[LN] Saijo no Osewa Volume 4 - Bab 2 Bagian 1

Bab 2 Bagian 1 (dari 4)
Bom Kecil di Kursus Musim Panas


Aku tidak pernah melupakan penampilan dari gadis di depanku.

Rambutnya berwarna cokelat tua dan halus yang panjangnya mencapai area tulang belikatnya. Untuk tingginya..., dia pendek. Dia cukup pendek di antara teman-teman seumurannya, dan selalu menjadi yang terendah ketika diurutkan berdasarkan tinggi badan baik saat SD maupun SMP.

Aku ingat segalanya tentang dia.

Baik saat SD, SMP, dan bahkan SMA, kami menghabiskan banyak waktu bersama. Dia adalah teman masa kecilku yang sudah aku kenal selama sekitar sepuluh tahun.

Saat aku bertanya kepadanya mengapa dia ada di hotel ini——

“Be-Begitu ya, jadi kamu kerja sambilan di sini ya...”

“Ya. Kamu sendiri ‘kan juga tahu kalau pas masih kelas satu aku juga kerja sambilan di resor ini...”

Begitu ya, jadi itu sebabnya dia mengenakan pakaian kerja. Atasannya dia memakai kemeja putih lengan panjang, dan karena sekarang musim panas, lengan kemejanya dia gulung. Untuk bawahannya, dia mengenakan rok hitam yang ditutupi celemek garcon merah tua.

Itu adalah setelan yang klasik namun memberikan kesan glamour, meskipun setauku gadis ini lebih suka memakai pakaian yang lebih mudah untuk bergerak. Namun jika itu adalah pakaian yang harus dia pakai untuk pekerjaan sambilannya, maka aku bisa mengerti mengapa dia mengenakan setelan seperti itu.

“Ta-Tapi, bagaimana kamu bisa kerja sambilan di tempat seperti ini?”

“Di hotel tempat aku bekerja tahun lalu, ada seseorang yang mengakui kerja kerasku, jadi dia memperkenalkanku ke tempat kerja yang lebih baik. Itulah makanya aku bisa ada di tempat kelas atas seperti ini.”

“Oh, begitu ya...”

“Tempat ini sungguh bagus, bukan? Sudah luas, nuansanya enak pula.... Dan juga, apa kamu tahu? Kudengar kamar kelas tiga di titik tertinggi hotel ini disediakan untuk selebritas, dan orang biasa tidak bisa menginap di sana loh? Itu benar-benar dunia yang berbeda dari dunia orang-orang seperti kita, aku jadi ingin seperti mereka.”

Keringat dinginku tidak berhenti bercucuran. Padahal saat ini sedang musim panas, tapi seluruh tubuhku terasa dingin. Apakah ini kekuatan dari Karuizawa, tempat yang merupakan resor musim panas...?

“Terus, kalau kamu?”

Tatapan tajam diarahkan kepadaku dari bawah secara diagonal.

“Kenapa kamu ada di sini, Itsuki~?”

Gadis itu mendekatiku sambil memiringkan kepalanya.

“Erm, jadi, um...”

“Tidak sepertiku, kamu sepertinya tidak lagi kerja sambilan, dan mengingat kondisi keluargamu, tidak mungkin kamu lagi berlibur di sini, kan~?”

“Erm...”

“Hmm~~?”

Tekanan darinya sangat kuat sampai-sampai tinjunya mungkin bisa terbang kapan saja.

“Itsuki-sama.”

Tapi pada saat itu, tiba-tiba terdengar suara yang memanggil namaku. Saat aku menoleh, aku melihat Shizune-san dan Hinako yang lagi dalam mode Ojou-sama.

“Anda cukup lama, jadi kami datang untuk memeriksan anda, tapi siapa dia...?”

Gadis yang ditatap Shizune-san itu menampilkan senyuman yang cerah serta ramah.

“Senang bertemu denganmu, aku Yuri Hirano.”

Gadis itu, Yuri, menundukkan kepalanya. Ketika dia mengangkatnya lagi, wajahnya dipenuhi dengan senyum lebar.

“Aku teman masa kecilnya Itsuki!”

“...Teman masa kecil, ya?”

“Ya!” jawab Yuri dengan riang.

Mengetahui informasi tersebut, Shizune-san pasti punya firasat buruk. Matanya kemudian menoleh ke arahku, yang aku tanggapi dengan mengangguk dalam-dalam.

“Yuri..., dia tahu semua tentang masa laluku.”

