[LN] Saijo no Osewa Volume 4 - Bab 3 Bagian 1

Bab 3 Bagian 1 (dari 3)
Misi Penyelidikan Teman Masa Kecil


Sehari setelah pesta piyama.

Pukul 06:00. Hari masih pagi, tapi langit cerah karena musim panas, dan Yuri merasa segar saat jalan-jalan santai di sekitar Karuizawa. Bagi Yuri, Karuizawa bukanlah tempat yang bisa sering dia kunjungi. Karenanya, dia ingin menikmati lingkungan spesial ini selama mungkin.

Saat dia hendak kembali ke hotel, dia melihat seorang gadis yang dikenalnya berjalan di depannya. Yuri dengan cepat mendekati gadis itu dan memanggilnya.

“Miyakojima-san?”

“Whoa?! O-Oh, Hirano-san, ya.”

Narika menoleh ke arah Yuri. Matahari pagi menyinari kulitnya yang berkeringat. Ketika rambut hitamnya yang berkilau berkibar dan wajahnya yang putih menoleh ke arahnya, Yuri merasa kecantikan Narika bagaikan safir yang memiliki keanggunannya tersendiri.

Tapi sekarang, Narika terlihat sangat tegang.

Ini masih belum lama sejak mereka berkenalan, jadi sepertinya kegugupannya masih belum hilang.

Di saat-saat seperti ini, penting bagi Yuri untuk tidak menanggapi serius ekspresi tegang Narika. Karenanya, dia berbicara padanya dengan nuansa yang bersahabat.

“Apa kamu juga habis jalan-jalan, Miyakojima-san?”

“Ti-Tidak, aku habis jogging. Di sini suhunya lebih sejuk, jadi kupikir akan mudah untuk berlari...”

Itulah alasan mengapa Narika saat ini mengenakan pakaian olahraga. Awalnya Yuri mengira setelannya itu terlalu berlebihan hanya untuk sekadar jalan-jalan pagi, tapi tidak heran jika dia sedang jogging.

Dia terlihat sedikit keringatan, jadi sepertinya dia sudah berlari cukup lama.

...Ini kesempatan yang bagus.

Yuri segera memutuskan untuk melakukan apa yang dia putuskan tadi malam—yaitu menanyakan tentang apa yang para Ojou-sama ini pikirkan tentang Itsuki.

“Ngomong-ngomong, di pesta piyama kemarin, yang kita bicarakan cuman tentang aku dan Itsuki saja, dan aku tidak banyak mendengar cerita tentangmu Miyakojima-san.”

“Te-Tentang aku? Menurutku tidak ada yang menarik yang bisa kuceritakan tentang diriku...”

“Dulu, Itsuki pernah tinggal di rumahmu ‘kan, Miyakojima-san? Kupikir kamu bisa bercerita tentang waktu itu.”

“O-Oh, itu ya! Boleh saja! Aku akan menceritakannya sebanyak yang kamu mau!”

Ekspresi Narika langsung cerah.

Berjalan perlahan, Narika bercerita tentang masa lalu. Dia menceritakan bagaimana Itsuki datang ke rumahnya, bagaimana dirinya jauh lebih penakut daripada dirinya yang sekarang, dan bagaimana Itsuki mengurus dirinya.

“Hee, jadi Itsuki melakukan sesuatu seperti itu, ya!”

“Ya, berkat Itsuki lah aku bisa mengenal dunia luar.”

Yuri sedikit tersentuh saat mendengar cerita tentang Itsuki yang membawa Narika ke warung jajanan.

Lumayan juga Itsuki itu.

Mata Narika berbinar saat dia berbicara tentang kenangannya dengan Itsuki. Dan mendengar hal tersebut, Yuri pun merasa bangga pada Itsuki sebagai teman masa kecilnya.

“Nah, sekarang bagaimana? Apa kamu sudah mengatasi kegugupanmu?”

“Eh? ...Ah, sekarang setelah kamu mengatakan itu...”

Tau-tau saja, wajah tegang Narika telah melembut seperti gadis seumurannya.

“Biasanya, orang akan lebih terintimidasi saat berinteraksi denganku, tapi..., aku senang kamu orangnya mudah diajak bicara, Hirano-san.”

