[LN] Saijo no Osewa Volume 4 Bab 2 - Bagian 4

Bab 2 Bagian 4 (dari 4)
Bom Kecil di Kursus Musim Panas


Apa yang dikatakan Naruka ingin dia lakukan adalah, simpelnya—pesta piyama.

Tapi karena para Ojou-sama diharapkan bersikap moderat karena aturan keluraga, jadi mereka harus kembali ke kamar mereka ketika sudah waktunya tidur. Dengan kata lain, itu tidak akan menjadi pesta menginap. Meski begitu, berkumpul bersama di malam hari yang notabene adalah waktu dimana mereka tidak biasa kumpul bareng, apalagi dengan mengenakan piyama yang biasanya tidak mereka perlihatan pada orang lain, akan menjadi event dimana mereka bisa menikmati suasana baru yang luar biasa.

Setelah semua orang setuju dengan usulan Narika, aku langsung menelepon Yuri untuk meminta konfirmasinya.

[Oke.]

Jawaban Yuri datang sangat cepat.

Sejak dulu Yuri adalah tipe orang yang pandai bersosialisasi. Dari melihat dirinya di masa lalu, aku tahu bahwa dia tidak akan segan untuk berteman dengan para Ojou-sama dari Akademi Kekaisaran, jadi aku sudah menduga kalau dia akan memberikan jawaban yang positif. Tapi kemudian——

[Aku juga punya beberapa pertanyaan yang mau kutanyakan padamu.]

Di akhir ada satu kalimat yang mengangguku, dan itu satu-satunya hal yang kukhawatirkan.

Tempat pesta piyama diadakan adalah di kamarnya Yuri. Hinako, Tennoji-san, dan Narika menginap di kamar kelas tiga yang besar, tapi para pelayan juga tinggal bersama mereka. Karenanya, diputuskan bahwa kamar yang hanya akan ada kami berlima saja akan lebih baik.

Sebenarnya sih, Shizune-san adalah satu-satunya pelayan di kamarnya Hinako, dan kupikir tidak akan menjadi masalah kalau Shizune-san juga ada dalam pesta piyama. Tapi kemudian, aku ingat bahwa kemarin aku membelikan beberapa keripik kentang untuk Hinako. Mungkin saja kepribadian aslinya Hinako akan terungkap melalui hal seperti itu, jadi agar tidak mengekspos sifat malasnya, aku setuju untuk mengadakan pestanya di kamar Yuri.

“Tapi ngomong-ngomong, kamu benar-benar sudah berubah, Narika,” gumamku, saat menuju ke kamarnya Yuri dan melihat Narika di sampingku.

“Ke-Kenapa kamu tiba-tiba mengatakan itu...”

“Tidak kenapa-kenapa, hanya saja aku tidak menyangka kalau kamu akan mengusulkan event yang melibatkan banyak orang...”

“Hmph, sesuatu seperti ini tentu saja aku juga bisa melakukannya. Dan kalaupun mereka menolak, aku bisa pulih setelah tidur seharian penuh.”

“Bukankah itu artinya kamu akan menerima damage yang besar?”

Syukurlah tidak ada yang menolak usulannya itu...

“Tapi, bagaimana kamu bisa tahu soal pesta piyama?”

“Oh, waktu aku pergi ke warung jajanan tempo hari, aku mendengar beberapa anak SD di lingkungan itu membicarakan tentang pesta piayama yang sangat menyenangkan yang mereka adakan. Aku jadi iri pada mereka ketika mendengar itu.”

Begitu ya. Awalnya kupikir usulan yang dia katakan itu tidaklah mencerminkan usulan khas dari Ojou-sama, tapi rupanya dia mengusulkan itu karena mendengar hal tersebut dari orang biasa. Itu masuk akal kalau begitu.

Sesampainya kami di kamarnya Yuri, aku membunyikan interkom.

“Selamat datang.”