Dengan kata lain, dia adalah orang yang akan sulit bagiku untuk menyembunyikan identitas asliku.

Kemudian, mungkin karena sudah mengerti situasi saat ini, Shizune-san menghela napas dan mengangguk.

“Sepertinya kita perlu merubah rencana kita untuk hari ini.”

---

Kami pun memutuskan untuk membatalkan rencana jalan-jalan kami dan memberi penjelasan tentang situasi kami pada Yuri.

Tempatnya adalah kamar kelas dua tempat aku menginap.

Hinako, yang tiba-tiba mengunjungi kamarku, menatap tajam ke arah tempat tidur sejenak, tapi dengan cepat dia mengalihkan pandangannya. Kurasa dia  benar-benar ingin terjun ke tempat tidur, tapi saat ini dia sedang dalam mode Ojou-sama. Karenanya, dia harus menahan diri. Lagian, tadi dia juga sudah tidur sepanjang waktu saat di mobil.

“...Baiklah, aku akan menjelaskan situasinya.”

Aku menjelaskan situasiku kepada Yuri yang duduk di depanku.

Ngomong-ngomong, beberapa saat yang lalu, segera setelah kami masuk ke kamarku, Shizune-san berbisik pelan kepadaku sehingga hanya aku yang bisa mendengarnya, katanya, “Jelaskan seperti penjelaskan yang kau berikan pada Tennoji-san.” Dengan kata lain, apa yang harus kujelaskan pada Yuri adalah persis seperti penjelasan yang kuberikan pada tennoji-san. ——Karenanya, kecuali kepribadian aslinya Hinako, aku menjelaskan semuanya.

“...Jadi, begitulah.”

“Heeeh? Begitu ya? Hm~~~?”

Yuri benar-benar tidak menampilkan ekspresi apa pun, dan dia hanya menganggukkan kepalanya. Tapi, sorot matanya itu tampak menakutkan.

“Jadi intinya, ketika kamu tidak tahu harus berbuat apa setelah orang tuamu melarikan diri, kamu direkrut oleh putri dari Grup Konohana. Kemudian sejak saat itu, kamu bekerja untuk Hinako Konohana dan masuk ke Akademi Kekaisaran yang terkenal itu, ya...”

Tidak ada yang salah dari tafsirannya, jadi aku menganggukkan kepalaku.

“Begitu ya, terus? Mau sampai kapan kita akan bercanda?”

“...Semua yang barusan kubilang itu benar.”

“Tidak, tidak, tidak, itu tidak mungkin, kan? Mana mungkin aku akan percaya jika diberitahukan sesuatu yang seperti sinopsis komik begitu?”

Yah, kurasa aku juga tidak akan percaya jika aku ada di posisinya. Tapi, semua itu adalah fakta yang tak terbantahkan. Dia hanya harus mempercayai itu.

Dan yang lebih penting lagi, aku penasaran dengan Shizune-san yang sejak beberapa saat lalu berkomunikasi dengan seseorang melalui ponselnya. Dia terus bertelepon selama aku menjelaskan situasiku pada Yuri. Aku ingin tahu siapa dan apa yang mereka bicarakan selama itu... Dan tepat ketika aku merasa sedikit gugup, Shizune-san menjauhkan ponselnya dari telinganya.

“Aku sudah mendapat konfirmasi.”

“Eh?”

Menanggapi Yuri yang memiringkan kepalanya, Shizune-san meletakkan ponselnya di sakunya dan lanjut berbicara.

“Yuri Hirano, enam belas tahun. Kamu adalah siswi kelas dua SMA di SMA Ryugu, tempat Itsuki-san sekolah sebelumnya. Nama ayahmu adalah Heizo, dan nama ibumu adalah Minae. Keluargamu memiliki toko yang telah ada sejak generasi kakekmu, dan nama tokonya adalah Hiramaru. Kudengar toko keluargamu ramai dikunjungi pelanggan lokal siang dan malam.”

“I-Itu benar, tapi kenapa kamu bisa tahu...”

“Pembangunan dan asuransi toko yang juga rumah keluargamu, serta rekening bank dan yang lainnya, kalian menggunakan grup perusahaan kami. Aku menemukan informasi tentangmu dari data pelanggan kami.”

Yuri sontak terkejut dan mulutnya menganga.

Tampaknya, informasi pribadinya dicuri menggunakan metode yang mirip seperti kasusku dulu... Nah, di negara yang disebut Jepang ini, sangat sedikit orang yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Grup Konohana. Melihat Yuri tertegun di hadapanku, sekali lagi aku menyadari bertapa dahsatnya Grup Konohana.

