[LN] Saijo no Osewa Volume 3 - Epilog

Epilog


Seminggu setelah porseni.

“Erm, Miyakojima-san.”

“A-Apa?”

Lingkungan di sekitar Narika tampak berubah. Saat sepulang sekolah, ketika aku pergi ke kelas B, aku melihat Narika didekati oleh seseorang lagi hari ini. Yah, meskipun Narika masih agak sedikit tampak kewalahan, tapi dia bisa merespon dengan pelan dan sopan.

Syukurlah.

Lega rasanya melihat Narika didekati oleh berbagai orang.

Karena porseni baru saja berakhir, banyak orang yang sepertinya mendekatinya untuk memberinya selamat, tapi yang jelas ini harusnya bisa  melunakkan kesan kalau Narika itu sulit didekati. Narika sendiri sih masih terkejut setiap kali ada orang yang mendekatinya, tapi yah, mungkin itu memang sifat bawaannya.
 
Kuharap, suatu hari nanti dia bisa memperbaiki sifatnya yang menjadi canggung itu saat menghadapi orang asing...

“Hei, bukankah Miyakojima-san itu punya banyak sekali rumor tentang dirinya?”

Dari lorong, aku bisa mendengar percakapan antar dua siswa.

“...Oh, sepertinya rumor-rumor itu tidak benar. Toh dia juga punya teman selayaknya orang-orang pada umumnya.”

“Eh, begitukah?”

Saat kulihat, rupanya itu adalah siswa yang bertanding melawanku di kompetisi tenis kemarin.

Siswa yang selama ini bersikap dingin pada Narika dan diam-diam menyukai Hinako itu, kini membuat pernyataan yang menjernihkan kesalahpahaman Narika.

Aku terkejut, dan kemudian pandangan kami bertemu sesaat.

Aku menundukkan kepalaku dengan ringan kepada siswa itu, namun dia pergi begitu saja seolah-olah tidak ada yang terjadi.

“Itsuki!”

Dari dalam kelas B, Narika memanggilku.

Niatku sebenarnya hanya ingin mengintip situasinya dari jauh secara diam-diam, tapi sepertinya aku ketahuan.

“Kelihatannya kau sibuk.”

“Ya, salah satu teman sekelasku ada yang ingin belajar kendo. Dia memintaku untuk menemaninya berlatih, jadi kami mendiskusikan jadwal kami,” ucap Narika, tampak gembira.

“Sembilan dari sepuluh, aku yakin itu karena pengaruh darimu.”

“A-Aku tidak yakin soal itu..., tapi kalau memang iya, aku senang.”

“Selama ini imej yang kau miliki disalahpahami, jadi sesuatu seperti ini sudah sewajarnya. Kupikir kau bisa lebih bangga akan hal itu.”

Merasa malu atas perkataanku, Narika menurunkan pandangannya. Yah, dari sudut pandangku sih, yang kukatan barusan masih  belum cukup untuk disebut pujian.

“Kenyataannya, performamu di final kemarin sangat luar biasa.”

“Be-Begitukah?”

“Ya. Aku sampai terpana.”

“Terpana?!”

“Kau benar-benar kuat dan keren. Bahkan aku sampai merinding. Dan asal kau tahu, teman-teman sekelasku masih membicarakan soal itu loh. Mereka bilang, pendekar pedang yang hebat ada di akademi ini.”

“O-Oh, jadi itu ya maksudmu...”

Entah mengapa, bahu Narika jadi terkulai.

Mulai sekarang, Narika akan terlibat dengan banyak orang. Dengan demikian, mungkin kesempatan bagiku dan Narika untuk berbicara berduaan seperti ini akan sedikit berkurang. Jadi, sebelum itu terjadi..., setidaknya aku harus memberitahukan ini kepadanya.

“...Aku tidak akan melupakannya,” ucapku, dengan serius. “Erm... Apa yang kau katakan padaku saat porseni, aku tidak akan pernah melupakannya.”

“Eh, ah, uughh...”

Sebisa mungkin, aku melihat langsung ke wajah Narika.

Menyadari tatapanku, Narika tersipu dan memalingkan pandangannya.

“...Kenapa kau malu? ‘Kan kau sendiri yang mengatakan itu.”

“I-Iya sih, tapi saat aku mengingat soal itu, aku jadi malu...”

Telinga yang merona merah mencuat dari antara rambut hitam indahnya. Dan mungkin, telingaku juga memiliki rona warna yang sama dengannya.

Melihat dia yang tampak malu-malu itu, secara tidak sadar aku bergumam sendiri.

“Kita berdua, sama-sama sudah tidak seperti dulu lagi, ya.”

“Y-Ya... Bahkan aku juga tumbuh dewasa dengan baik!”

Dengan pipi yang masih tampak memerah, Narika membusungkan dadanya.