Pintu terbuka, dan Yuri, mengenakan piyamanya, menyambut kami.

“Hirano-san, mohon bantuannya malam ini.”

“Ya, mohon bantuannya juga! Aku sudah menantikan ini sejak Itsuki menghubungiku~”

Yuri tampak benar-benar senang, bukan tersanjung.

“Aku sudah menyatukan sofa dan tempat tidur, jadi kalian bisa duduk di sana.”

“Aku bisa menggunakan kursi jika perlu.”

“Gak boleh gitu lah. Kalau lagi pesta piyama tuh, duduknya kalau gak di lantai ya di tempat tidur.”

Eh, begitukah...? Jujur, aku tidak terlalu tahu dengan yang namanya pesta piyama. Mungkin aku bias, tapi imej yang kumiliki tentang pesta piyama adalah bahwa itu merupakan kegiatannya para gadis.

Karena agak tidak nyaman kalau aku duduk di tempat tidur, jadi aku duduk di sofa.

“Ini pertama kalinya aku melakukan sesuatu seperti ini.”

“A-Aku juga... Tadi siang memang aku yang mengusulkannya, tapi aku mulai sedikit gugup.”

“Ini akan menjadi waktu yang menyenangkan.”

Di tempat tidur, ketiga Ojou-sama itu mengobrol dengan ramah.

Menyaksikan pemandangan itu, aku..., untuk beberapa alasan, aku merasa sedikit tidak nyaman.

“Kamu kenapa, Tomonari-san?”

“Erm, gimana ya aku harus mengatakannya...”

Menyadari ada yang aneh tentangku, Tennoji-san memiringkan kepalanya.

Aku mengalihkan pandanganku darinya dan mencoba untuk mengelak dari pertanyaannya, tapi kemudian..., Yuri menampilkan seringai jahil.

“Kurasa ini adalah pemandangan yang spektakuler untuk anak laki-laki seperti Itsuki~?”

“...Yah, begitulah, Meskipun, aku sudah terbiasa melihatmu mengenakan piyama.”

“Jangan terbiasa!”

Mengatakan itu, Yuri menyentil kepalaku.

Penampilan mereka semua yang mengenakan piyama terasa berbeda dari biasanya, segar, imut, dan memiliki pesona misterius dimataku sebagai seorang pria, yang mana itu membuatku kewalahan.

Ngomong-ngomong, meskipun ini adalah pesta piyama, tapi kami harus berjalan di luar sebelum tiba di kamarnya Yuri, jadi sebelumnya kami memakai pakaian yang tidak akan terlihat aneh jika dilihat orang lain. Di fasilitas ini juga ada disediakan piyama, tapi kami memutuskan untuk memakai piyama yang kami bawa, jadi aku memakai piyama polos yang biasanya kukenakan.

Piyamanya Hinako berwarna pink dan berkerah, membuat nuansa formal seorang Ojou-sama-nya masih ada. Hinako biasanya mengenakan sesuatu yang sedikit lebih kasual, tapi piyama itu mungkin adalah piyama favoritnya, soalnya aku telah melihat dia memakai itu beberapa kali saat di mansion.

Piyamanya Tennoji-san adalah tipe one-piece biru muda, dan meskipun piyama itu ada pitanya, itu terlihat elegan. Mungkin karena ada Hinako yang dia anggap sebagai saingannya, tidak seperti saat aku menginap di rumahnya Tennoji-san, dia tidak menggeraikan rambutnya. Gaya rambutnya, dikombinasikan dengan kesan elegan dari Tennoji-san itu sendiri, memberinya keanggunan yang bagaikan seorang Ojou-sama dalam balutan gaun yang menghadiri pesta dansa.

