, Deena membuka pintu yang mengarah ke sebuah bangunan yang sepertinya merupakan fasilitas militer. Di dalamnya ada meja tamu, dan meskipun seluruh tempat itu diselimuti kegelapan, ada sebuah ruangan di koridor panjang tempat cahaya keluar melalui pintu. Hikaru bergerak menuju ruangan tersebut dengan langkah yang cepat. [Deteksi Mana]-nya merasakan Deena berdiri di pintu masuk, tidak masuk ke dalam bangunan. Jadinya, dia cuman sendiran di koridor tersebut.

“Aku masuk.”

“Makasih sudah datang.” seperti biasanya, Grucel memperlihatkan ekspresi yang hampir tanpa emosi. “Maaf sudah mengambil waktumu, Silver Face.”

“Aku tidak keberatan tentang itu, tapi kalau bisa, beri tahu aku tentang ini lebih cepat. Di Zagin tadi, aku menarik terlalu banyak perhatian karena Deena membungkuk padaku. Itu menjengkelkan.”

"Begitu ya. Membuatmu marah masih membebani pikirannya. Itu sebabnya, aku juga meminta maaf atas namanya.”

Ruangan itu hampir tidak memiliki perabotan, hanya ada dua kursi dan meja tempat teko teh yang sudah dingin diletakkan. Melihat ruangan ini, Hikaru jadi merindukan makanan hangat yang ada di Zagin.

“Tidak usah menyusahkan dirimu sendiri. Aku tidak akan memaafkanmu karena menculik Paula, dan aku yakin kalau ada orang di pihakmu yang kesal karena aku menenggelamkan salah satu kapal kalian. Kita tidak perlu rukun.”

“Meski kau bilang begitu, sekarang kau bekerja sama dengan Duinkler. Kudengar kau membeli mansion di distrik 12.”

“Jadi kau mengetahui itu, ya... Sebenarnya, aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang rumah itu.”

“Di Dream Maker hanya ada 31 mansion. Hijau melambangkan hamparan hutan di luar kota. Memasukkan itu ke dalam kediamanmu berfungsi sebagai bukti kekuatanmu.”

"Kau pasti bercanda ‘kan..."

(Pria sialan itu... Dari semua properti yang bisa dia tunjukkan kepada kami, dia memilih properti yang keterlaluan. Bahkan mungkin saja dia tidak menjelaskan latar belakang properti itu pada Lavia dan Paula.)

Pada akhirnya, menyediakan mansion untuk Hikaru tidak akan melukai kantong Duinkler selama dia bekerja untuk itu. Jika mereka pergi, dia juga akan mendapatkannya kembali. Pria itu bahkan tidak merinci seberapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan Hikaru sebelum properti itu menjadi miliknya.

(Iblis licik itu...) Hikaru menghela nafas.

“Kurasa kau dengan tergesa-gesa mempelajari bahasa kami begitu menyadari bahwa aku bekerja dengan Duinkler. Pengucapanmu menjadi lebih baik. Aku mengagumi sikap itu. “

“Aku tidak mempelajarinya hanya untuk bisa berinteraksi dengamu. Di masa depan, kami akan lebih banyak berinteraksi dengan benua lain. Karenanya, seorang komandan harus tahu bahasa pihak lain.”

“Asal tahu saja, aku tidak bekerja sama dengan Duinkler.”

"Sungguh?"

"Tentu saja. Pikirmu siapa yang akan mempercayai pria tua yang licik itu?”

“Pra tua yang licik, ya?” Grucel terkekeh.

(Oh, jadi dia bisa tertawa.)

“Rupanya, Raja Eychi seringkali menggunakan kata itu. Kudengar kau dari dunia yang sama dengan beliau.”

"Ya. Aku menduga kau mengetahuinya dari Deena. Seperti yang kupikirkan, wanita itu memang tidak bisa dipercaya.”

Selama pertemuan Hikaru dengan Doriachi, hanya Deena satu-satunya pihak lain yang hadir di sana. Orang yang mendengarnya berbicara menggunakan bahasa Jepang hanyalah raja dan Deena. Pada dasarnya dia tidak keberatan jika orang-orang tahu bahwa dia dari Jepang, meski begitu, dia tidak ingin menyebarkan berita tersebut. Selain itu, mengetahui bahasa Jepang sepertinya menjadi prasyarat untuk menjadi raja di negara ini.

“Dia tidak memberitahukan orang lain tentang itu, cuman aku.” kata Grucel.

“Nah, justru itu yang jadi masalah di sini. Semua yang dia tahu diberitahukan kepadamu. Aku tidak bisa memiliki penerjemah seperti itu.”

“Silver Face. Aku tahu kalau kau suka merahasiakan suatu hal, itulah sebabnya aku mempelajari bahasamu. Karena dengan begitu, dia tidak akan ada ketika kita berbicara seperti ini.”

Deena adalah penerjemah yang hebat, tapi Hikaru membencinya. Karenanya, Grucel berencana untuk tidak melibatkan Deena lagi.

“Ngomong-ngomong, kupikir kita tidak punya banyak hal untuk dibicarakan.” kata Hikaru.

“Aku mendengar tentang kemungkinan musuh datang ke selatan. Berurusan dengan itu adalah tugas prajurit.”

(Dia pasti mengacu pada apa yang aku dan Wakamaru bicarakan.)

“Kau dapat berbicara denganku melalui Duinkler jika kau mau.”

"Ayolah. Tolong jangan katakan itu. Selain itu, kau sendiri mengatakan kalau kau tidak bekerja sama dengan Duinkler.”

“Apa yang terpenting adalah kepercayaan, dan aku tidak mempercayaimu. Sejujurnya, apa pun yang terjadi pada benua ini aku tidak peduli, aku juga tidak tertarik dengan perang wilayah kalian. Jika kau bekerja sama dengan Duinkler, masalah ini dapat kalian selesaikan dengan cepat.”

Grucel terdiam. Bekerja sama dengan Duinkler bukanlah suatu pilihan baginya. Menilai dari itu saja, sudah bisa diketahui betapa mengakarnya persaingan di negara ini.

Orang-orang mengatakan kalau ada tiga orang yang berkumpul, maka dua faksi akan terbentuk. Dahulu kala, di sini dibangun suatu pemukiman, dan kemudian mereka bergabung dengan pendatang baru yang tiba 500 tahun yang lalu. Satu-satunya titik balik lainnya adalah Eiichi yang menjadi raja, dan sisanya adalah sejarah—suatu sejarah hubungan pribadi antara warga negara.

Mereka yang menentang satu sama lain tidak akan setuju untuk berjabat tangan sambil tersenyum dengan musuh mereka hanya karena orang luar menyuruh mereka melakukannya. Hikaru jadi merasa sedikit kasihan pada Grucel.

“Kepercayaan seseorang bisa kau dapatkan sedikit demi sedikit.” kata Hikaru. “Jangan mencoba untuk mendapatkannya sekaligus. Aku tidak mempercayai Duinkler, aku juga tidak memiliki keyakinan terhadapnya. Sekalipun begitu, kami memiliki minat yang sama, jadi terkadang kami bekerja sama.”

“Begitu ya... Kau memang benar. Aku tidak menyangka bahwa anak muda sepertimu akan menguliahiku seperti ini. “

Dan dengan itu, pertemuan malam itu berakhir. Saat Hikaru pergi, Gin tiba di Zagin dan menghabiskan makanannya. Merasa kesal, Hikaru menyuruhnya membayar semuanya.



4 Comments

Previous Post Next Post