Bab 10 - Cinta yang Murni X Kesalahan
Aku mau kembali seperti dulu.
Aku mau agar aku bisa kembali ke hubungan di mana aku bisa tanpa-tanpa ragu memberitahu Haruka bahwa aku mencintainya.
Panggilan telepon yang kami lakukan beberapa hari yang lalu menegaskan kembali perasaan itu untukku.
Dan dengan demikian, maka aku tidak boleh dibuat mabuk oleh racun manis dari Shigure.
Shigure adalah gadis yang cantik, baik hati, dan menawarkanku apa pun yang kuinginkan, dia menawarkan segalanya kepadaku.
Tapi jika aku membiarkan diriku dibuai olehnya, aku justru hanya akan semakin terjatuh lebih dalam.
Aku mesti menghadapi Haruka dan membuatnya percaya padaku kalau aku tidak mengincar tubuhnya.
Kalau dia percaya padaku, maka aku yakin dia akan memaafkanku atas ciuman yang kulakukan sebelumnya.
Dan dengan begitu juga, ikatan yang jauh lebih erat akan terbentuk di antara kami.
Jadi sekarang, pertanyaannya adalah apa yang mesti kulakukan untuk membuatnya percaya padaku?
Kalau mau jujur, aku tidak memiliki ide perihal itu.
Kupikir aku harus membicarakan tentang ini dengan Tomoe...
“Erm, permisi?”
“Oh, iya! Selamat datang!”
Gawat, gara-gara melamun, aku tidak sadar ada pelanggan yang datang ke konter.
Ngomong-ngomong, aku meminta Takeshi untuk mengajakku bekerja sambilan di toko obat ini sehingga aku bisa memberikan hadiah ulang tahun untuk Haruka yang akan datang di bulan Oktober.
Nah, karena aku bisa bekerja di sini berkat rekomendasi darinya, jadi aku harus bekerja dengan benar.
Aku menegur diriku sendiri, dan kemudian mengambil pembaca barcode untuk melayani pelanggan yang datang ke konter kasir.
—Wow, wanita ini sangat cantik.
Eh, atau mungkin lebih tepatnya dia adalah gadis yang cantik. Dari perawakan wajahnya yang tajam serta warna rambutnya, kupikir dia bukan orang Jepang. Selain itu, dia memiliki tubuh yang tinggi, dan belum lagi itunya besar.
Tapi, sikapnya sangat elegan seolah-olah dia adalah seorang putri.
Mungkinkah usianya lebih muda dariku?
Oh tidak…, tidak, tidak, tidak! Aku lagi mikirin apa sih.
Astaga, hampir saja aku tenggelam dalam lamunan lagi.
Aku harus memberinya tagihan dengan cepat. Eh, tunggu dulu, apa itu…?
“...!”
Aku membeku di tempat saat aku melihat barang yang dia beli.
Lipstik, parhum, miuman dingin. Sejauh barang-barang itu, semuanya masih normal. Tapi, kemasan persegi panjang dengan kata-kata “0,01mm” yang ditulis dengan huruf besar itu adalah... ‘karet yang digunakan untuk hal semacam itu.’
[Catatan Penerjemah: Toko obat menjual parfum dan lipstik? Iya, karena selain produk kesehatan, toko obat juga menjual produk kecantikan yang berkatian dengan kebutuhan sehari-hari.]
B-Bahkan gadis cantik sepertinya sampai membeli barang semacam ini, ya.
Tidak… mungkinkan dia membeli itu justu karena dia cantik?
Seperitnya dia membeli itu agar pacarnya menggunakannya.
Haaa, aku merasa seperti aku telah melihat sesuatu yang harusnya tidak aku lihat.
Kalau aku terlalu memikirkannya, bisa-bisa apa yang kupikirkan akan nampak di wajahku. Aku harus cepat.
“Terima kasih banyak!”
“~~~~!”
Gadis berambut merah itu kemudian menyambar plastik belanjaannya seolah-olah ingin melarikan diri.
Kurasa apa yang kupikirkan nampak di wajahku.
Jika memang begitu, maka aku benar-benar minta maaf.
“Hiromichi.”
Setelah gadis itu pergi dari toko, Takeshi, yang tadinya berdiri di samping gadis itu di depan kasir, berbicara tentang gadis itu dengan wajah yang sedikit memerah.
“B-Barang yang barusan gadis cantik itu beli..., itu adalah ‘karet yang digunakan untuk hal semacam itu’, kan?”
“Ya, itu ‘karet yang digunakan untuk hal semacam itu’
“J-Jadi aku benar, ya! Benar-benar gila! Muda-mudi di negara ini benar-benar berada di luar kendali!”
Njir, si otak otot khawatir tentang masyarakat.
Yah, bagiku sih gadis itu tampak seperti orang asing.
“Kau tahu, Hiromichi, kadang-kadang aku merasa seperti aku kehilangan akal sehat ketika aku memikirkan orang yang aku lihat melakukan seks.”