Narika mengenakan piyama putih polos. Piyamanya memiliki embel-embel lucu dan pendek di bagian bawahnya, seperti pakaian kasual. Ketika aku memikirkan tentang Narika, apa yang kubayangkan adalah dirinya terlihat bermartabat saat berkonsentrasi pada olahraga, jadi aku menduga kalau dia akan memakai sesuatu yang mudah untuk bergerak, tapi piyama yang dia kenakan ini benar-benar melenceng dari dugaanku dan membuatku merasa seperti aku sedang melihat sisi barunya Narika.

“Tapi yah, aku bisa mengerti kenapa Itsuki begitu terpesona. Soalnya bahkan saat mengenakan piyama pun, yang namanya Ojou-sama sungguhan masih terlihat modis...”

Yuri memandang Hinako dan yang lainnya dengan ekspresi iri.

Ngomong-ngomong, piyama yang Yuri pakai terdiri dari kamisol dan hoodie untuk atasannya, dan bawahannya dia mengenakan celana pendek yang semuanya berwarna abu-abu. Hoodienya memberikan kesan bahwa itu lebih seperti pakaian santai daripada piyama, tapi mengesampingkan soal itu, penampilannya itu telah membuatku gelisah sejak beberapa waktu lalu.

Entah apakah ukuran kamisolnya tidak cocok dengannya, area dadanya itu sungguh berbahaya sejak beberapa waktu lalu. Gara-gara itu, aku harus memalingkan wajahku setiap kali Yuri menampilkan postur yang ceroboh.

“...Jujur saja, penampilanmu itu yang paling beracun.”

“Eh?! ...Hei, jangan melihatku di tempat yang aneh!”

Aku sudah tidak tahan lagi, jadi aku memberitahunya dengan lugas. Sontak, Yuri membelakangiku dan menutup bagian depan hoodienya.

Yah, mau bagaimanapun juga aku ini laki-laki, jadi meskipun aku sudah terbiasa melihatnya mengenakan piyama, aku tidak mau dia terlalu ceroboh dalam berpenampilan.

“Baiklah, kesampingkan orang mesum ini, ayo kita mulai pesta piyamanya.”

Aku tidak bisa menyangkal bahwa aku telah memandangi tubuhnya sebentar, jadi untuk kali ini aku akan membiarkan tuduhan itu.

“Jadi? Apa yang akan kita bicarakan? Karena ini adalah pesta piyama, apa kita akan ngomongin soal percintaan?”

“Ku-Kupikir masih terlalu dini untuk membicarakan hal semacam itu...”

“Eh? Begitukah?”

Yuri terkejut oleh Narika yang tersipu dan menggelengkan kepalnaya.

Pada dasarnya, yang namanya Ojou-sama  itu memiliki sedikit pengalaman percintaan, jadi mereka agak canggung dalam topik seperti itu daripada orang biasa.

“Mumpung ada kesempatan, aku ingin mendengar cerita tentang kalian berdua.”

“Aku juga ingin mendengar cerita lama kalian berdua.”

Hinako setuju dengan pernyataan Tennoji-san, sedangkan di sisi lain aku dan Yuri saling berpandangan.

“Cerita lama tentang aku dan Itsuki, ya? Kurang lebih, sebagian besar ceritanya akan menjadi cerita dimana aku membereskan masalahnya Itsuki.”

“Tidak, itu akan menjadi cerita tentang aku yang selalu diserat kesana kemari oleh Yuri.”

“Kasar sekali ucapanamu, aku ‘kan tidak selalu menyeretmu kesana kemari?!”

“Yuri... Mungkinkah, kamu amnesia...?”

“Enggak lah! Aku mengatakan itu dengan ingatan yang sempurna!”

Apa yang dia katakan itu sulit dipercaya, jadi untuk sesaat aku khawatir kalau Yuri telah kehilangan ingatannya. Lagipula, memangnya dia pikir siapa yang kemarin malam menyuruhku menemuinya?

“Ngomong-ngomong, Hirano-san, kemarin kamu bilang kalau kamu biasanya mengurus Tomonari-kun, kan?” tanya Hinako.