Tanpa kau mengatakan itu pun, aku sudah tahu kok...

Sejak beberapa saat yang lalu, jantungku berdetak sangat kencang sampai-sampai terasa menyesakkan. Narika bukan lagi anak kecil. Dia adalah seorang lawan jenis yang sebaya denganku, seorang gadis  yang terkadang membuatku mau tak mau jadi merasa deg-degan.

“Oh iya, Itsuki. Sebenarnya, ayahku sekarang lagi ada di akademi untuk urusan bisnis... Kalau kau tidak keberatan, apa kau mau berbicara dengannya?”

Mungkin, itu adalah pernyataan yang dia buat untuk mengubah topik pembicaraan kami, tapi untuk kali ini, aku akan mengikuti alurnya. Meski begitu, dalam artian yang berbeda, topik baru ini juga agak sulit bagiku.

“Meskipun kau bilang begitu... Kurasa, ayahmu tidak suka denganku...”

“Hm? Enggak, tau? Seperti yang sudah kubilang padamu sebelumnya, ayahku menyukaimu.”

Memang sih, Narika ada mengatakan itu padaku, tapi aku tidak yakin soal itu.

“Kalau kau cemas, aku akan menemanimu,” ucap Narika, suaranya terdengar ceria.

Yah, mungkin ini terdengar menyedihkan, tapi jujur itu melegakan kalau dia menemaniku.

Kami pun meninggalkan gedung akademi dan menuju gedung olahraga, dan di sana aku bisa melihat Musashi-san. Dia di sini pasti karena urusan bisnis terkait peralatan di gedung olahraga.

Saat kami mendekat, Musashi-san menyadari kedatangan kami.

“Itsuki Tomonari, ya.”

“La-Lama tidak bertemu.”

Baru beberapa hari sejak aku mengunjungi rumahnya Narika, jadi harusnya salah kalau aku bilang ‘Lama tidak bertemu’. Ya ampun, saat aku merasa gugup seperti ini, yang bisa kupikir cuman hal-hal yang negatif.

Kemudian, kuperhatikan ada wanita berkimono di sampingnya Musashi-san. Saat pandangan kami bertemu, wanita itu menundukkan kepalanya kepadaku.

“Aku Otsuko Miyakojima. Lama tidak bertemu, ya.”

“Ya, lama tidak bertemu...”

Dia adalah ibunya Narika. Saat masih kecil, aku pernah bertemu dengannya.

Dia memiliki postur yang tegap, dan tiap-tiap gerakannya terlihat sopan. Namun, dia tidak memberikan kesan yang bermartabat seperti Narika, melainkan memberikan kesan yang kalem dan ramah. Apalagi, nuansa yang diciptakkan olehnya membuat ketegasan Musashi-san terasa melunak. Berkat itu, aku mendapatkan kembali ketenanganku——

Eh...?

Tiba-tiba, sebuah pertanyaan muncul di benakku.

Kalau dipikir-pikir... Mengapa aku takut pada Musashi-san?

Penampilannya terlihat menakutkan.

Bahasanya tegas.

Di masa lalu, aku punya kesan yang mendalam tentangnya ketika aku dibentak olehnya karena membawa Narika keluar rumah.

Tampilan, kata-kata, kesan... Semua ini, adalah alasan-alasan yang sama mengapa Narika disalahpahami di akademi.

“Erm, Musashi-san. Saat masih kecil, anda pernah membentakku karena membawa Narika keluar, kan...?”

“Membentak?” Musashi-san mengerutkan alisnya. “Aku tidak ingat melakukan itu, Sebaliknya, saat itu harusnya aku berterima kasih.”

Berterima kasih...?

Seingatku tidak seperti itu, tapi..., apa artinya ini?

“Tomonari-san,” Otsuko-san yang sedari tadi diam di samping Musashi-san membuka mulutnya. “Mungkin ini sulit dipercaya, tapi suamiku ini buruk dalam menyampikan kata-katanya.”

“Buruk dalam menyampaikan kata-kata...?”

“Ya. Aku bahkan mengalami banyak masalah karena itu.”

Otsuki-san menghela napas dan menatap Musashi-san.

“Sayang, apa yang kamu katakan pada Tomonari-san hari itu?”

“Hmm... Seingatku sih...,”

Musashi-san mengingat-ingat masa lalu.

Dulu, setelah aku menyebabkan Narika terluka karena membawanya keluar tanpa bilang-bilang, aku dipanggil oleh Musashi-san.

Saat itu aku ketakutan, dan Musashi-san mengatakan——

“Makasih ya sudah mengajak putriku bermain dan bersenang-senang hari ini,” ucapnya dengan ringkas, kemudian, “...Lain kali, aku akan bermain dan bersenang-senang denganmu juga.”

“Hiiii.”