“Hal aneh apa sih yang kau katakan, kurasa kau harus pergi ke rumah sakit deh.”
Tapi yah, saat aku memikirkan anak-anak seusisaku menggunakan sesuatu seperti itu, aku merasa seperti di luar sana ada dunia yang sama sekali berbeda dari dunia ini.
Aku tidak yakin akan sampai berapa tahun lagi sebelum aku dan Haruka yang saat ini bahkan tidak bisa saling berpelukan akan mulai menggunakan benda itu.
“...Tidak.”
Saat itu, di dalam pikiranku, seberkas cahaya yang menuntunku ke arah solusi dari masalahku, sebuah ide muncul di benakku.
Ya, benar!
Ini adalah apa yang kulewatkan!
“Takeshi!”
“Ada apa?”
“Kemasi kondom ini satu untukku.”
“Dasar bajingan pengkhianat!!! Persahabatan kita berakhir di sini!!!“
---
Akhirnya, akhir pekan pun tiba.
Aku datang ke rumahnya Haruka dan bersama-sama kami mengerjakan PR musim panas kami.
Kau mungkin berpikir, “Apa gunanya mengerjakan PR bersamanya di liburan musim panas seerti ini?”
Namun, belajar merupakan satu-satunya bidang di mana aku yang hanyalah seseorang dengan spesifikasi manusia kelas menengah ke bawah, dapat membuat Haruka yang merupakan seorang gadis cantik kelas-S jadi terkesan.
Dan jujur saja, aku suka melakukan kencan belajar dimana aku dapat diandalkan olehnya.
Selain itu, situasi dimana aku bisa memasuki kamar seorang gadis cukup mengasyikkan bagi seorang pria sepertiku.
Waktu terus berlalu, dan tau-tau saja, hari sudah senja.
“Terima kasih, Hiromichi-kun. Berkat bantuanmu, aku telah membuat banyak kemajuan! Punya pacar yang pintar benar-benar talah membantuku menyelesaikan PR-ku dengan cepat sehingga aku akan bisa fokus pada akting.”
“Ini cuman hal yang biasa. Malahan, aku berterima kasih karena kau telah membelikanku makan siang.”
“Tapi itu cuman burger yang murah! Kuharap aku bisa membeli yang sedikit lebih mewah.”
“Tidak, tidak, tetap saja itu harganya 600 yen. Selain itu, karena aktivitasmu di klub drama, kau tidak bisa melakukan pekerjaan sambilan. Jadi aku tidak mau kalau kau sampai membuang-buang uang hanya untukku.”
“Aku benar-benar senang punya pacar yang bisa mengerti kondisiku.”
Mengatakan itu, Haruka menyatukan tangannya dan menggumamkan terima kasih dan penghargaan.
Kemudian, dia cekikikan seperti kucing.
Aku merasa seperti aku telah melihat berbagai jenis ekspresinya hari ini.
“Kelihatannya hari ini suasana hatimu sedang bagus, Haruka.”
“Eh, apa aku benar-benar kelihatan seperti itu?”
“Ya, kau terlihat sangat manis, apa ada sesuatu yang baik terjadi?”
Saat aku menanyakan itu, ekspresi Haruka menjadi cengengesan.
“Yah..., begitulah. Kau tahu, Hiromichi-kun. Seperti yang kita bicarakan di telepon tempo hari, hari ini aku memanggilmu ke sini karena aku ingin memberitahu sesuatu yang aku mau kamu dulu yang mengetahuinya.”
“Memberitahuku?”
“Ya, bahkan aku belum memberitahukan ini pada ayahku ataupun Shigure. Fufufu...”
Saat aku bertanya, di berdeham dengan manis dan berkata dengan ekspresi bangga.
“Ehem, Haruka Saikawa telah terpilih sebagai aktris utama untuk drama festival sekolah tahun ini!”
“Wah! Benarkah?”
“Ya! Beberapa hari yag lalu ketua klub memberitahuku bahwa dia menulis naskah untuk festival sekolah di mana aku akan menjadi pemeran utamanya!”
“Hee~, ketua klub itu ya...”
[Melihat Haruka akhir-akhir ini telah benar-benar membangkitkan kreativitasku. Aaaah, dengan gadis kecil imut yang sedang jatuh cinta ini, aku bertanya-tanya..., tragedi seperti apa yang akan cocok untuknya.]
“...Entah kenapa aku mulai cemas. Itu bukan sesuatu yang aneh, kan?”
“Hahaha… Ketua memang biasanya seperti itu, tapi dia itu pro dalam hal menulis naskah, jadi tidak ada hal aneh yang akan keluar darinya.”
Begitu ya, Yah, jika demikian kuharap semuanya akan baik-baik saja,
“Tapi tetap saja, kau akan memainkan peran utama, ya. Kau telah berusaha dengan sangat keras, Haruka.”
Klub drama Seiun adalah klub yang cukup besar, sebagian besar dari hal itu berkat kekuatan sentripetal alias pemimpin klub yang juga seorang penulis terkenal.