Memang, kemarin pagi, Yuri seenaknya mengatakan sesuatu seperti itu.

“Ya. Bahkan tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa aku merawat Itsuki.”

“Itu berlebihan.”

Aku segera mengoreksi ucapannya, tapi——

“Itu berlebihan..., tapi jujur, sering kali aku akan bermasalah ketika tidak ada Yuri.”

Hinako dan yang lainnya menatapku, dan sambil mengingat masa lalu, aku berbicara pada mereka.

“Sejak aku masuk SMA, setiap hari aku sibuk kerja sambilan, jadi aku tidak bisa sering ikut pertemuan kelas dan semacamnya. Karena itu, aku khawatir kalau orang-orang mungkin tidak akan berpikir baik tentangku, tapi..., secara mengejutkan, aku bisa menyesuaikan diri dengan mereka tanpa masalah.”

Aku masih ingat perasaan aneh yang kualami saat itu.

Aku harus kerja sambilan sejak awal pendaftaran untuk mendapatkan uang untuk sewa rumah, makanan, dan uang sekolah. Karena itu, aku tidak bisa mengikuti pertemuan sosial kelas, dan aku siap untuk menyendiri selama satu tahun.

Tapi kenyataannya, entah mengapa aku disambut dengan hangat oleh semua orang di kelas.

Itu rasanya seolah-olah mereka tahu kondisi yang kumiliki——

“Aku berpikir itu aneh, jadi aku bertanya kepada teman sekelasku tentang hal itu, dan rupanya Yuri adalah orang yang memberitahukan semua orang tentang situasi yang kumiliki... Berkat Yuri lah aku bisa diterima oleh semua orang dengan baik.”

Aku dan Yuri satu kelas saat kami kelas 1 SMA,

Menurut apa yang kudengar setelah itu, dikatakan bahwa Yuri menjelaskan banyak hal tentang mengapa aku tidak menghadiri pertemuan kelas. Kudengar dia secara kasar mengatakan bahwa aku harus melakukan banyak pekerjaan sambilan karena kondisi keluargaku, dan karena itu hubungan sosialku jadi dangkal. Di sisi lain, dia tidak memberikan informasi rinci tentang orang tuaku ketika ditanya, tapi hanya memberitahu semua oarng tentang aku sambil berhati-hati untuk menjaga privasiku.

Saat mendengar cerita tersebut, aku benar-benar terharu bahkan sampai menangis.

Tanpa sepengatahuanku, Yuri telah mendukungku.

“Yah, menurutku sih aku hanya harus melakukan apa yang mesti kulakukan,” ucap Yuri dalam suasana hati yang sangat baik. “Lagipula, aku ‘kan Onee-sanmu, Itsuki!”

“Kita seumuran!”

Yuri dengan sombong membusungkan dadanya, dan aku langsung menyelanya seperti biasa.

“Oh, ngomong-ngomong, aku ingin menanyakan sesuatu padamu, Tennoji-san.”

“Hm, mau tanya apa?”

Dengan mudah, Yuri mengubah topik pembicaraan.

“Seingatku sekitar dua bulan yang lalu... Orang yang pergi ke arcade sama Itsuki itu kamu ‘kan, Tennoji-san? Karena dulu dan sekarang penampilanmu sangat berbeda, awalnya aku tidak menyadarinya kalau perempuan yang waktu itu adalah kamu...”

“Ya, itu memang aku.”

“Heeh~... Mungkinkah kalian berdua, lagi dalam prospek hubungan yang bagus...?”

“Eh?! A-A-A-Aku tidak punya hubungan seperti itu kok dengan Tomonari-san...?!”

Wajah Tennoji-san memerah, kemudian keheningan yang canggung mendominasi.

Hanya suara detak jarum detik yang bergema di ruangan itu, tapi  kemudian, Hinako membuka mulutnya.

“Ngomong-ngomong, aku juga pernah pergi ke arcade yang sama dengan Tomonari-kun.”