“Semua yang dijelaskan Itsuki-san itu benar. Apa dengan konfirmasi dariku kau bisa mempercayainya?”

“A-Aku percaya... Justru itu menakutkan kalau aku sampai tidak percaya...”

Yuri benar-benar ketakutan, tapi yah, aku bisa mengerti perasaannya. Lagian, meskipun sekarang aku sudah terbiasa berinteraksi dengan Shizune-san, awalnya aku juga sama seperti Yuri.

“Maaf ya sudah membuatmu khawatir, Yuri.”

“A-Aku tidak mengkhawatirkanmu,” ucapnya, memalingkan wajahnya. “...Tapi asal kamu tahu saja, di sekolah ada banyak rumor aneh tentang kamu loh?”

“Eh?”

“Guru sih bilang kalau kamu cuman pindah sekolah saja... Tapi karena teman-teman tahu tentang situasi keluargamu, jadi ada banyak rumor yang beredar kalau kamu kerja di dunia malam, atau kerja di kapal penangkap ikan, bahkan ada yang mengatakan kalau kamu dilelang untuk dijadikan budak.”

Tidakkah rumor yang terakhir itu terlalu berlebihan?

“Tapi yah, sekarang aku mengerti situasimu. Nanti aku akan coba carikan alasan kalau ada teman-teman di sekolah yang menanyakan tentang kamu.”

“Ya..., terima kasih.”

“Hmph, tidak perlu berterima kasih.”

Saat aku mengucapkan terima kasih dengan ringan, Yuri membusungkan dadanya dengan ekspresi sombong. Namun, karena aku telah melihat perilakunya yang seperti itu ratusan kali, aku punya firasat kalau dia akan melakukan itu lagi.               

“Lagian, aku ini ‘kan Onee-san-mu.”

“Kita seumuran.”

Ini adalah percakapan yang sudah kualami berkali-kali, sehingga tanpa sadar, aku menghela napas.

“Onee, san...?” gumam Hinako.

Aku tidak punya saudara ataupun saudari. Baik Shizune-san dan Hinako tahu tentang itu.

“Erm, dia ini lebih tua enam bulan dariku. Jadi karena alasan itu, dia selalu bertingkah seolah-olah dia kakak perempuanku. Kenyataannya kami seumuran, jadi tidak usah terlalu dipikirkan.”

“Eh—?! Kok kamu bilang begitu sih?! Padahal ‘kan aku selalu direpotkan olehmu saat kamu sibuk dengan pekerjaan sambilanmu.”

“Makasih soal itu, tapi ‘kan tetap saja...”

Kalau dia sudah bilang begitu, aku merasa seperti aku kalah debat. Namun, sikapnya yang belagu itu membuatku kesal dan aku tidak bisa menerimanya.

“Itsuki, kamu itu harus lebih menghormatiku!”

“...Pendek gak usah sok.”

“Haaaah?! Dimana-mana ‘kan perbedaan usia itu jauh lebih penting daripada tinggi badan!”

“Ya tapi ‘kan kita ini seumuran!”

Lagian, dari sudut pandang orang lain, aku lah yang lebih sering disalahpahami sebagai kakak laki-lakinya.

Namun saat kami melanjutkan jenis pertukaran yang sama setelah bertahun-tahun itu, tiba-tiba, aku sadar kalau Shizune-san sedang menatapku dengan ekspresi terkejut.

“Eh, ada apa, Shizune-san?”

“Tidak ada apa-apa... Cuman, rasanya aneh saja mendengarmu berbicara dengan kata-kata seperti itu.”

Kata-kata seperti itu? Apa yang dia maksud? ...Oh, mungkinkah soal aku yang menyebut Yuri pendek? Memang sih, kurasa pernyataan seperti itu tidak pernah kusampaikan kepada siapapun selain Yuri.

“Tapi ngomong-ngomong, ada apa denganmu? Rambutmu rapi dan bahkan pakaianmu juga rapi sekali.”

“Lingkungan tempat aku tinggal itu unik. Jadi gini-gini aku sudah melakukan yang terbaik untuk memperhatikan penampilanku.”

“Hmph... Sombong sekali kamu?! Makan nih~”

“Ah, woy, jangan menyentuhnya!”

Yuri berdiri dan menyentuh rambutku. Saat aku hedak mengeluh, aku melihat wajah Yuri, tapi ekspresinya lembut dan dia tersenyum.