Bahkan seorang pemula sepertiku bisa paham kalau itu sangat menakjubkan untuk dipilih sebagai pemeran utama oleh ketua klub sepertinya.
Saat aku melihat wajah Haruka yang berseri karena tak bisa menyembunyikan kegembiraan yang meluap dari hatinya, itu membuatku jadi merasa bahagia.
...Aku senang bahwa aku merasa seperti ini.
Karena itu membuktikan bahwa aku mencintai Haruka.
Ya, aku mencintai senyumannya.
Hanya melihat senyumnya yang berseri-seri saja sudah membuat jantungku berdetak kencang.
Aku dipenuhi dengan begitu banyak cinta sehingga aku ingin memeluknya.
Aku ingin memeluk dan menciumnya.
Kupikir... aku akan mengatasi perasaan yang meluap-luap ini sekali lagi.
Karena, perasaan ini tidak mungkin salah.
Kemarin ketika Haruka menyangkal perasaan itu, sepanjang waktu aku jatuh ke dalam keadaan syok, namun itu adalah hal yang salah kalau aku tidak mengungkapkan betapa aku mencintainya, terus menyembunyikannya, serta menjaga jarak untuk mencari mood yang baik.
...Semuanya pasti akan baik-baik saja.
Dan aku telah membuat persiapan untuk itu.
Itulah sebabnya, aku mengumpulkan keberanian yang sudah lama tidak kumiliki dan bertanya kepadanya.
“Hei, Haruka. Untuk merayakan itu, bolehkan aku menciummu?”
“Eh…”
“Kita sudah lama tidak melakukannya, kan?”
“…Yah, kau benar. Akhir-akhir ini aku sangat sibuk sampai-sampai aku tidak bisa sering bertemu denganmu.”
“Tidak, bukan begitu.”
Aku menggelengkan kepalaku untuk menyangkalnya.
Itu bukan karena kami jarang bertemu sehingga kami tidak bisa berciuman
Itu karena akunya saja yang bahkan tidak mencobanya.
“Di pantai di hari itu, aku membuatmu jadi takut. Aku telah memikirkan tentang itu sepanjang waktu, mengapa kau sampai sebegitunya menyalahkanku...?”
“!”
“Alasan mengapa aku menciummu seperti itu karena aku sangat ingin mengungkapkan padamu betapa aku mencintaimu, bukan karena aku ingin melakukan seks. Jadi saat kau menolakku dengan mengatakan ‘ini bukan cinta’, aku jadi sangat terkejut, dan sejujurnya, di suatu tempat di sudut hatiku, aku memiliki keraguan terhadapmu. Mengapa kau tidak percaya kalau aku tidak akan pernah melakukan hal yang begitu tidak bertanggung jawab? Mengapa kau tidak mau menyentuhku seperti yang aku lakukan? Apa kau..., benar-benar mencintaiku?”
“Hiromichi, kun…”
Mendengar perkataanku, mata Haruka sontak gemetar karena terkejut.
Pacarnya meragukannya.
Wajar saja kalau dia menjadi terkejut jika seseorang yang dekat dengannya melontarkan sesuatu seperti itu.
Tapi, sekarang itu sudah berlalu.
Jadi, untuk meyakinkan Haruka, aku dengan lembut memegang tangannya di atas meja kaca dan berkata,
“Tapi kemudian, aku akhirnya sadar bahwa akulah yang bersikap bodoh.”
“Eh…”
“Saat aku memikrikannya dengan lebih baik, itu wajar saja kalau kau merasa takut. Itu karena saat itu aku tidak mempersiapkan apa-apa. Itu terlalu bodoh untuk meminta orang mempercayaimu ketika kau tidak memiliki sesuatu untuk dipercaya. Jadi, wajar saja kalau saat itu kau menolakku. Itu sebabnya, sekarang, sebagai pria, aku menyiapkan hal ini untuk meyakinkanmu.”
“M-Menyiapkan?”
Wajah Haruka menampilkan raut kebingungan.
Tampaknya dia tidak mengerti apa yang kumaksudkan di sini.
Oleh karena itu, meskipun sedikit memalukan untuk mengatakannya, aku mengatakan nama dari apa yang kupersiapakan.
“...Kondom.”
“!?”
“Aku tahu kalau benda semacam ini ada, tapi aku tidak pernah berpikir kalau aku membutuhkannya, itulah sebabnya aku tidak mempersiapkannya. Tapi ternyata, pemikiranku itu salah...”
Karena bagaimanapun juga, aku menjalin hubungan dengan lawan jenis, yaitu Haruka.
Dulu ketika aku masih kelas 1 SMA, di pelajaran pendidikan seks, dikatakan bahwa bukan hanya untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan saja, tapi juga untuk mencegah penyakit, kau harus memakai kondom ketika melakukan seks.
“Sejujurnya, aku masih tidak bisa membayangkan kalau kita akan menggunakan ini..., tapi ini bukan masalah menggunakannya atau tidak. Karena bagaimanapun juga, jika aku memang peduli padamu, maka sudah sewajarnya kalau aku mempersipakan ini.”