“Eh?”

Saat Hinako mengatakan itu sambil tersenyum lembut, Tennoji-san terkejut.

“Ngo-Ngomong-ngomong, aku juga pernah ke sana bareng Itsuki.”

“Eh?”

Narika mengatakan itu dengan malu-malu, dan kini gantian Hinako lah yang terkejut.

Keheningan yang canggung kembali mendominasi ruangan itu.

Kemudian, untuk beberapa alasan, aku merasa seperti ada percikan bunga api yang intens di antara ketika Ojou-sama itu.

“Itsuli..., kau, benar-benar sudah berubah menjadi bajingan tanpa sepengetahuanku.”

“Bajingan?!”

“Dasar bajingan mesum!”

Dia benar-benar kasar.

Mengesampingkan Tennoji-san, Hinako dan Narika lah yang memintaku mengajak mereka ke arcade, makanya aku pergi ke sana bersama mereka....

Tapi pada saat itu, Narika tiba-tiba mengalihkan pandangannya dengan ekspresi penasaran.

“Erm..., apa kalian ada mencium seuatu yang berbau enak sejak beberapa waktu yang lalu?”

“Oh, tadi aku baru saja berlatih memasak sebentar.”

“Memasak?”

Narika memiringkan kepalanya.

“Keluarganya Yuri memiliki kedai yang populer, dan dia sendiri bercita-cita menjadi koki.”

Kalau dipikir-pikir, cuman aku dan Hinako saja di sini yang tahu tentang keluarganya Yuri, jadi aku memberi tahu Tennoji-san dan Narika.

Dan seperti yang Narika barusan bilang, memang ada tercium bau gurih di ruangan ini.

“Karena kita mengadakan pesta piyama, maka harus ada beberapa manisannya, bukan?”

“Kamu juga bisa membuat kue...?”

“Begitulah. Tapi yah, aku tidak banyak menyajikan kue di kedai kami, jadi itu hanya hobi saja.”
 
Yuri orangnya rendah hati, tapi aku ingat kalau dia juga jago dalam membuat kue. Dulu, ada kalanya aku dibuatkan kue olehnya.

“Oh, mixer itu adalah produk kami, kan?”

“Eh, begitukah?”

Mata Yuri membelalak terkejut saat Tennoji-san melihat ke dapur dan memberitahunya itu.

“Mixer itu ukurannya kecil dan mudah dibongkar pasang, membersihkannya juga mudah sehingga itu sangat praktis.”

“Pengembangnnya memberitahuku, kalau mixer itu dirancang dengan teliti sehingga yang menggunakannya pasti akan menyukainya.”

Tennoji-san mengangguk gembira seolah-olah dialah yang membuat mixer itu. Tidak, kenyatannya dia pasti merasa dialah yang membuat itu. Dia bahkan tahu upaya telaten yang dilakukan para pengembang ke dalam satu produk yang disebut mixer itu. Dalam hal ini, harus kukatakan bahwa dia memiliki kesadaran kepemilikan yang tinggi. Bagaimanapun juga, bagi Tennoji-san, kegembiraan Grup Tennoji adalah kegembiraannya.

“Meski begitu, rasanya aneh kita memiliki hubungan melalui hal yang kebetulan seperti ini.”

“Grup Tennoji melakukan segalanya, jadi bukan hal yang aneh kok jika terjadi sesuatu yang kebetulan seperti itu? Contohnya lagi, kulkas yang di sana pun juga merupakan produk kami.”

“Be-Begitu ya...”

Yuri, yang mengira bahwa mixer itu adalah contoh kebetulan, sangat terkejut dan kewalahan mengetahui bahwa itu tidaklah demikian.

“Jika itu menyangkut hotel yang sebesar ini, ada beberapa barang tidak asing di mataku... Yah, tentunya itu juga pasti berlaku sama untuk Hinako Konohana.”