Dia dulu mengatakan itu dengan senyum iblis yang menakutkan dan mengintimidasi sampai-sampai secara refleks aku melarikan diri.

Namun demikian, Musashi-san tiba-tiba terlihat bingung.

“Saat aku mengatakan itu..., entah mengapa, kamu malah lari ketakutan.”

Entah apakah hanya perasaanku saja, tapi Musashi-san terlihat murung.

Mungkinkah...

“Erm, soalnya, saat itu kupikir anda bermaksud menghajarku habis-habisan...”

“Kau salah. Dia memang sering disalahpahami, tapi pernyataan suamiku itu tidak lebih dari sekadar kata-kata,” jelas Otsuko-san, menggantikan Musashi-san.

Saat aku melihat wajah Musashi-san, kuperhatikan tidak ada tanda-tanda kebohongan.

Ini artinya..., beneran tidak ada arti apa-apa di balik kata-katanya waktu itu?

...Berarti, aku hanya salah paham?

Bahuku langsung rileks.

Lain, aku akan bermain dan bersenang-senang denganmu juga——Arti sebenarnya dari ucapan Musashi-san waktu itu bukanlah untuk memukulku karena menyebabkan Narika terluka, tapi murni untuk mengatakan. “Lain kali kau datang ke sini, kamu juga harus bermain dan bersenang-senang.”

Dalam ingatanku sih, Musashi-san sangat menakutkan dan dengan jelas menegurku. Tapi sepertinya, itu adalah gambaran yang aku ciptakan sendiri.

Musashi-san—dia adalah orang yang baik hati, namun dia hanya buruk dalam menyampaikan kata-katanya.

Sama seperti semua orang di akademi salah paham tentang Narika, aku juga salah paham tentang Musashi-san.

“Dan juga, izinkan aku memberitahumu kalau kami sama sekali tidak bermaksud memperlakukanmu dengan kesadaran apa pun tentang situasi keluargamu. Memang sih..., kami sedikit berselisih dengan ibumu, tapi kami tidak akan bersikap dingin padamu hanya karena itu.”

“...Terim kasih,” ucapku, sambil membungkuk dalam-dalam.

Dia sungguh orang yang murah hati.

“Saya juga minta maaf, Musashi-san. Sampai saat ini saya sudah menyalahpahami anda.”

“Tidak apa-apa... Yang penting semuanya sudah diluruskan,” ucap Musashi-san, suaraya sedikit melenting.

Tapi kemudian, itu menimbulkan pertanyaan lain.

“Erm, tapi apa yang anda maksud ketika tempo hari anda bilang kalau itu salah saya Narika jadi bergumul?”

“Oh, soal itu... Aku ingin memberitahumu kalau Narika terlihat seperti itu karena kau mencoba memaksanya untuk berperilaku selayaknya pelajar pada umumnya,” ucap Musashi-san. “Kesalahpahaman itu pada akhirnya akan terselesaikan. Begitu lulus dari akademi, selanjutnya adalah dunia kompetensi. ...Di dunia seperti itu sama sekali tidak ada ruang untuk rumor yang tidak pasti. Karenanya, aku memutuskan bahwa selama Narika terus berkembang, dia pasti akan menjadi pemimpin yang akan membuat kagum banyak orang, sama sepertiku. Dari awal, dia tidak memiliki keharusan untuk berperilaku selayaknya pelajar pada umumnya.”

Setelah menghapus imej lama yang kumiliki tentang Musashi-san, sekarang aku mengerti persis apa yang dia maksud dari ucapannya itu.

Dengan kata lain, Narika ditakuti oleh orang-orang di sekitarnya hanya saat dia berada di akademi, dan begitu dia memasuki masyarakat, ketakutan itu akan berubah menjadi kekaguman.... Yang artinya, Musashi-san yakin bahwa rasa takut itu akan berubah menjadi perasaan yang dekat dengan rasa hormat.

Dibandingkan dengan siswa normal, kesepian Narika dalam bersosialisasi sangat menonjol. Itulah sebabnya aku membantunya, tapi Musashi berpikir bahwa tidak perlu untuk membandingkan Narika dengan siswa pada umumnya. Dalam hal ini, itu juga bisa disebut rasa hormat terhadap individualtias.

Dengan caranya sendiri, Musashi-san memahami kekuatan yang dimiliki Narika. Karenanya, dia berpikir tidak apa-apa untuk membiarkan Narika apa adanya...

Dia sudah..., menilai itu lebih baik?

Dalam hal ini, sepertinya dia melakukan penilaian itu berdasarkan apa yang dia lalui di masa lalu.

“Sekarang, kupikir seperti ini pun juga baik,” ucap Musashi-san. “Aku menjalani hidupku hanya dengan berpikir untuk menjadi pemimpin yang baik. Tapi Narika, tampaknya dia tidak sepertiku. ...Aku tahu itu dari melihat kalian.”

