The Undetecable Strongest Job: Rule Breaker Bab 279


Bab 279 - Kembali dari Perburuan


[Apa-apaan semua ini!?]

Gerbang Dream Maker akan dibuka dua kali sehari, pertama di pagi hari, dan kedua di sore hari. Para penduduk lokal juga memiliki izin untuk pergi keluar tembok, sehingga mereka bisa mengumpulkan buah-buahan dan pergi berburu, namun dengan syarat mereka harus cukup kuat.

Industri perikanan, yang menggunakan sungai besar yang mengalir di belakang kota, jauh lebih makmur. Meski begitu daging hewan harganya mahal, karena ada risiko akan dibunuh oleh monster jika pergi berburu.

[Apa yang melakukan ini adalah pria bertopeng dari Primeval itu?] tanya penjaga gerbang.

Bahkan anggota regu ekspedisi dibuat bingung. Gerobak mereka, yang biasanya hanya berisi beberapa mayat hewan, telah terisi penuh. Hanya dengan melihatnya seklias, orang-orang bisa tahu kalau mereka mendapatkan tangkapan besar.

[Y-Ya... Kami sendiri merasa aneh, tapi ini ada kenyataan, kami menemukan semua ini terletak di pinggir jalan dan tidak ada orang lain di dekatn mereka selain pria itu.] kata seorang pria, menunjuk ke pria bertopeng yang dengan penasaran menatap gerobak dan senjata api portabel mereka.

[Tapi dia kelihatan sangat lemah.]

[Aku bisa mengerti keraguanmu itu?]

[Apa yang terjadi di sini? Cepat tutup gerbangnya. Kalian tahu kalau gerbang itu tidak boleh dibiarkan terbuka begitu lama, kan? Kalian ini semakin ceroboh. Mungkin karena itulah alasan Yamamaneki menyerang kota.]

Seorang prajurit datang dengan berjalan dari arah kota. Armor dan jubah yang dia kenakan jelas terlihat berbeda dari yang lainnya.

[L-Lord Gin!]

Penjaga gerbang dan regu ekspedisi segera memberi hormat. Prajurit juga memiliki pangkat, dan menilai dari reaksi mereka barusan, pria yang baru saja datang ini pmemiliki pangkat yang lebih tinggi dari mereka.

[Whoa! Apa-apaan tumpukan daging ini?! Apa kalian memang sekuat ini, ya? Oh, bahkan ada Rusa Ludah juga! Hewan ini gesit. Aku terkesan kalian bisa menangkapnya.]

[Yah, nampaknya bukan regu ekspedisi yang membunuh hewan ini...]

[Apa?]

Penjaga gerbang pun menunjuk ke arah pria bertopeng.

[Oh, begitu ya. Itu jadi masuk akal.] kata Gin.

[Apa kau mengenal pria itu, Pak? Oh iya, kau kan menjadi bagian dari pelayaran ke barat.]

[Pas di kapal. kami menghabiskan cukup banyak waktu bersama-sama.]

Gin adalah salah satu dari tiga pria yang memancing bersama Hikaru. Hanya para elit yang akan dipilih untuk menjadi bagian dari pelayaran angkatan laut menuju Vireocean. Gin, Dolan, dan Zuzun, sebenarnya termasuk yang terbaik dari para prajurit.

Gin pun mulai berjalan menuju Hikaru. “Silver Face.”

“Hmm? Oh, Gin ya. Aku ingin segera masuk. Apakah prosesnya akan memakan waktu yang lama? Hari sudah mulai gelap.”

Gin tidak bisa berbicara menggunakan bahasa Hikaru.

[Uh... kau bisa masuk.]

“Hmm? Aku bisa masuk?”

[Masuklah.]

“Bagaimana dengan hasil tangkapanku? Apaah semua ini cukup bernilai? Aku ingin menjual mereka.”

Hikaru pun membentuk koin dengan ibu jari dan telunjuknya.

[Kau mau menjual semua ini? Kau pasti akan memperolah banyak uang dengan menjual mereka. Aku akan mampir ke tempatmu nanti.]

“Nanti kau akan mampir? Oke. Kalau begitu sampai jumpa.”

Gin melambaikan tangannya saat melihat Hikaru pergi, dan kemudian menghela nafas.

[Siapa sebenarnya orang itu?] tanya dari anggota regu ekspedisi.