“Terimas kasih. Tapi yah, saat gugup kita memang akan lebih mudah rileks ketika membicarakan topik yang kita sukai.”

“Kau benar.”

Narika mengangguk, terlihat benar-benar tenang.

Barusan, dia sepenuhnya berbicara tentang Itsuki, tapi dia dengan jujur menegaskan bahwa itu adalah topik pembicaraan yang dia sukai, ya? ...Yah, kurasa dia mengatakan itu secara tidak sadar, pikir Yuri.

“Hirano-san, kamu sudah berteman baik dengan Itsuki dari dulu, kan?”

“Yah, begitulah. Aku sudah mengenalnya sejak kelas satu SD, jadi ketika dia tinggal di rumahmu, saat itu kami sudah saling kenal selama sekitar lima tahun.”

“Begitu ya. ...Hubunganmu dengannya lebih lama dariku, ya.”

Jelas bahwa Narika memiliki perasaan khusus mengenai hubungannya dengan Itsuki, terutama ketika dia menyebutnya dengan cara yang berlebihan seperti ‘lebih  lama’.

Yuri sendiri juga masih ingat kejadian saat itu.

Suatu hari, Itsuki tiba-tiba pergi dari rumahnya bersama ibunya. Pada waktu itu keluarga Tomonari memang kesulitan secara finansial, tapi hubungan keluarga mereka tidak lah buruk, jadi itu adalah kejadian yang mengejutkan. Namun karena waktu itu Itsuki tidak absen sekolah, jad dia pasti diantar dan dijemput oleh Keluarga Miyakojima.

Saat sepulang sekolah, Itsuki segera meninggalkan ruang kelas dan pulang. Pada saat itu, Yuri bertanya-tanya mengapa Itsuki begitu terburu-buru dan apakah dia punya sesuatu yang harus dia lakukan, tapi rupanya saat itu Itsuki sedang menjaga Narika.

Ketika Yuri bertanya pada Itsuki tentang hal itu setelah dia pergi dari rumahnya Narika, Itsuki bercerita, “Aku tinggal di rumah yang sangat besar,” “Aku tinggal dengan seorang gadis,” serta “Tapi hari-hari akhir aku tinggal di sana, aku benar-benar dimarahi.” Itsuki tidak mencoba menjelaskan tentang hari-hari terakhir dia tinggal di rumah Keluarga Miyakojima dengan terlalu detail, mungkin itu karena dia sangat syok dengan yang dia alami waktu itu.

Sudah lama sejak Yuri mendengar cerita yang tidak dia ketahui tentang Itsuki. Itu membuat perasaan senang, dan..., sedikit perasaan yang rumit muncul.

“Baik dulu maupun saat ini, aku selalu merepotkan Itsuki. Tapi, kamu selalu mendukung Itsuki ‘kan, Hirano-san?”

“Yah, begitulah. Aku biasa memasak untuknya, memberinya pakaian bekas ketika tinggi kami masih hampir sama, dan juga mengajarinya belajar.”

“Kamu juga mengajarinya belajar?”

“Ya. Mungkin karena dia kelelahan akibat pekerjaan sambilannya, ada beberapa hari dimana dia tidak bisa konsentrasi pada pelajaran. Karenanya, aku biasanya mengajarinya saat sepulang sekolah. Sungguh, dia benar-benar sudah banyak merepotkanku.”

Tau-tau saja, Yuri secara tidak sadar memiliki ekspresi bangga di wajahnya.

Di sisi lain, mendengar apa yang Yuri ceritakan, Narika terkejut.

“Kupikir Itsuki lebih ke tipe orang yang akan melakukan sesuatu seorang diri ketika itu menyangkut tentang dirinya sendiri, jadi itu sedikit mengejutkan.”

Ucapan Narika mengingatkan Yuri pada masa lalu.

“...Yah, bagaimanapun juga di masa lalu dia itu benar-benar tidak memiliki pikiran untuk bersantai.”

Dibandingkan dengan dirinya di hari-hari itu, Itsuki yang sekarang jauh lebih baik.

“Ngomong-ngomong, apa yang kamu pikirkan tentang Itsuki, Miyakojima-san?”

“Hm?” Narika berhenti berjalan dan jelas terguncang oleh serangan mendadak dari Yuri. “Ti-Tidak ada yang istimewa kok...”