Mengatakan itu, Musashi-san menatapku dan Narika.

Narika tampak bingung, tapi entah bagaiman aku bisa mengerti arti dari tatapan Musashi-san.

Musashi-san pasti mengerti bahwa Narika bukanlah tipe orang yang bergerak sendiri, melainkan hidup dengan saling mendukung bersama orang lain. Orang lain itu tidak harus aku. Bisa Taisho, Asahi-san, Tennoji-san, atau Hinako..., yang jelas akan lebih jika ada seseorang yang menemani di samping Nrika.

“Oh iya, Ayah! Aku sempat melupakannya, tapi kenapa waktu itu ayah tidak memberitahuku kalau Itsuki akan datang berkunjung?! Gara-gara gak tahu, aku sangat terkejut, tau!”

“Oh, soal itu...ayah pikir kau akan lebih senang jika ayah tidak memberitahumu!”

“Mana mungkin aku senang!” ucap Narika, dengan keras.

Semangat tinggi yang memancar dari seluruh tubuh Musashi-san tiba-tiba menghilang dalam sekejap, dan entah apakah hanya perasaanku saja, tapi bahunya tampak terkulai.

Orang ini, mungkin dia adalah seorang yang ayah lebih normal daripada yang aku kira.

“Ya, andai saja ayah kasih tahu, kau pasti akan berdandan dengan baik ‘kan, Narika?”

“Ya, seperti yang ibu bil——ti-tidak?! Ti-Tidak seperti itu?! A-Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu, kau dengar?!”

Narika menatapku dengan wajah yang merah cerah, yang hanya kutanggapi dengan, “Ya, ya” sambil tertawa.

“Ngomong-ngomong, Tomonari-san, apa kau sudah mendaftar untuk kursus musim panas?”

“Kursus musim panas?”

“Setiap musim panas, Akademi Kekaisaran mengadakan kursus musim panas. Tadi, saat bekerja aku mengambil beberapa browsurnya..., jadi ambillah ini kalau kau mau.  Aku masih punya beberapa salinannya.”

Menerima browsur dari Otsuko-san, aku mengucapkan terima kasih padanya.

Rupanya, ada event yang mirip dengan perkemahan. Tidak hanya itu, mereka juga akan mengadakan kelas dengan dosen-dosen ternama.

Partisipasinya bebas, namun harus mendaftar terlebih dahulu.

Aku sedikit tertarik, jadi aku akan membicarakannya dengan Shizune-san nanti.

“Tempatnya..., di Karuizawa, ya.”

Ini klasik. Namun, kupikir hanya sedikit orang yang bisa menikmati keklasikan tersebut.

Ngomong-ngomong soal Karuizawa...

Aku teringat dengan seorang kenalan lama..., seorang gadis yang satu sekolah denganku di SMA lamaku.

Seingatku, saat baru masuk SMA dia bilang kalau dia kerja sambilan di resort di Karuizawa. Dia juga mengatakan bahwa dia bersenang-senang karena bisa mendapatkan pengalaman baru di sana, dan mungkin tahun ini dia juga akan kerja sambilan lagi di sana.

Kalau aku mengikuti kursus musim panas ini, mungkin kami akan bertemu di Karuizawa——

“...Yah, kupikir aku memikirkan soal itu terlalu berlebihan.”

=====

 

Catatan Penerjemah:

Volume 3 udah selesai. Makasih buat yang udah support saya melalui komen maupun donasi, jadi saya bisa selesain Volume 3 novel ini.

Berhubung saya belum punya Volume 4 nya, jadi Volume 4 akan saya terjemahkan secepatnya setelah saya beli novelnya.

Support saya di trakteer biar updatenya lebih cepat.



5 Comments

  1. W rada bingung, perasaan di volume 1 bab 2 bapaknya jelas banget marahin & ngusirnya begitu ketauan Itsuki bawa keluar Narika

    “Bagaimana kau akan bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi pada Narika!! Meskipun kau itu masih anak-anak, aku tidak akan memaafkanmu kalau kau sampai merayu putriku!! Keluar dari sini sekarang juga!”

    Tapi di bab ini malah digambarkan bahwa bapaknya sebenernya mau berterimakasih namun cuma disalahpahami oleh Itsuki aja, kayak ada bagian yang miss gitu 😅

    Anyway, makasi banyak yaa min udah translate up sampe volume 3. Semangat terus 😁🙏🏻

    ReplyDelete
  2. makasih atas tl nya min

    btw teman sma nya itsuki itu apakah dia yg terakhir kali menelpon di vol 1?

    ReplyDelete
  3. Yahooo
    Terimakasih TL nya min
    Ditunggu untuk volume 4 nya✨

    ReplyDelete
  4. Bayangin salah paham bertahun-tahun lol

    ReplyDelete
Previous Post Next Post