“Kamu punya kebiasaan untuk selalu memberi banyak tekanan di pundakmu, jadi kupikir tidak masalah kalau kau sedikit lebih santai. Lagian, kamu di sini juga untuk liburan musim panas, kan?”

“Sekalipun kau bilang begitu...”

Kupikir dia sedang mempermainkanku, tapi dia hanya peduli kepadaku. Nah, karena dirinya yang seperti ini lah aku tidak bisa membencinya, dan entah kenapa aku selalu merasa berterima kasih kepadanya.

“Kelihatannya kalian cukup akrab.”

Untuk sesaat, kupikir ada badai salju yang melanda tempat ini. Soalnya, aku merasakan perasaan intimidasi yang mengerikan sampai-sampai membekukan udara.

Hinako, yang sedari tadi hanya berdiri diam tanpa membuka mulutnya, menatap tajam ke arah kami.

“Y-Yah, begitulah. Toh kami sudah saling kenal selama sekitar sepuluh tahun.”

“Sepuluh tahun, ya...,” ucap Hinako, matanya menyipit tajam.

Yuri juga sepertinya menyadari sesuatu yang tidak biasa dan berbisik di telingaku.

(H-Hei, Itsuki?! Apa ini cuman perasaanku saja, atau aku memang ditatapi oleh Konohana-san?!)

(Ya, dia memang menatapimu...)

Aku tidak begitu mengerti, tapi sepertinya Yuri telah merusak suasana hatinya Hinako. Kalai sampai Yuri memang membuat putri dari Grup Konohana menjadi musuhnya..., apa itu artinya hari ini adalah akhir dari hubungan kami yang berlangsung hampir satu dekade?

Tapi terlepas dari lelucon yang kupikirkan itu, jika aku lihat baik-baik, Hinako juga menatap tajam ke arahku.

Sepertinya akan berbahaya kalau mempertahankan suasana seperti ini lebih lama lagi.

“Ngomong-ngomong, Yuri, bukannya kamu harus segera kembali bekerja? Sekarang ini kamu masih dalam jam kerja, kan?”

“Ah?! Kau benar, aku lupa!”

Yuri panik dan segera menuju gedung utama. Dalam perjalanan ke sana, dia melihat kembali ke arah kami sekali lagi, “Aku kerja di kafetaria di sini! Sapalah aku ketika kalian ke sana,” dan setelah mengatakan itu, Yuri segera lari.

“Dia gadis yang energik.”

“...Sejak dulu Yuri sering bantu-bantu kerjaan keluarganya, dan dia terlibat dengan banyak orang baik itu tua maupun muda, itulah sebabnya dia sangat periang.”

Aku sudah berkali-kali terlibat dengan sifat periangnya itu, jadi itu tidak diragukan lagi.

Kemudian, pada saat itu, Hinako meraih ujung bajuku.

“Ituski..., ayo, jalan-jalan.”

“Y-Ya. Baiklah.”

Aku sendiri juga lelah secara mental, jadi lebih baik aku pergi jalan-jalan di sekitar tempat ini untuk sisa hari ini. Paling tidak, melihat-lihat hotel saja sudah akan cukup untuk menghabiskan waktu.

“Apa ada tempat yang ingin kau kunjungi?”

Terhadap pertanyaanku, Hinako menjawabnya dengan suara pelan.

“...Apa pun selain kafetaria.”

---

Keesokan paginya setelah aku menikmati jalan-jalan santai bersama Hinako.

Di ruang makan di gedung utama.

Di depan kami yang sedang sarapan, Yuri menundukkan kepalanya.

“Senang bertemu dengan kalian, aku Yuri Hirano.”

Tennoji-san dan Narika, yang sedang sarapan di meja yang sama dengan kami, menatap Yuri.

Beberapa saat yang lalu, ketika kami memutuskan untuk ketemuan di kafetaria dan sarapan bersama, aku memberitahu mereka kalau kenalanku mungkin akan datang menyapa, jadi mereka berdua tidak terkejut. Dan karena Hinako telah menyapanya sebelumnya, dia hanya menampilkan senyum anggun khas mode Ojou-sama di wajahnya.

“Saat ini aku kerja sambilan di restoran ini. Oh ngomong-nomong, biasanya aku menjadi teman masa kecilnya Itsuki.”

“Jangan mengatakannya seolah-olah itu adalah pekerjaan harianmu,” selaku, setelah meletakkan gelas jus jerukku.