“Kalau kamu mau sedikit jujur, aku bisa loh memberimu sedikit saran~?”

Yuri menatap Narika sambil menampilkan seringai di wjahnya.

Menanggapi itu, Narika menundukkan kepalanya sebentar dan kemudian membuka mulutnya seolah dia telah mengambil keputusan.

“Ju-Jujur..., aku harus bilang kalau aku menyukainya...”

Jadi aku benar, ya——

Yuri sudah menduga itu sejak mereka mengadakan pesta piyama.

“Sudah sebarapa jauh kamu melakukan pendekatan?”

“Se-Seberapa jauh? Kalau kamu tanya gitu, masih belum jauh-jauh amat sih..., ah, tapi aku kurasa aku sudah sedikit menyampaikan perasaanku.”

“Tolong ceritakan lebih rinci.”

Tidak menyangka bahwa Narika sudah melangkah sejauh itu, reaksi Yuri jadi semakin penasaran.

Pada pandangaman pertama, Narika adalah orang yang terlihat menakutkan, namun sebenarnya dia memiliki hati yang lembut. Seperti itulah awalanya Yuri berpikir tentang gadis yang bernama Narika Miyakojima ini. Namun, Narika sepertinya lebih agresif daripada yang dia kira.

“Tapi meskipun aku bilang aku sudah sedikit menyampaikannya, aku masih belum mengatakan kepadanya dengan jelas. Hanya saja, gimana ya aku harus mengatakannya...., yang jelas aku sudah membuat pernyataan kalau aku tertarik kepadanya.”

“Pernyataan kalau kamu tertarik...?”

“Maksudku, aku hanya memberitahunya bahwa bagiku dia itu spesial...”

“...Eh, bukankah itu sama saja artinya kalau kamu sudah menembaknya?”

“Ti-Tidak kok! Aku masih belum mengatakannya sampai sejauh itu!” Pipi Narika memerah dan dia menggelengkan kepalanya.

Mengingat kepridbadian yang Narika miliki, Narika tidak sadar bahwa progresnya mendekati Itsuki saat ini cukup cepat.

“Tapi, kalau kamu sudah memberitahunya sebanyak itu, kupikir yang harus kamu lakukan sekarang hanyalah semakin menutup jarak dengannya?”

“...Soal itu, aku sedikit bergumul.” Narika menundukkan pandangannya. “Aku tidak bisa berhenti memikirkan apa yang kamu katakan kemarin, Hirano-san. ...Dan saat ini, kurasa Itsuki sedang sibuk. Karenanya, mungkin aku akan menggangunnya kalau aku melakukan sesuatu yang tidak perlu.”

Mendengar kekhawatiran Narika, Yuri sontak berpikir, “Gawat”.

Narika terlalu memikirkan apa yang Yuri ceritakan kemarin.

“Maaf, kemarin aku mungkin sudah membuatnya terlalu berbelit-belit. ...Tapi menurutku sih, kamu tidak perlu terlalu memikirkan soal itu kok.”

“...Begitukah?”

“Ya, lagipula menurutku sifat baiknya Itsuki itu bukanlah sesuatu yang bisa diperbaiki. Dan juga, meskipun kita sudah siap dan berhati-hati pada sesuatu sekalipun, dia itu tipe orang yang akan akan ikut campur dengan caranya sendiri.”

Mendengar itu, Narika bergumam, “Kau ada benarnya”. Bagaimanapun juga, Narika bisa melihat betapa baiknya Itsuki di Akademi Kekaisaran.

“Selain itu, aku yakin kalau kamu juga menyukai sisi Itsuki yang seperti itu, kan?”

“Ugh..., y-yah, begitulah.”

“Jika demikian, menurutku itu salah untuk melihat sifatnya yang terlalu baik itu sebagai masalah. ...Yang jelas, menurutku kamu bisa sedikit lebih agresif lagi, Miyakojima-san.”

Mendengar pendapat Yuri, Narika mengangguk singkat, “Begitu ya.” Dia mencoba memprioritaskan Itsuki daripada perasaan yang tubuh dalam dirinya... Dalam hal itu, bukankah dirinya juga sama baik hatinya  dengan Itsuki?

