Epilog
14:00, Waktu Standar Kekaisaran.
Pesawat tempur Akademi Excalibur, Lindwyrm Mk.III, lepas landas setelah mengkonfirmasi bahwa Assault Garden Ketiga telah berhenti bergerak. Setelah kembali ke akademi nanti, Riselia dan anggota peleton ke-18 lainnya mungkin harus memberikan laporan terperinci.
Dengan hancurnya Void Lord, kemungkinan terjadinya Stampede telah dihindari, dan jiwa-jiwa Ksatria Crystalia yang berkelarian telah bebas. Leonis sebenarnya merasa agak enggan untuk melepaskan jiwa-jiwa yang kuat seperti mereka, tapi memaksa para pejuang yang telah bertarung untuk tanah air mereka agar tetap berada di bawah komandonya tidaklah cocok dengan dirinya.
Saat ini, Leonis berada di kursi belakang pesawat tempur, menyandarkan kepalanya di pangkuan Riselia. Tentunya, ini bukanlah sesuatu yang dia minta. Menggunakan Dáinsleif telah sepenuhnya menghabiskan cadangan mana yang dia miliki, membuatnya menjadi sangat kekurangan mana sehingga dia tidak akan bisa berdiri tanpa bantuan selama beberapa waktu.
I-ini...sepenuhnya bertentangan dengan keinginanku...! Leonis membuat alasan untuk dirinya sendiri di saat Riselia yang menjulang di atas matanya sedang membolak-balik buku.
“Apa yang kau baca, Lady Selia?” tanya Regina.
“Buku yang kutemukan di ruang kerja ayahku. Aku berpikir untuk membawa buku ini sebagai kenang-kenangan.”
“Hm.” Regina mengintip beberapa halaman dari buku itu. “Aku tidak tahu bahasa apa yang digunakan di buku ini.”
“Aku juga tidak tahu. Bahasa itu tidak terlihat seperti teks roh...”
Saat Leonis mendengarkan percakapan mereka, suatu pikiran terlintas di benaknya. Kalau dipikir-pikir lagi, kami tidak pernah menemukan ayah Riselia di antara jiwa-jiwa yang berkeliaran.
Leonis telah menggunakan otoritasnya sebagai Raja Undead untuk memeriksa jiwa para hantu, tapi tidak ada satupun dari mereka yang tampaknya adalah ayah Riselia.
Mungkinkah dia sudah berubah menjadi Void? Atau...
Ketika Leonis terpaku pada pikirannya, saat itulah Regina meletakkan tangannya di atas kepala anak lelaki itu dan berkata, “Aku yakin kau pasti lelah, Lady Selia. Bagaimana kalau kau membiarkan aku saja yang memberikan bantal pangkuan untuk Leo?”
“T-tidak! Leo sedang tidur dengan sangat nyenyak.”
“Kau tidak adil tau, Lady Selia. Kau tidak boleh memonopolinya seperti itu.”
“...Aku tidak memonopolinya, dan itu tidaklah tidak adil!” seri Riselia dan memeluk kepala Leonis dengan erat.
Merasakan kelembutan dada Riselia melalui pakaian yang gadis itu kenakan membuat jantung Leonis berdetak kencang.
“Maaf, tapi apa kalian berdua bisa sedikit lebih tenang?” pinta Sakuya saat dia mengangkat jarinya ke bibirnya. “Kalian mungkin akan membangunkan dia.”
Sakuya berada di deretan kursi lainnya. Dan di pangkuannya, gadis setengah elf dengan celana pendek sedang tertidur.
Pahlawan Sanctuary, Arle Kirlesio. Leonis menatap gadis yang sedang tertidur itu. Lengan mungil gadis itu sedang memeluk senjatanya. Berdasarkan laporan yang Shary berikan, dia terluka di Assault Garden Ketiga saat melawan Void, dan kelompok Regina menyelamatkannya.
Leonis mengenal gadis itu. Dia adalah murid Shardark, Pendekar Pedang dari Enam Palawan. Shardark juga adalah orang yang menjadi guru Leonis ketika dirinya masih manusia, yang mana artinya Arle secara teknis adalah saudara seperguruannya.
Itu adalah serangannya yang menyerang Void Lord.
Untungnya, untuk sesaat serangan Arle membutakan Regina dan yang lainnya, membuat mereka tidak melihat bahwa Leonis telah memberikan serangan terakhir. Dengan demikian, Regina, Elfiné, dan Sakuya memiliki kesan bahwa Arle adalah orang yang telah mengalahkan Void Lord. Leonis tidak keberatan dengan itu. Asalkan mereka tidak menyadari kekuatan aslinya saja sudahlah cukup sesuai dengan apa yang dia inginkan.