Aku tidak cukup peduli terhadapnya.
Tanpa sadar, aku mencoba untuk menutup jarak diantara kami.
“Wajar saja kalau kau tidak bisa mempercayaiku. Tapi sekarang berbeda, oleh karena itu..., hari ini, bolehkah aku memeluk dan menciummu lagi?”
Tidak hanya dengan kata-kataku, tapi juga dengan tindakanku, aku ingin menunjukkan perasaanku pada Haruka.
Aku mengisi apa yang hilang di malam itu dan meraih bahu Haruka.
Aku ingin kembali menjadi pacar yang bisa mencintainya lagi.
Terhadap keinginkanku itu…
“Jangan sentuh aku!”
Dia dengan paksa menolakku.
---
Tanganku yang kuulurkan ditepis dengan pukulan yang cepat.
Rasa sakit dari pukulan itu membuat tulangku mati rasa, dan aku tercengang.
“...Haru-ka?”
“...Mengerikan, kau benar-benar mengerikan, Hiromichi-kun…”
Dia tidak lagi tersenyum..., sebaliknya, air mata mengalir di pipinya.
Mengapa..., dia menangis?
Apa yang telah kulakukan sampai membuatnya menangis?
“Kau sudah berjanji padaku. Kau bilang kalau kita akan menunggu sampai kita berdua tumbuh dewasa dan dapat bertanggung jawab atas tindakan kita sebelum kita melakukan hal semacam itu.... Namun demikian, sekarang kau justru membawa sesuatu seperti itu..., mengerikan!”
“D-Dengarkan aku dulu! Aku tidak punya niatan untuk menggunakan ini sekarang. Aku hanya ingin meminta maaf atas kecerobohanku...”
“Kalau memang begitu, mengapa kau membeli barang menjijikkan seperti itu?”
...Eh?
Kondom ini... menjijikkan?
Eh? A-Apa yang dia maksud?
“Kondom adalah benda yang digunakan untuk bersenang-senang dalam melakukan seks yang tidak bermaksud untuk membuat bayi. Apa bagimu, melakukan seks denganku hanyalah untuk bersenang-senang?”
“—!?”
Reaksi Haruka yang histeris membuatku langsung panik.
Tentu saja, aku tau benda ini digunakan untuk melakukan seks, dan itu adalah sesuatu yang memalukan.
Menyebutkan nama dari benda itu saja aku merasa sedikit ragu,
Tapi, aku tidak berpikir kalau penggunaan dari benda ini hanyalah untuk bersenang-senang.
Dari apa yang kuketahui, alat kontrasepsi merupakan sesuatu berperan penting dalam hubungan yang sehat dan saling peduli.
Tapi sudut pandang Haruka sepertinya tidak demikian.
Itu adalah benda yang menjijikkan.
Dia mengungkapkan rasa jijiknya.
Mengapa?
Mengapa dia bereaksi seperti itu?
Aku tidak tahu. Aku tidak tahu, tapi ini buruk.
Aku perlu membuatnya tenang dan memberi penjelasan. Aku tidak mencoba untuk menggunakan benda ini sekarang. Aku hanya ingin menyentuh Haruka, tapi aku tidak akan melakukan apapun lebih dari itu sampai dia siap.
Tapi…
“Manusia melakukan seks untuk membuat bayi dengan orang yang mereka cintai. Seks bukanlah tindakan yang ada hanya untuk membuat laki-laki merasa senang,”
“Kumohon, tenanglah dan dengar penjelasanku! Aku benar-benar tidak bermaksud seperit itu! Aku...”
“Kalau begitu, kenapa kau membeli barang yang menjijikkan seperti itu? Bukankah itu artinya kau mengincar tubuhku... Padahal aku percaya kalau kau tidak seperti ‘Takao-san’. tapi kau mengerikan, mengerikan...”
“H-Haruka.”
“Pergi dari sini…! Keluar dari rumah ini sekarang juga!”
Suaraku tidak bisa lagi mencapai Haruka.
---
Teriakan Haruka membuatku keluar dari rumahnya, dan aku berjalan pulang tanpa daya menyusuri kota.
Lesu, lesu, lesu....
“.........”
Aku berpikir sambil menatap pada bayanganku.
Apa aku telah melakukan kesalahan lagi?
Tapi… apakah aku salah dalam hal ini?
Aku berharap dia bisa mengertiku.
Sama seperti apa yang diberitahukan kepada kami di kelas pendidikan seks, dari sudut pandang etika, apa yang kulakukan tidak mungkin salah.
...Atau apa yang dia maksud adalah itu salah untuk mengangkat topik itu?
Bagi Haruka, topik seksual seperti itu merupakan hal yang tabu.
Sampai kami dewasa dan menikah, aku harus memendam apa yang kuinginkan, dan tidak peduli betapa aku mencintai Haruka dan ingin ingin menyentuhnya, aku harus menahan diri karena itu berbahaya untuk merasa bergairah.