“Selain itu, jika Itsuki terlihat lagi dalam masalah, aku pasti akan ada disisinya untuk mendukungnya!”

“Mendukungnya...?”

“Aku sudah bilang ‘kan, kalau aku lah orang yang mengurus Itsuki. ...Sejak dulu, sudah menjadi peranku untuk mendukung kebaikan hati orang itu. Kalau misalnya dia terlihat over capasity, aku akan melakuakn sesuatu.”

Lagian, aku adalah Onee-sannya Itsuki, pikir Yuri.

Sudah sekitar empat bulan sejak Itsuki tiba-tiba meninggalkan sekolah. Itu adalah waktu yang canggung, tapi sekarang, mereka akan dapat berhubungan satu sama lain sesering dulu.

Itu sebabnya, Yuri harusnya bisa menjadi bantuan untuk gadis di depannya saat ini.

“Ta-Tapi, spesifiknya bagaimana aku bisa semakin mendekati dirinya...?”

“Eh...? So-Soal itu, hmm...”

Setelah ditanyai pertanyaan itu, Yuri kini tersadar.

Apa yang harus dilakukan?

Yuri memang tahu banyak tentang Itsuki, tapi dia tidak tahu menahu perihal percintaan.

Yuri belum pernah memberi tahu Itsuki, tapi..., dia sendiri punya pengalaman didekati oleh laki-laki di kelasnya, atau laki-laki yang datang untuk kerja sambilan di kedai keluarganya. Namun, Yuri menolak semuanya karena dia merasa tidak nyaman dengan gagasan mengembangkan hubungan romantis dengan mereka.

Karenanya, dia tidak tahu betul bagaimana cara menutup jarak dengan lawan jenis.

Namun demikian, dia merasa dirinya tahu lebih banyak tentang itu daripada Narika. Yuri mengingat-ingat manga shoujo yang sesekali dia baca dan nasihat cinta yang dia terima dari teman-temannya, dan memikirkan apakah ada cara yang bisa dia sarankan.

“.........Bagaimana kalau, melakukan kabe-don?”

“Kabe, don?”

“Begini, kamu menyudukan dia ke dinding dan mendekatkan wajahmu ke arahnya sambil menempelkan satu tanganmu di dinding...”

“...Jadi ada ya jurus seperti itu?”

Yuri tidak yakin apakah dia telah menyampaikan penjelasannya dengan baik ketika Narika menggambarkan itu sebagai sebuah jurus, tapi Yuri pirbadi juga tidak familiar dengan yang namanya kabe-don, jadi dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

“Dan juga, mungkin kamu sudah tahu soal ini, tapi menurutku kamu harus melakukan lebih banyak percakapan dengannya,”

Untuk saran itu, Yuri berpikir bahwa itu adalah saran yang bagus.

Mungkin dia memang terliaht seperti anak SMP..., atau lebih buruk lagi, dia terlihat seperti anak SD, tapi kenyataannya dia adalah siswi SMA. Karenanya, jumlah cerita cinta dan romansa yang telah masuk ke telinganya meningkat dari tahun ke tahun, dan apa yang kurang dalam pengalamannya, dia imbangi dengan imajinasinya.

“Per-Percakapan, ya? Jujur, aku tidak mahir dalam hal itu...”

“Kamu tidak harus ngobrol secara langsung kok, ‘kan bisa juga lewat SMS-an? Aku tidak tahu Ojou-sama biasanya menggunakan aplikasi seperti apa, tapi setidaknya kamu punya aplikasi tukar pesan semacam itu di ponselmu, kan?”

“A-Ada sih aplikasi semacam itu, tapi...,” ucap Narika, ekspresinya canggung. “...Aku belum bertukar nomor telepon atau alamat email dengan Itsuki.”

“...Eh?”

Walaupun mereka terlihat dekat, tapi apakah sebenarnya tidak sedekat itu? Meskipun, dalam hal ini Itsuki sendiri juga merupakan penyebabnya.

Itsuki sudah memiliki ponsel cerdas sejak tahun lalu, tapi dia menggunakan ponselnya hanya untuk tujuan komunikasi bisnis di pekerjaan sambilannya, jadi ponsel yang dia punya harganya murah dan performanya buruk. Oleh karena itu, Itsuki tidak terbiasa menggunakan ponselnya untuk berkomunikasi dengan teman-temannya. Pemikiran untuk bertukar nomor telepon mungkin sulit untuk muncul di benaknya.