Namun, gadis elf ini entah bagaimana muncul di usia yang sama seperti yang dimiliki Leonis. Di antara dia, Enam Pahlawan, dan pria yang telah menyerang di Kediaman Crystalia, ini tidak terasa seperti sebuah kebetulan.
Apa yang orang-orang bodoh itu rencanakan? Leonis merenung disaat kepalanya terkubur di dada Riselia.
Nefakess Reizaad tahu kalau Roselia akan menjelma di dalam Wanita Suci.
Seorang anggota dari Enam Pahlawan menjadi wadah Void dan Roselia. Jelas kalau Nefakess terlibat dalam hal ini. Namun demikian, tujuan pria itu tetap tidak diketahui.
Jika dia mencoba menggunakan jiwa Roselia dengan maksud tertentu...
Leonis bersumpah untuk balas dendam pada Nefakess atas perbuatannya itu. Api kemarahan yang gelap membara diam-diam di hati Leonis.
“L-Leo, hei...”
Leonis merasakan paha yang dia tiduri memiliki kesan gelisah. Rambut keperakan kemudian menyentuh pipinya saat Riselia mendekatkan bibirnya ke telinga Leonis. Rupanya, gadis itu sudah menyadari kalau anak lelaki itu sudah bangun.
“...Bolehkah aku menghisap darahmu, sedikit saja?” tanya gadis itu saat dia menjulurkan lidahnya yang menggemaskan, dan kemudian dengan lembut menggigit daun telinga Leonis.
“J-Jangan di sini! Regina dan Sakuya bisa melihat kita!” jawab Leonis sambil melakukan yang terbaik untuk menjaga suaranya tetap rendah agar yang lain tidak menyadarinya.
“Aku akan melakukannya secara diam-diam...”
“Tidak, mereka pasti akan memperhatikan kita!”
“Jadi tidak boleh?”
“...Tidak boleh!”
“...L-Leo... Tapi aku... aku tidak bisa menahannya...”
A-apa yang pengikutku ini lakukan secara tiba-tiba?!
Leonis bergerak di pangkuan Riselia saat dia menatap wajah gadis itu. Pipi pucatnya merona, dan matanya berkilau penuh hasrat. Bibirnya terbuka, dan napas panas keluar darinya. Leonis bisa merasakan ada kehangatan demam di ujung jari Riselia.
Saat itulah Leonis menyadari bahwa itu karena Riselia telah berbagi darah dengannya. Itu membuat Riselia menjadi dipenuhi dengan rasa haus yang melumpuhkan ini.
“O-Oke. Aku akan membiarkanmu minum sepuasnya saat kita kembali ke asrama.”
“...Tidak bisakah kau membiarkanku meminumnya sekarang?” Riselia memohon pada Leonis.
“B-bersabarlah sebentar lagi.”
“...B-baiklah.”
Riselia menelan ludahnya, menggigit daun telinga Leonis dengan nada tidak senonoh dari bagian dimana Regina dan yang lainnya tidak bisa melihatnya.
Kurasa yang seperti ini bisa kubiarkan dia melakukannya. Leonis menyerah pada gigitan manis dari Riselia. Sebelumnya Riselia telah membuatnya mendapatkan kembali ingatan itu, jadi memberikan hadiah semacam ini sudah sepantasnya dia lakukan.
Saat Leonis merasakan Riselia menggigit telinganya, dia memikirkan arti di balik janji itu.
“Aku ingin kau menemukan diriku yang sebenarnya,” itulah yang Roselia katakan.
Tidak salah lagi, itu adalah jiwa Roselia yang merasuki Wanita Suci.
Dalam hal ini, apa yang Roselia maksud dengan dirinya yang sebenarnya? Apa jiwa Roselia terbelah ketika dia bereinkarnasi? Jika demikian, apa itu terjadi atas kehendaknya sendiri?
Wadah untuk jiwa Dewi Pemberontak ada di suatu tempat di dunia ini. Dan mencari wadah itu adalah misi Leonis Magnus sebagai Penguasa Kegelapan.
Roselia, aku bersumpah, aku akan menemukanmu.
Saat rasa kantuk menguasainya, Leonis dalam diam mengepalkan tinjunya dengan penuh tekad.
gua punya teori, kalo sebenarnya si Riselia itu Roselia aokwow
ReplyDeleteAwowkwok mainstream banget plot nya, tapi emang jelas iya sih... ๐คฃ
DeleteBisa jadi sih, ntar kalo animenya udah tayang pasti bakalan banyak yang berteori.
Delete๐. Lanjut
ReplyDeleteTeori teori๐ฟ๐ฑ๐ฟ๐ฑ๐ฟ
ReplyDeletemakasih min
ReplyDelete