Meanahan diri, menahan diri, tapi tetap menjaga api di hatimu tetap hidup.
“Itu tidak mungkin.”
Aku tidak bisa menahan perasaan ingin menyentuhnya.
Habisnya, hanya ada terlalu sedikit kata yang bisa kugunakan untuk mengungkapkan perasaanku padanya.
Aku tidak punya kepercayaan diri untuk menjaga ikatan kami tanpa mengekspresikan cinta yang kumiliki.
Atau mungkinkah, terlepas dari semua alasan yang kusebutkan, aku hanya mengincar tubuhnyas saja? Apa yang sebenarnya terjadi adalah aku tidak pernah peduli padanya, dan aku hanya mengemukakan alasan-alasan itu untuk membenarkan perasaan biadabku...?
“Ahh… Mungkin dia benar.”
Aku hanya mengincar tubuh seorang gadis...
Cinta yang kumiliki terhadapnya tidaklah lebih dari nafsu seksual belaka.
Aku tidak peduli dengan siapa gadis yang memuaskanku selama dia memiliki perawakan yang cantik.
Dan itulah alasan, aku sampai melakukan hal yang sangat bodoh dan sembrono pada Shigure.
Benar, bukan?
Aku tidak tahu.
Mungkin itu benar.
Tapi aku tidak tahu.
Aku sendiri tidak tahu.
Aku hanya..., merasa lelah.
Memikirkan apa yang tidak kumengerti, dibuat terombang-ambing oleh semua pikiran itu.
Kalau rasanya sampai sesulit ini... Mungkin lebih baik...., lebih baik...
Aku melupakan Haruka.
“Eh? Onii-san? Selamat datang kembali. Bukankah kau pulang terlalu awal?”
Saat aku membuka pintu rumahku, aku mendapati Shigure mengintip dari pintu masuk ruang tamu, mungkin dia sedang nonton TV.
“...Ya, aku pulang.”
“Waduh, gawat nih. Kupikir kau akan malam dirumahnya Nee-san, jadi aku tidak menyiapkan maknaan apapun... Onii-san?”
“Hm? Ada apa?”
“Harusnya aku yang mengatakan itu, ada apa denganmu? Mau sampai kapan kau terus bengong di depan pintu?”
“...Aku tidak bengong, aku hanya lapar. Ayo kita makan.”
“Bukankah baru saja aku mengatakan kalau aku tidak menyiapkan makanan...”
“E-Eeh, iya ya…”
Sulit bagiku untuk menatap Shigure, karena itu akan membuatku jadi teringat pada Haruka.
Aku tidak bisa menatapnya, aku mengalihkan pandanganku dan masuk begitu saja ke ruang tamu. Aku bahkan tidak begitu mendengar apa yang dia katakan.
Terhadapku yang seperti itu, dia menatapku dengan ekspresi yang khawatir.
“Um... Apa ada sesuatu yang terjadi lagi antara kau dan Nee-san?”
“Tidak ada yang terjadi.”
“Wajah yang kau tunjukkan bukanlah wajah yang menyiratkan tidak ada yang terjadi. Karena kalau tidak demikian, wajahmu yang cerah tidak akan menjadi sepucat itu.”
“...”
“Kalau kau mengalami masa-masa yang sulit, kau dapat mengandalkanku. Aku ini kembarannya, tau! Jika itu aku, maka apa pun yang kau lakukan padaku bukanlah perselingkuhan. Dan aku pribadi merasa senang dibutuhkan olehmu untuk apapun yang kau inginkan.”
“Kalau begitu, biarkan aku menyentuhmu.”
“Apa?”
Sesaat setelah aku mendengar alasan yang dia gunakan agar aku memaafkan dirku sendiri, sesuatu di dalam diriku langsung menjerit.
Aku dengan kasar meraih bahunya dan mendorongnya ke dinding.
“O-nii-san?”
Matanya langsung melebar terkejut karena tindakan yang tiba-tiba kulakukan.
Ekspresi yang dia tunjukkan mirip dengan ekspresi Haruka ketika aku memintanya untuk menciumku sebelumnya.
Mereka sangat mirip…
“Kau bilang kau mencintaiku, kan? Kalau gitu biarkan aku menyentuhmu...! Mengapa hanya aku yang merasa seperti ini. Aku hanya ingin lebih dekat denganmu dan memberitahumu betapa aku mencintaimu, tapi mengapa kau tidak berpikiran sama sepertiku? Kalau kau tidak mencintaiku, kalau kau menyesal telah menyatakan cinta kepadaku, maka katakan saja itu dengan jujur!!”
“Onii-san!”
“...Aku tidak tahu lagi. Haruka, cintaku dan cintamu sangat berbeda sampai-sampai aku tidak tahu apakah kau benar-benar mencintaiku atau tidak. Itu rasanya sangat menyakitkan.”
Pada dasarnya, tidak ada gunanya mengatakan ini pada Shigure.