“Kalau begitu, mulailah langkah pertamamu dari itu.”

“Oooh, kau benar... Terima kasih, Hirano-san. Erm, aku akan melakukan yang terbaik untuk mengambil langkah pertama.”

“Ya. Aku mengharapkan laporan yang bagus darimu.”

Merupakan suatu kehormatan bagi Yuri jika dia bisa membantu seorang Ojou-sama yang bersekolah di Akademi Kekaisaran.

“E-Erm, Hirano-san!”

Yuri hendak pergi, tapi kemudian Narika menghentikannya.

“Apa yang kamu pikirkan tentang Itsuki, Hirano-san?”

“Aku?”

Narika terlihat cemas, dan melihat dia yang seperti itu, Yuri sontak tersenyum.

“Aku Onee-sannya Itsuki, jadi aku tidak punya perasaan khusus seperti yang kamu khawatirkan kok.”

“Be-Begitu ya...!”

Saat Yuri mengatakan itu sambil tertawa, Narika tersenyum lepas seolah dia merasa lega.

 

Narika bilang kalau dia akan jogging sedikit lebih lama ladi, jadi dia pergi berlari.

Yuri, yang berdiri diam sampai punggung Narika tak terlihat lagi, akhirnya menjadi tidak mampu menahan emosi yang dia tahan selama ini, dan berjongkok.

Eeeeh?! Bentar, bentar, bentar!!! Progres hubungan mereka berdua sudah sejauh itu?!

Itu satu atau dua langkah lebih jauh dari Yuri duga.

Awalnya, Yuri berpikir bahwa jika Narika tertarik pada Itsuki, dia akan membantunya. Namun, ketika dia mengulik-nguliknya, Narika tidak hanya tertarik pada Itsuki, tapi dia menyukainya, dan bahkan juga sudah melakukan pendekatan.

Ya ampun, Itsuki, Itsuki~ ... Diam-diam menghanyutkan juga kamu rupanya.

Yuri tidak menyangka bahwa Ojou-sama di Akademi Kekaisaran akan sangat menyukainya. Sebagai teman masa kecilnya, Yuri merasa bangga.

Namun, itu sama sekali bukan hal yang aneh. Itsuki bilang bahwa bertemu dia yang Hinako itu ‘seperti sebuah keajaiban’, tapi menurut Yuri tidak lah demikian.

Jika dipikirkan baik-baik, memangnya ada berapa banyak orang di dunia ini yang benar-benar akan mencoba membantu seorang gadis asing yang menjatuhkan kartu pelajarnya setelah menyadari bahwa orang tuanya telah melarikan diri?

Karena dirinya adalah teman masa kecilnya Itsuki, jadi Yuri bisa tahu. Fakta bahwa Itsuki saat ini memasuki Akademi Kekaisaran, serta fakta bahwa dia dsukai oleh para Ojou-sama, semuanya karena kemampuannya sendiri. Itu bukan karena keajaiban.

——Apa yang kamu pikirkan tentang Itsuki, Hirano-san?

Tiba-tiba, dalam benak Yuri, dia merenungkan kata-kata yang Narika katakan kepadanya.

Suasana hatinya yang gembira hilang dalam sekejap.

Aku..., tidak benar-benar memikirkan hal semacam itu.

Dia tidak menyatakan itu pada siapa pun, tapi menggumamkannya di dalam benaknya seolah untuk meyakinkan dirinya sendiri.

Di atas kepalanya, ada kanopi dari cabang pohon dan daun. Cahaya yang bersinar masuk melalui celah dedaunan terasa sangat menyilaukan. Dia merasa kesal, seolah-olah cahaya itu secara paksa menerangi perasaan yang telah dia dorong ke sudut belakang pikirannya.

“Baiklah, selanjutnya aku harus bicara dengan Tennoji-san!”

Menggelengkan kepalanya dan mendapatkan kembali ketenangannya, Yuri berjalan sambil menampilkan senyum buatan meskipun tidak ada yang memperhatikannya.



Post a Comment

Previous Post Next Post