Tennoji-san menatap Hinako dengan mata yang dipenuhi api persaingan.

Menanggapi itu, Hinako mengangguk sambil tersenyum masam.

“Tempat tidur yang digunakan di hotel ini berasal dari Grup Konohana.”

“Te-Tempat tidur...? Sekarang setelah kamu mengatakan itu, tempat tidur di hotel ini memang sangat nyaman...”

Tempat tidur di kamarku juga sangat nyaman. Itu mungkin adalah produk bermerek yang tidak dijual kepada individu.

“Ngomong-ngomong, erm, bagiamana dengan Miyakojima-san…”

“Keluargaku hanya menjalankan toko alat olahraga. Sayangnya, mereka tidak banyak berbisnis  di bidang makanan atau akomodasi. ...tapi, sepatu kets puih yang ada di teras depan, apa itu punyamu Hirano-san?”

“Eh, ah, ya, itu punyaku...”

“Itu adalah produk perusahaan kami. Awalnya keluargaku mengembangkan sepatu untuk turnamen atau kompetisi saja, tapi baru-baru ini kami juga mengembangkan sepatu kets untuk masyarakat umum.”

“Heeeh, jadi begitu ya....”

Yuri mengedip-ngedipkan matanya, tidak tahu harus menjawab seperti apa.

“Sepertinya diversifikasi fashion disambut dengan baik di berbagai industri.”

“Ya. Misalnya tas gunung yang menjadi lebih populer di kalangan masyarakat umum, atau produsen alat pancing yang membuat terobosan ke dalam industri pakain jadi dengan logo baru. Ada banyak tren seperti itu yang terjadi akhir-akhir ini.”

“Menurut produsen pakaian di Grup Tennoji, akhir-akhir ini——”

Percakapan kini telah memasuki alam dimensi yang lebih tinggi. Melihat Yuri menegang dengan mulut yang menganga, aku mengangguk dalam-dalam.

“Aku mengerti perasaanmu kok, Yuri. Awalnya, aku juga menampilkan reaksi yang sama sepertimu.”

“...Sepertinya kamu telah melalui masa-masa yang sulit.”

Ya... Sungguh, aku benar-benar berjuang melewati masa-masa itu... Aku bahkan tidak tahu seberapa banyak usaha yang telah kulakukan sampai aku bisa mencapat titik di mana aku bisa berperilaku secara natural di Akademi Kekaisaran...

“Ups, maaf. Sepertinya cerita kita sudah menyimpang,” ucap Tennoji-san, meminta maaf.

Tapi yah, dengan ini Yuri jadi bisa mengetahui seperti apa percakapan yang biasanya terjadi di Akademi Kekaisaran, jadi ini pasti pengalaman yang bagus baginya.

“Oh iya... Ngomong-ngomong, aku juga ingin menanyakan sesuatu padamu, Konohana-san...” Menatap Hinako, Yuri membuka mulutnya. “Sebenarnya, tadi pagi aku melihat Itsuki keluar dari kamarmu... Apa yang dia lakukan di kamarmu?”

“———”

Aku langsung kehilangan kata-kata dihadapan ujung pedang yang tiba-tiba disodorkan kepadaku.
 
Dan kuperhatikan, Tennoji-san dan Narika juga benar-benar terkejut.

Yuri sialan ini..., aku tidak menyangka dia akan menanyakan itu langsung pada Hinako daripada menanyakannya kepadaku. Aku benar-benar lengah karena kupikir dia akan diam-diam bertanya kepadaku soal itu setelah pesta piyama ini selesai.

Untuk menahan kegelisahanku, aku mencoba untuk tetap diam.

Namun di sisi lain, Hinako tersenyum seolah mengatakan bahwa tidak perlu ada yang dikhawatirkan.

“Ah, sekarang setelah kamu mengatakan itu, aku jadi mengingatnya.”