Karena restoran ini bergaya prasmanan, jadi makanan yang ada di piring kami berbeda-beda. Tennoji-san makan salad dan omelette. Narika makan sup dan roti. Dan untuk Hinako, dia makan berbagai hidangan yang seimbang, tapi itu mungkin karena dia sedang berakting. Jika itu Hinako yang biasanya, dia tidak akan mau makan sayur.

Yang aku ambil sebagai sarapanku adalah sayuran mentah dan salad sashimi, semuanya memiliki rasa yang elegan dan bergizi. Itu kurang lebih setara dengan sarapan yang disajikan di rumah Keluarga Konohana.

“Kamu teman masa kecilnya Tomonari-san?”

“Teman, masa kecilnya Itsuki...”
                        
Tennoji-san dan Narika terlihat tertarik dengan apa yang Yuri katakan.

“Sekarang kamu lagi kerja ‘kan? Apa tidak apa-apa kamu di sini?”

“Aku di sini hanya untuk menyapa sebentar. Selain itu, kepala koki bilang kalau aku bisa melakukan apapun yang aku mau selama itu tidak mengganggu pekerjaanku... Oh, tentu saja jika kalian menganggap aku mengganggu kalian, aku akan pergi.”

“Tidak, aku tidak berpikir kalau kamu mengganggu kami...”

Untuk memastikkan, aku melihat wajah-wajah yang lain.

“Kamu sama sekali tidak menggangu kok,” ucap Tennoji-san, menurunkan cangkir tehnya. “Ini adalah kesempatan yang langka bagi kami, dan kami tidak punya alasan untuk menolakmu. Justru kami akan senang jika kamu mau berteman dengan kami.”

“Ooooh... Luar biasa, jadi begini ya cara Ojou-sama berperilaku...”

Kata-kata toleran yang Tennoji-san ucapkan, serta sikpanya yang sopan, tenang, dan anggun tampak baru bagi Yuri. Reaksi yang dia tunjukkan itu mengingatkan aku pada diriku yang dulu.

Awalnya, aku juga terkejut dengan setiap perilakukan para Ojou-sama ini... Apalagi, sejauh menyangkut Tennoji-san, penampilannya yang eksentrik dengan rambur pirang bornya itu memberikan kesan yang lebih kuat.

“A-Aku juga sama. Aku ingin kita berteman,” ucap Narika, menatap Yuri.

Tapi, mungkin karena dia gugup bertemu dengan orang baru, wajahnya menjadi lebih tegang daripada biasa—tepatnya wajahnya menjadi wajah yang biasa ditakuti di akademi.

Kalau aku aku tidak melakukan sesuatu, Narika mungkin akan disalahpahami. Jadi dengan pemikiran itu, aku berbisik pada Yuri.

(Yuri. Narika orangnya sedikit canggung...)

(Jangan khawatir, aku tahu kok. Soalnya ada juga orang sepertinya di antara pelanggan kami.)

Yuri sama sekali tidak takut. Dia menghadapi Narika sambil menampilkan senyum yang bersahabat.

“Miyakojima-san. Apa kamu orang yang pernah ketemu sama Itsuki saat kalian masih kecil...”

“Ya. Itu aku. Saat masih kecil, Itsuki pernah mengurusku.”

Dulu aku pernah memberitahu Yuri kalau aku tinggal untuk sementara waktu di rumahnya Narika. Sejak dulu Yuri cukup tertarik dengan cerita itu, jadi dia mengalihkan perhatiannya ke Narika.

“Hmm~~ Itsuki mengurus orang, ya?”

Yuri menatapku dengan ekspresi tertentu.

“...Memang kenapa?”

“Tidak kenapa-kenapa~. Hanya saja, rasanya sedikit menyegarkan mengetahui kamu yang biasanya aku urus, mengurus orang lain.”

Mendengar Yuri mengatakan itu, dua Ojou-sama di tempat ini sontak bereaksi.

“Mengurus...?”

“Mengurus, Itsuki...?”

Hinako dan Narika memiringkan kepala mereka, keduanya bereaksi terhadap keyword aneh.

“Ngomong-ngomong, jika kalian bertiga adalah Ojou-sama, maka kalian menginap di kamar kelas tiga, kan? Karena penghuni kamar kelas tiga biasanya akan diantarkan makanan, kurasa agak aneh melihat kalian menggunakan ruang makan di sini...”

Hinako lah yang menjawab pertanyaan Yuri.

