Tantei wa Mou, Shindeiru Volume 2 - Sudut Pandang Siesta

Sudut Pandang Siesta


Mungkin masih ada waktu sampai kesadaranku benar-benar lenyap sepenuhnya.

Di saat-saat terakhirku itu, aku menggunakannya untuk mengelus kepala asistenku yang terletak di pangkuanku.

Layaknya seorang anak kecil, asistenku tertidur dengan masih ada sisa-sisa air mata di pipinya.

“Kau ini tolol apa?”

Aku menyeka air mata itu dengan jari telunjukku, dan pipinya itu mendapatkan kembali kelembutnnya. Ya ampun, dia ini sudah bukan seperti anak kecil lagi, dia justru seperti seorang bayi.

“...Itulah sebabnya aku ingin mengucapkan selamat tinggal saat kau berada dipelukanku.”

Untukku, asisten pasti akan menangis.

Karenanya, aku tidak mau dia melihat saat-saat terakhirku... Aku ingin mengucapkan selamat tinggal padanya ketika kami berada di kapal yang sedang menuju ke pulau ini. Tapi, dia justru menyusulku di sini. Apakah Charl tidak marah padanya?

Astaga—

“Tidakkah kau ini terlalu menyukaiku?”

Mengulangai lelucon yang pernah kusebutkan padanya, aku mengangkat poni asistennku menggunakan ibu jariku. Uu, bagaimana bisa dia menunjukkan wajah tidur yang sangat menggemaskan seperti ini? Aku menunjukkan sedikit senyuman, dan anehnya, untuk suatu alasan aku jadi merasa kesal.

“Maafkan aku.”

Aku tahu saat ini kau tidak bisa mendengarku.

“Aku minta maaf karena pada akhirnya, aku lah yang mati lebih dulu.”

Tapi bagaimanapun juga,  aku tetap harus mengatakan ini.

“Sebenarnya, masih ada alasan lain mengapa aku memilih menggunakan strategi yang begitu sembrono seperti ini.”

Saat itu, ketika kau mengadakan pesta perayaan atas kesembuhanku di London, apa kau masih mengingatnya?

Kala itu, Alicia bilang pada kita..., bahwa dirinya ingin bersekolah.

Keinginannya itu, aku siap untuk memenuhinya.

“Pada dasarnya, tidaklah sulit jika hanya untuk sekedar mengalahkan musuh. Seperti misalnya, cukup dengan langsung membunuhnya saja. Akan tetapi, dia—Alicia, dia mengatakan itu.”

Dia ingin hidup. Dia ingin bersekolah.

Itulah sebabnya, aku mempertaruhkan hidupku..., untuk merebut kembali kemenangan setelah mengalami kekalahan.

Sehingga, ketika Alicia terbangun dalam tubuh ini lagi, dia dapat bersekolah.

Nah, lantas mengapa aku sampai mau bertindak sejauh ini? Itu karena—

“Tugas detektif adalah melindungi kepentingan klien.”

Aku menjawab pertanyaan yang akan Asisten ajukan ketika dia bangun.

“Tapi, untuk bisa melakukan itu, aku membutuhkan lebih banyak waktu.”

Supaya Alicia bisa bersekolah, atau dengan kata lain, supaya dirinya dapat menjalani kesehariannya dengan normal, pertama-tama, perlu bagi kita untuk menstabilkan mentalnya terlebih dahulu. Tentunya, ini memang disebabkan oleh kepribadian ganda, tapi meski begitu, dia mungkin merasa bahwa itu tidak dapat diterima jika dia tahu bahwa dirinya memiliki tangan yang berlumuran darah.

Itulah mengapa, pertama-tama, kita harus merubah bagian dari kondisi mental serta ingatannya, dan memberikannya identitas baru. Untuk masalah ini, aku akan menyerahkannya pada polisi wanita berambut merah itu. Saat ini dia mungkin pergi membantu Charl yang sebelumnya Asisten tinggalkan, tapi dia akan segera kembali ke sini untuk menjemput aku dan Asisten.
 
“Selain itu, kuharap kau tidak marah tentang ini, tapi aku juga membuat harapan palsu padamu.”

Tepatnya, harapan itu adalah setelah aku mengalahkan Hel, untuk saat ini tidak akan ada ancaman dari《SPES》. Dan begitu kondisi Alicia sudah baikan, dia akan tinggal di negara yang jauh. Inilah harapan yang kubuat kepadamu untuk membuatmu mau bertindak..., karena jika tidak, kau pasti akan dengan gegabah melawan 《SPES》 sendirian.

Itulah sebabnya, perlu bagiku untuk mempersiapkan semuanya..., selain itu, meskipun waktunya mungkin cuman sebentar, tapi aku berharap supaya kau dapat kembali ke kehidupan sehari-harimu yang normal.

Untuk menjalani kehidupan sehari-hari yang normal, stabil, dan damai yang selalu kau impi-impikan.

“Aku minta maaf karena sudah menyeretmu ikut bersamaku selama tiga tahun terakhir ini.”

Sekali lagi, aku mengelus kepala Asisten.

Aku mengelusnya berulang kali, dengan pemikiran bahwa ini benar-benar akan menjadi yang terakhir kalinya.

“Selalu, aku selalu berdebat denganmu.”

Saat ini, apa yang terlintas di benarkku adalah wajah sampingmu itu, yang bergumam sambil mendesah bahwa ini tidak masuk akal.

Memangnya aku ini benar-benar tidak masuk akal, ya? Memangnya ada alasan bagimu untuk menjadi gelisah seperti itu? Aku kan cuman bilang, “Tidakkah dirimu itu terlalu menyukaiku?” dalam momen yang singkat, tapi yah, mungkin masalahnya memang bukan tu... Aku jadi sedikit khawatir.