Aku harusnya mengatakan ini pada Haruka langsung.
Tapi saat aku melihat Shigure yang sangat mirip dengan Haruka, emosi negatif yang telah membengkak ke titik dimana hatiku tidak dapat lagi membendungnya meluap menjadi kata-kata yang penuh air mata.
Dan begitu bendungan itu rusak, tidak akan ada yang bisa menghentikan luapan emosi negatif yang mengalir keluar.
“Kumohon… tolong buat aku melupakan Haruka…”
Kalau aku hanya mengincar tubuh seorang gadis, dan aku bersedia mengambil gadis manapun itu, maka aku akan puas dengan Shigure.
Air beriak dari emosiku saat ini akan menjadi tenang, dan aku tidak perlu memikirkan Haruka lagi.
Itu harus dilakukan.
Untuk alasan yang egois seperti itu, aku meminta Shigure melakukan itu,
Tapi sebagai tanggapan atas permohonanku yang mengerikan, Shigure menjawabku dengan nada yang khawatir.
“Itu tidak mungkin.”
“...”
“Entah apapun yang kulakukan, kau tidak akan bisa melupakan Nee-san. Tentunya, itu bukan karena kami itu kembar, tapi itu kerana kau adalah tipe orang yang selalu setia. Kau tidak salah, Nee-san lah yang salah. Kau adalah orang yang tidak dapat melihat perbedaan antara dua hal itu... Aku yakin kau akan menyesal nantinya. Kau akan menyalahkan dirimu sendiri dan itu akan terasa jauh lebih menyakitkan daripada yang kau rasakan saat ini.”
“~~~~!”
“Ya, itulah sebabnya..., aku akan terus menghiburmu...., terus menghiburumu sampai kau memaafkan dirimu sendiri.”
Terus menghiburku.
Aku mencengkeram bahunya begitu kuat hingga kukuku terkelupas, tapi terhadap apa yang kulakukan, dia dengan lembut melingkarkan lengannya di leherku dan berkata,
“Tidak apa-apa. Lakukan apapun yang mau kau lakukan, Onii-san.”
Senyuman yang memaafkan kekuranganku, keegoisanku, dan segalanya.
Begitu aku menatap matanya, aku melihat cinta, kepercayaan, dan gairah, semua yang aku ingin Haruka miliki.
Aku tidak bisa menahan diri.
“Huu… Waaaa…”
Aku berpegangan pada Shigure dan menangis.
---
Setelah itu, “saudaraku” mencurahkan semua perasaannya dalam tangisan hingga dia tidak bisa menangis lagi, dan kemudian dia tertidur seolah-olah dia kehabisan energi.
Aku membelai rambutnya saat dia tidur di pangkuanku sambil berusaha untuk tidak membangunkannya.
Kuharap ini akan membantunya untuk bermimpi sedikit lebih baik.
“...”
Pada akhirnya, dia tidak pernah menyentuhku.
Sejujurnya, aku tahu kalau dia tidak akan menyentuhku.
Karena bagaimanapun juga, dia adalah orang yang baik hati dan… pengecut.
Aku percaya bahwa kebaikan tidak selalu datang dari kekuatan.
Tentunya, di dunia ini ada orang-orang yang bisa peduli pada orang-orang di sekitar mereka untuk setiap nafas yang mereka ambil.
Tapi dia adalah seorang pengecut dan tidak mau orang lain membencinya. Itu sebabnya, dia tidak pernah berpikir untuk menyakiti orang lain. Dia selalu baik. Dia berusaha untuk terus jujur. Kebaikannya itu berasal dari cinta diri dan pemeliharaan diri.
Beberapa orang menyebut bahwa kebaikan semacam itu adalah kepalsuan.
Beberapa orang menuduh orang seperti itu tidaklah jujur.
Tapi aku tidak berpikir demikian.
Paling tidak, aku lebih suka pengecut yang tidak seperti “Takao-san” yang terlalu percaya diri, tidak peduli apa yang dipikirkan orang lain, dan sembarangan menyakiti orang di sekitarnya demi dirinya sendiri.
Saudaraku adalah seorang pengecut.
Dia kurang percaya diri sebagai manusia dan membutuhkan evaluasi orang lain untuk menekadkan dirinya. Itulah sebabnya, dia mencoba membuat dirinya terlihat baik.
Dia tidak akan pernah mengkhianati orang lain karena kesalahan.
Sebisa mungkin, dia akan selalu mencoba untuk jujur.
Aku yakin orang sepertinya tidak hanya akan menjadi sosok ayah yang normal, tapi juga ayah terhormat yang mencintai keluarganya di masa depan.
Andai saja dia tidak bertemu denganku…
Akulah yang menjadi peghambat roda giginya.
Aku tahu itu.
Aku merasa tidak enak untuk itu.
Tapi, aku tidak bisa berhenti.
Karena aku mencintainya, aku ingin dekat dengannya, aku ingin memeluknya. Aku tidak bisa mengendalikan perasaan ini.