[Entahlah. Yang kutahu adalah dia sangat kuat. Sekedar saran:j jangan pernah membuatnya marah. Beberapa orang yang tolol mungkin akan meremehkannya hanya karena dia terlihat kecil. Jika itu terjadi, peringatkanlah dia. Atau kalau tidak...]

Gin pun memberitahukan penjaga gerbang dan regu ekspedisi bagaimana Silver Face menenggelamkan kapal dan menghabisi Yamamaneki.

[Haha! Ayolah Pak. Kau sendang bercanda kan?]

[Seandainya saja aku bercanda...]

[Dia sekuat itu, ya...]

Regu ekspedisi melihat ke kejauhan, sementara penjaga gerbang terlihat ragu.

[Masih ada banyak mayat hewan yang tertinggal di luar sana. Kita tidak bisa memuat semuanya.]

[Seriusan?! Padahal kalian sudah memiliki lebih dari cukup di sini.]

[Sudah mau malam, monster-monster yang ditarik oleh bau darah akan memakan mereka. Apa yang harsu kita lakukan?]

[Entahlah... Kurasa biarkan saja.]

[Apa kau yakin tentang itu, Pak?]

[Tidak ada yang diizinkan untuk pergi keluar di hutan pada malam hari. Itu adalah hukum. Para monster jauh lebih kuat di malam hari. Kurasa kita hanya akan memberikan bonus kepada Silver Face untuk menebus yang tidak bisa kita ambil.]

(Aku yakin para petinggi akan membayar yang sebagian), pikir Gin.

[Hanya untuk memastikan, kalian benar-benar mengambil yang berkualitas baik, kan?]

[Ya pak!]

[Sip, malam ini kita akan mengadakan pesta!]

Silver Face membawa masalah bagi mereka, tapi mendapatkan lebih banyak makanan harus;ah dirayakan. Gin kembali ke kota, sambil bersenandung di sepanjang jalan.

---

Hikaru kembali ke kamar mereka dan menemukan semua anggota partynya sudah ada di sana. Hal yang baik tentang tempat itu adalah adanya fasilitas khas sebuah apartemen—yaitu orang bahkan dapat mandi menggunakan shower yang mengeluarkan air hangat. Namun Lavia dan Paula tidak tahu bagaimana cara menggunakannya.

“Hikaru-sama, ini daftar toko yang membeli material.”

Setelah dia mandi, Paula menunjukkan kepada Hikaru selembar kertas. Kertas didistribusikan secara bebas di pasar, dan pensil juga mudah untuk diperoleh. Tidak kurang yang diharapkan dari budaya yang berasal dari orang Jepang.

Tapi pensil itu sendiri agak aneh. Timah yang tersangkut di antara serpihan kayu harus diganti jika itu sudah tumpul.

Loka karya Leather Dream - Membeli kulit binatang apa saja. Tupai berlengan panjang dan Ular yang panjangnya lebih dari satu meter akan dibeli dengan harga tinggi.

Dapur Nasional (Zagin) - Semua tumbuhan dan hewan yang bisa dimakan. Untuk lebih detailnya, silahakan mengunjungi toko.

Iron Pot Don - Silahkan jual Tipy Bird jika kau menangkapnya.

Asosiasi Distribusi Buah dan Sayuran - Buah dan sayuran yang dapat dimakan.

“Mereka bilang jika kau menjual ke tokonya secara langsung, mereka akan sangat menghargai itu dan membeli dengan harga yang lebih tinggi. Kalau kau merasa tidak ingin diganggu, Departemen Perbekalan regu ekspedisi dapat membeli semuanya untukmu.”

“Wow, kau mendapatkan semua informasi ini hanya dalam sehari?”

“Iya. Aku bertanya-tanya pada Deena dan dia menunjukkanku ke Departemen Perbekalan. Mereka memberi tahuku semuanya di sana.”

(Dia berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dengan langsung menemui orang yang bertanggung jawab atas persediaan makanan), pikir Hikaru. Sementara negara dibangun di atas konsep swasembada total, sebagian besar makanan sebenarnya dibawa dari luar kota. Sebagian besarnya adalah ikan, dan jika mereka mau daging, berburu menjadi satu-satunya pilihan.

Hikaru belajar satu hal dari bertualang di luar hari ini—berburu bukan untuk dilakukan warga biasa.

“Bagaimana denganmu sendiri?” tanya Lavia pada Hikaru.