“Karena ini kesempatan yang bagus, aku ingin makan bersama semua orang seperti ini.”

“Oh begitu ya. Yah, memang sih, akan lebih menyenangkan makan bersama seperti ini karena akan lebih terasa nuansa liburannya,” ucap Yuri, menerima alasan Hinako.

Padahal sih, alasan Hinako makan di sini karena dia ingin makan bersamaku.

Untuk Tennoji-san dan Narika, mereka sama-sama bilang, “Mumpung kita lagi ada di sini, aku ingin kita menikmati makanan bersama-sama”, tapi karena mereka orangnya baik dan pengertian, jadi aku tidak bisa menyangkal fakta bahwa mereka menyesuaikan diri denganku yang harus makan di ruang makan. Jika demikian, akan tidak sopan kalau aku menyebutkan soal itu, jadi aku hanya harus dengan senang hati menerima kebaikan keduanya.

“...Baiklah, waktu istirahatku akan segera selesai, jadi aku permisi dulu.”

Melihat jam yang tergantung di dinding, Yuri hendak pergi.

“Ah, Yuri, tunggu sebentar.”

Aku mendekati Yuri saat dia berhenti dan berbicara padanya dengan suara pelan.

“Seperti yang kukatakan kemarin, aku memalsukan identitasku di Akademi Kekaisaran. Aku baik-baik saja dengan tiga orang yang kau temui sebelumnya karena kurang lebih mereka tahu tentang kondisiku, tapi tolong jangan beri tahu orang lain.”

“Ya, aku akan berhati-hati.” Yuri menatap lurus ke mataku dengan mengangguk. “Tapi ngomong-ngomong, apa kau selalu terlibat dengan orang-orang berderajat tinggi seperti mereka?”

“Yah, begitulah.”

“...Gitu ya, tapi aku ingin tahu, apa rambut bor pirang itu normal ya di kalangan Ojou-sama?”

“Tidak, setauku cuman Tennoji-san saja yang seperti itu.”

Hanya ada satu orang saja di Akademi Kekaisaran yang memiliki model rambut bor pirang seperti itu.

“Hmm~...... Kalau kuperhatikan, seperitnya kenalanmu semuanya perempuan, ya.”

Entah mengapa, suaranya kini terdengar seperti mengandung duri kecil yang tajam. Kemudian, dengan ekspresi wajah yang sedikit cemberut, Yuri melirik Hinako dan yang lainnya.

“Selain itu, mereka semua cantik-cantik... Apa semua wanita di Akademi Kekaisaran secantik mereka?”

“Ti-Tidak juga, hanya saja mereka bertiga itu spesial...”

“Terus, kenapa orang-orang spesial seperti mereka berkumpul di sekitarmu?”

“Itu kebetulan saja...”

“Hmm———?!”

Dia menatap lurus ke arahku dengan mata yang setengah terpejam. Sepertinya dia tidak mempercayaiku... Aku sendiri sih tidak pernah memikirkannya secara mendalam, tapi ketika aku memikirknnya, aku benar-benar tidak tahu mengapa Ojou-sama elit seperti mereka berkumpul di sekitarku...

“Ngomong-ngomong, Itsuki.”

“Apa?”

“Kamu tidak berpikir kalau aku sudah puas dengan alasan yang kamu berikan kemarin, kan?”

Aku sontak tak bisa berkata-kata.

“Aku benar-benar sedih loh ketika kau mengabaikan pesanku.”

“Ugh.”

“Saat aku melihatmu di arcade, aku sebenarnya ingin mengajukan banyak pertanyaan kepadamu, tapi aku ingin membaca suasana dan berakhir menahan diri.”

“Ugh...”

Jadi dia mengingatnya, ya...

Mengenai pesan yang kuterima dari Yuri tepat setelah aku menjadi pengurus, waktu itu aku segera membalasnya, tapi kemudian aku tidak bisa menyangkal kalau aku telah mengabaikannya untuk sementara waktu. Lebih tepatnya sih, aku tidak bisa menjawab karena Hinako mengambil ponselku.

Selain itu, pengurus adalah pekerjaan yang sulit, jadi aku juga berperilaku lebih ceroboh daripada biasanya. Karenanya, aku benar-benar merasa tidak enak padanya tentang hal ini.

“Datanglah ke tempatku malam ini. Aku luang mulai sore hari.”   

“...Baiklah.”

Aku tidak bisa menolak perintah itu.



Post a Comment

Previous Post Next Post