Itu sebabnya… aku tidak akan mengeluh tentang apa yang ingin dia lakukan kepadaku.
Jika dia memintanya, aku akan memberinya hatiku, tubuhku, segalanya.
Hal yang sama juga berlaku untuk uang. Sebagai putri dari seorang model glamour, aku diberkahi dengan rupa yang cantik. Jika aku menggunakan penampilanku untuk keuntunganku, aku tidak akan mengalami kesulitan dalam menghasilkan uang.
Aku akan melakukan semua yang dapat kulakukan untuk membuatnya bahagia, untuk memenuhi setiap kebutuhannya.
Itu adalah ketetapan hatiku.
...Tapi, bagaimana dengan saudariku?
Bagaimana bisa dia menyakiti saudaraku separah ini?
Saat aku terus bergumul sambil membelai saudaraku yang kelelahan, ponsel saudaraku yang tergeletak di lantai berdering.
Orang yang menelponnya adalah... saudariku.
Setelah berdering selama beberapa saat, panggilan telepon beralih ke pesan suara, dan kemudian aku bisa mendengar suara serak saudariku seolah-olah dia baru saja menangis.
“…H-halo, ini aku, Haruka.”
“Nee-san…”
“Um… maafkan aku karena telah membentakmu sebelumnya. Tadi itu aku hanya tidak bisa berhenti untuk merasa jijik…”
Saudariku meminta maaf dalam pesan suara itu.
“Jijik” adalah kata yang cukup kasar.
Aku ingin tahu, apa yang terjadi di antara mereka?
Aku pun terus mendengarkan pesan suara yang berlanjut itu.
“Sebenarnya aku memiliki kenangan yang sangat buruk tentang kondom... Kau tahu kan kalau orang tuaku sudah bercerai, Hiromichi-kun. Itu terjadi karena ibuku selingkuh, dan ayahku bisa megetahui itu karena...., aku membawa dan menunjukkan padanya kondom yang kutemukan di tempat sampah. Saat itu aku masih kecil dan tidak tahu apa-apa. Tentu saja, semua yang terjadi itu karena kesalahan ibuku. Tapi melihat benda itu membuatku teringat pada orang yang selingkuh dengan ibuku dan membuatku jadi terpisah dengan Shigure...”
Kondom…
Mungkinkah mereka bertengkar karena saudaraku mengangkat topik seperti itu kepadanya?
“Tapi aku tidak mau membuatmu merasa tidak nyaman perihal ini. Itulah sebabnya aku meneleponmu...., untuk mengungkapkan perasaanku dengan jelas. Aku belum pernah memberitahu ini padamu sebelumnya karena aku pikir itu masih terlalu dini...”
Kemudian, saudariku yang berada di sisi lain telepon menarik napas dalam seolah-olah dia telah memantapkan pikirannya dan berkata....,
“Aku mencintaimu, Hiromichi-kun, sangat mencintaimu. Saat kita sudah dewasa, aku ingin kita menikah...! Aku benar-benar serius tentang itu. Aku tidak bisa memikirkan siapa pun, dan aku tidak mau mengenal siapapun kecuali kamu.
Dan suatu hari, aku ingin memberi tahu ayahku dan Shigure bahwa kaulah orang yang paling menyayangiku, orang yang paling kucintai di dunia ini.
...Itu sebabnya, sampai saat itu tiba, mari kita jaga hubungan kita tetap murni dan sehat, oke?
Karena meskipun kita tidak melakukan sesuatu yang seksual, aku yakin kita akan tumbuh untuk saling mencintai.
Ya, aku justru berpikir bahwa cinta sejati akan tumbuh dengan seperti itu.
Bukan hubungan untuk nafsu. Ini akan menjadi hubungan kasih timbal balik yang murni.
Aku ingin kita seperti itu. Aku percaya jika itu bersamamu, kita bisa menjadi seperti itu.
Maafkan aku. Aku tahu aku seharusnya tidak mengatakan ini melalui telepon, tapi aku khawatir kalau aku tidak mengatakannya saat ini juga, aku mungkin tidak akan memiliki keberanian untuk mengatakannya lagi... Kuharap kau bisa mengerti.”
Seolah-olah dia memeras perasaannya keluar, dia mengungkapkan pikirannya yang terdalam kepada saudaraku.
Tapi, saat aku mendengar perasaannya yang sebenarnya…
“???????????????????????????????”
Aku tidak mengerti kata-kata yang saudariku ucapkan.
Sejujurnya, aku terkejut…
Terkejut bahwa saudaraku mencoba untuk berurusan dengan orang yang sulit untuk mengerti sesuatu.
Habisnya…
Cinta tanpa nafsu seksual adalah cinta sejati? Apa-apaan coba itu?
Aku tidak mengerti.
Apa itu adalah pertanyaan Zen atau semacamnya?
Sejak awal, alasan mengapa kita menyukai lawan jenis adalah karena mekanisme biologis kita untuk memiliki keturunan.