“Aku jadi tahu mengapa para prajurit yang ada di sini kuat-kuat. Pertama, hewan-hewan yang ada di luar sangat peka terhadap bahaya dan tidak akan membiarkan siapa pun mendekat dengan mudah. Kau harus menembak mereka dari jauh atau tidak bersuara saat mendekat.”

“Apa itu seperti [Sembunyi]-mu?”

“Kurasa itu lebih bersifat fisik. Mungkin saja mereka dilatih tentang cara bergerak tanpa suara. Sungguh, ini cukup mengesankan, mengingat mereka tidak mendapatkan berkah dari job class. Kedua, setiap hewan itu humungous.”

Hikaru menemukan babi hutan yang lebih tinggi darinya. Dia membunuhnya, tapi sayangnya regu ekspedisi tidak dapat membawa mayatnya.

“Yang lebih agresif bahkan akan menyerang sekalipun itu sekelompok orang. Para prajurit harus berkoordinasi dengan sempurna untuk dapat menjatuhkan mangsa mereka di hutan yang memiliki pijakan yang buruk. Mereka juga tidak membunuh begitu saja. Mereka harus memastikan rasa daging tidak membusuk. Secara keseluruhan, ada banyak skill yang dibutuhkan.”

“Kurasa itu benar...”

“Jika Vireocean atau Ponsonia bertarung dengan cara biasa melawan orang-orang dari Dream Maker, mereka jelas tidak akan memiliki kesempatan. Tentu saja, jika mereka menggunakan metode yang luar biasa, mereka akan dapat menang dengan mudah.”

“Metode yang luar biasa?”

“Sihir.”

“Oh.”

Para penduduk negara ini tidak bisa menggunakan sihir. Dengan job class dan sihir di pihak mereka, angkatan laut Vireocean seharusnya akan memiliki keuntungan, tapi meriam musuh dapat membalikkan keadaan. Tapi senjata itu masih memiliki kekurangan karena tidak bisa dibawa-bawa. Pasukan ekspedisi memang memiliki senjata portabel, tapi Hikaru tidak tahu seberapa kuat senjata itu.

“Kau tidak terluka saat berada di lingkungan yang berbahaya di luar sana?”

“Ya, aku baik-baik saja. Dengan skill [Sembunyi]-ku, berburu hewan menjadi mudah. Selain itu, aku juga memiliki skill [Snipe].”

“Syukurlah.” kata Lavia, tampak lega.

“Oh, apa aku membuatmu khawatir?”

“Bagaimanapun juga, kita baru pertama kali berada di benua ini.”

“Kau benar. Maaf, harusnya aku kembali lebih cepat.”

“Ya, kau harusnya melakukan itu! Lavia sangat mengkhawatirkanmu tahu, setiap lima menit dia terus-terusan melihat ke luar jendela.”

“P-Paula! Jangan katakan itu kepadanya!”

Hikaru merasa rileks saat dia melihat Lavia tersipu. Soul Rank-nya benar-benar naik satu per satu selama perburuan hari ini. Ditambah poin yang dia dapatkan dari membunuh Yamamaneki, sekarang dia memiliki dua poin yang tersedia untuk digunakan.

(Aku harus menyimpan poin itu. Aku masih tidak tahu Skill seperti apa yang akan kubutuhkan nantinya.)

Kemudian, ketukan terdengar di pintu. Tentu saja, Hikaru sudah tahu kalau mereka akan datang.

[Hei, Silver Face!]

Di depan pintu ada Gin yang berdiri dengan mengenakan pakaian kasualnya, hanya kemeja dan celana pendek. Dia melemparkan tas ke arah Hikaru, yang berdentang saat Hikaru menangkapnya. (Oh, mereka sudah menjual jarahannya.)

[Ayo kita minum-minum!]

“Hmm?”

[Ayolah. Bagaimana dengan kalian para gadis?]

“Hika— Silver Face.” kata Lavia. “Kupikir dia mengundangmu untuk pergi makan malam.”

Lavia mulai mempelajari bahasa setempat. Dedikasinya untuk membaca sangat luar biasa.

“Oh... kurasa kita bisa pergi?”

“Tentu.”

“Aku tidak keberatan, tapi bagaimana dengan Drake?”

[Aku ikut! Aku ikut!]

Gin menjerit saat Drake melompat keluar.

“Baiklah kalau begitu. Ayo pergi.”

Mereka pergi ke jalan-jalan malam di Dream Maker.



Post a Comment

Previous Post Next Post