 

“Tapi yah, setidaknya, aku menikmati diriku sendiri.”

 

Kau mungkin akan tertawa jika aku mengatakan itu. Bahkan mungkin saja kau akan marah padaku, dan mengatakan supaya aku tetap menjadi seperti diriku yang biasanya..., tapi, tolong maafkan aku di saat-saat terakhirku.

Pai apel yang kumakan bersamamu terasa jauh lebih manis dibandingkan saat aku memakannya sendirian.

Saat kita tingal bersama-sama di apartemen yang sewanya murah, kala itu aku merasakan bahwa kita ini sudah seperti sepasang kekasih yang berkohabitasi.

Saat di kasino, aku sangat bersenang-senang..., ah, tapi aku ingat kalau saat itu kau mengalamai banyak sekali kekalahan.

Ngomong-ngomong, beberapa kali kau akan mencari kesempatan untuk melihat foto-fotoku yang mengenakan gaun pengantin, kan?

Ketika kita bersama-sama minum alkohol untuk yang pertama dan terakhir kalinya. Itu..., benar-benar bencana...

Kita akan bangun jam berapa? Apa yang harus kita makan? Kita mau ke mana? Apa kita akan menerima permintaan pekerjaan yang baru? Kalau bisa, mungkin itu akan mudah jika cuman mencari kucing yang hilang. Oh iya, aku ada melihat beberapa cangkir teh yang bagus. Kapan-kapan aku akan membeli cankgir-cangkir itu, dan menyeduhkan teh di dalamnya untuk kita nikmati sama-sama. Santai saja, masih ada waktu kok untuk minum teh. Sehari kemudian, seminggu kemudian, sebulan kemudian—

 

“Aku masih ingin menikmati waktu minum teh bersamamu sebulan kemudian.”

 

Aku masih ingin melihat wajah sampingmu di saat kau mendesah dan mengatakan “ini tidak masuk akal”.

Dan aku masih..., aku masih ingin melihat senyummu lagi dan lagi.

 

“Aku..., tidak ingin mati.”

 

Tapi, aku ingin jadi pelindung. Aku ingin melindungimu.

Lagipula, sebagai seroang detektif hebat, ini merupakan misiku—suatu keberadaan yang ada untuk melindung kepentingan klien.

Saat itu kita telah berjanji, kan? Bahwa aku akan melindungimu. Meskipun kau memiliki kecenderungan yang membuatmu terlibat dalam masalah, aku akan berbidiri di depanmu dan melindungimu.

Itulah sebabnya, terlelaplah dalam mimpi indah seperti yang dirimu lakukan sekarang. Menyelamlah ke dalam mimpimu itu dengan wajah yang cukup menggemaskan itu. Tenanglah. Suatu hari nanti, seseorang pasti akan membangunkanmu dari tidurmu.

 

Dan kemudian, sebagai ganti dari diriku, orang itu yang akan memelukmu.

 

“Aku kehilangan kesempatan untuk memberikannya padamu. Maafkan aku.”

Pada akhirnya, di tengah-tengah medan pertempuran, aku mengambil pita merah dari seragam militer Hel dan mengikatkannya di rambutku. Setahun dari sekarang, akankah dirinya masih akan mengenakannya?

“...Oh iya. Aku harus memikirkan sebuah nama.”

Itu adalah mantra penyelesaian untuk bisa menyegel kesadaran Hel.

Dengan mengikat nama baru, tubuh fisik ini akan terlahir kembali.

“Hel—itu adalah nama dari ratu dingin yang memerintah negara es.”

Jika demikian, aku harus memilihkan nama baru, nama yang hangat, nama yang bisa melelehkan hati seseorang—

Sebuah nama yang cocok dengan wajah tersenyum Alicia yang menyerupai pancaran sinar matahari musim panas yang menyilaukan—

“Hei, Asisten.”

Akhirnya, aku memanggilnya.

 

“Ingatlah nama dari orang yang akan membangunkanmu dari tidurmu—Nagisa. Nagisa Natsunagi.”

===

[Catatan Penerjemah: Dalam perkataan “Aku kehilangan kesempatan untuk memberikannya padamu. Maafkan aku.”  di atas. Di sini Siesta merujuk pada Alicia, tentang janjinya yang akan memberikan Alicia pita saat mereka ngadain pesta untuk merayakan kesembuhan Siesta. Dan juga, gua nginformasiinya di sini supaya kalian bisa dapet feel, ntar malah ngeganggu kalau gua nginformasiinnya tepat di bawah kalimat.]



close

11 Comments

  1. Wahh anjirr, plot twist nya gak ngotak

    ReplyDelete
  2. Jujur aja nih feelnya kerasa banget anjir plot twistnya, walaupun gua udah nebak dari awal bakal gimana tapi pas ujungnya tetep kerasa anjir

    ReplyDelete
  3. Gua gak paham sumpah, ini i Natsunagi itu Alicia?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tubuhnya HEL, jantungnya ada 3, HEL, ALICIA, SIESTA, Krono : HEL kesepian makanya Jantung dihunting

      Delete
  4. Wtf aku ingat jantung dia kasi kat natsunagi siak ape ni blowmind🤯

    ReplyDelete
  5. cok keren gilak

    siesta love you~

    ReplyDelete
  6. Kenapa siesta yg harus berkorban

    ReplyDelete
  7. Pengorbanan seorang detektif hebat :')

    ReplyDelete
Previous Post Next Post