Dorongan fisiologis ini terukir di dalam gen kita, dan perasaan muncul sebagai hasil dari dorongan yang mengendalikan emosi dan pikiran kita ini.
Jelas bukan sebaliknya.
Jadi, bukankah itu wajar jika semakin kau berpikir dirimu mencintai seseorang, semakin kau menjadi ingin menyentuhnya? Bukankah itu yang dimaksud dengan hubungan yang murni?
Maksudku…
Jika kau menyangkal itu, lalu mengapa kau berpacaran dengan saudaraku?
Kalau kau memaksanya untuk menunggu sampai kalian dewasa, mengapa kau tidak berpacaran dengannya ketika kalian sudah dewasa?
Kau berbicara tentang cinta, membuatnya jatuh cinta padamu, tapi kau tidak pernah menanggapi perasaannya, malah kau justru menjelaskan alasan mengapa kau tidak menanggapinya, dan bahkan tidak membiarkan saudaraku yang baik hati melupakanmu.
Bagaimana bisa kau seegois dan tidak bertanggung jawab seperti ini...?
Aku bertemu dengannya lebih lambat daripadamu, dan aku hanya bisa menyentuhnya dengan menjadi dirimu.
“...”
Aku merasakan emosi dingin yang mengerikan menusuk hatiku.
Pada saat ini, aku jadi benci terhadap saudari kembarku yang saling berbagi darah dan daging denganku,
Habisnya, kalian itu sepasang kekasih, kan?”
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan saudaraku ketika dia mendengar apa yang baru saja kau katakan.
Saudaraku yang baik yang selalu menyalahkan dirinya sendiri. Dia benar-benar bodoh sampai membiarkan emosi sementaranya menguasainya di saat saudariku tidak serius dengan hubungan mereka.
Dan lagi, saudaraku sangat menderita.
Baik atau buruk, dia hanyalah anak laki-laki normal, pemalu, dan sekarang dia jadi terbebani dengan rasa sepi.
Ini salahku, semunya terjadi karena aku.
Menarik keinginan alamiku sebagai makhluk hidup, aku menancapkan pisau ke hatiku.
,...Sejujurnya, aku tidak punya niat sedikitpun untuk merampas posisi saudariku sebagai kekasih saudaraku.
Karena aku tahu bahwa kontrak semacam itu, kontrak yang mirip dengan “janji lisan”, tidak menjamin apa pun.
Sejujurnya, aku bahkan tidak tertarik.
Itu sebabnya, aku tidak punya niat untuk ikut campur.
Apa yang kuinginkan hanyalah memiliki tempat di hati saudaraku.
Tapi…
Aku…
Aku tidak mau melihat saudaraku terus disakiti oleh saudariku yang egois.
“──────”
Pada saat aku memikirkan itu..., aku sudah mulai mengambil tindakan.
Dengan menggunakan ponsel saudaraku yang tidak pernah kusentuh..., dengan menggunakan ponsel yang masih terhubung dengan saudariku...,
Aku...,
...Menekan tombol menerima panggilan.
“Sepertinya kau telah mengatakan banyak sekali hal yang egois.... Nee-san.”
Eww Aaaaa wwww GASKEN SHIGURE GASKEN KASIH TAU SHIGURE GASKEN
ReplyDeleteMantap, semangat min!
ReplyDeleteTatakaeee
ReplyDeleteSemangat Trs tegang nih min
ReplyDeleteup minn
ReplyDeletePanasss
ReplyDeletesemangat up nya min
ReplyDeletePUTUSIN!!
ReplyDeleteSHIGURE AKU MENDUKUNGMU......
ReplyDeleteLanjut min
ReplyDeleteNext min kalau udah ada sumber vol 3 nya buru di grp
ReplyDeleteDuuh sayang banget ga bisa bahasa inggris. Di zetro translation dah ada. Cuma kurang pande. Klo bisa kasi terjemahan dong
DeleteKasih paham, awkwokwok
ReplyDeleteSemangat min
ReplyDeleteSemangat min
ReplyDeleteUp lagi min🙏
ReplyDeleteTerimakasih atas kerja kerasnya min
ReplyDeleteDitunggu kelanjutan nya👍
Wah makin seru,makin d tunggu..please lanjutin TL nya min 🙏
ReplyDeleteMsh menunggu 🙂
ReplyDeleteMsh menunggu 🙂
ReplyDeleteGASKEN DEK.... SEROBOT SAJA UDAH!!!
ReplyDeleteKamu lebih pantas dapet si MC ketimbang kakak mu
Yok gassken bosen gw jir gitu2 mulu
ReplyDeletenunggu volume 3 nya min di zerotranslation ga bisa dibuka vol 3 nya
ReplyDeleteKapan lanjut min?
ReplyDeleteIntinya Haruka ingin saat berhubung sex itu hanya untuk buat anak, jadi bisa saja si MC cuma bisa 1x berhubungan sex seumur hidupnya
ReplyDeleteNgontol amat haruka
ReplyDelete