Hinako berdiri dan merogoh-rogoh tas yang dia bawa.

Oh iya, kalau dipikir-pikir, entah kenapa Hinako membawa tas saat dia ke sini.

“Tomonari-kun. Ini, aku kembalikan padamu.”

Mengatakan itu, Hinako mengeluarkan buku catatan yang kupinjam di kamarnya tadi malam. Secara teknis sih, itu lebih merupakan tumpukan kertas daripada buku catatan, soalnya ujung-ujungnya dilubangi seperti kertas loose leaf.

“Aku bangun agak pagi hari ini. Saat aku sedang jalan-jalan, kebetulan aku bertemu dengan Tomonari-kun. Dia sepertinya ada sedikit masalah dengan studinya, jadi aku memberikan konsultasi padanya.”

“...Memang sih, tulisan ini adalah tulisan tangannya Itsuki,” ucap Yuri, mengintip catatan yang aku terima dari Hinako.

Gadis ini..., dia bahkan tahu tulisan tanganku?

“Y-Yah, Tomonari-san kerja di rumahnya Hinako Konohana, jadi tidak aneh kalau terjadi sesuatu seperti itu.”

“Ka-Kamu benar, toh ada kalanya mereka akan bertindak bersama karena kondisi pekerjaan...”

Tennoji-san dan Narika mengatakan itu dengan panik. Tapi entah apakah itu hanya perasaanku saja, yang mereka katakan terdengar seperti itu untuk membuat diri mereka lega.

“...Apa itu benar? Aku sih merasa seperti ada sesuatu yang tidak beres... Hmmm....”

Cuman Yuri saja satu-satunya yang menunjukkan sikap tidak puas dengan penjelasan Hinako.

Aku takut situasinya akan jadi lebih buruk lagi kalau dia sampai mengajukan lebih banyak pertanyaan, jadi aku memutuskan bahwa yang terbaik adalah meninggalkan ruangan ini untuk saat ini.

“Oh iya..., erm, kurasa kita perlu meminum sesuatu, kan? Aku akan membelinya dulu.”

Bahkan tanpa menunggu jawaban mereka, aku pergi dari kamarnya Yuri.

---

...Dia melarikan diri, ya.

Yuri menatap lurus ke arah pintu yang ditinggalkan Itsuki.

Melarikan diri artinya dia memiliki sesuatu yang ingin dia sembunyikan. Menilai dari gerak-gerik Itsuki barusan, Yuri merasa akan ada sesuatu yang lebih besar terungkap jika dia terus menyerangnya.

“Tomonari-san orangnya seperti apa saat di sekolahnya sebelumnya?” tanya Hinako, duduk di tempat tidur.

Meskipun Yuri tidak terlalu menunjukkannya, tapi setiap kali dia melihat gadis ini, dia merasa berkecil hati karena perbedaan dalam hal kekuatan sebagai seorang gadis atau kekuatan sebagai manusia. Dengan wajahnya yang cantik dan sikapnya yang elegan, gadis ini adalah tipe gadis yang dengan sempurna mencerminkan citra Akademi Kekaisaran di benaknya Yuri.

Yuri menyembunyikan perasaannya yang rumit itu dan mulai mengenang masa lalu.

“Yah, Itsuki itu bukan tipe orang yang menjadi pusat di kelas... Meski begitu, dia populer.”

Para Ojou-sama itu tampak penasaran saat mendengar itu.

“Bagaimanapun juga, semua orang bisa melihat bahwa dia bekerja keras setiap hari. Dia bekerja keras dalam pekerjaan sambilannya baik saat hari kerja maupun akhir pekan, dan dalam studinya pun dia juga cukup berusaha keras. Itu mungkin membuat sosialisasinya buruk, tapi semua orang tidak pernah membenci Itsuki... Dan seujurnya, bahkan jika aku tidak mengatakan apa-apa sebagai dasarnya, cepat atau lambat semua orang pasti akan mengerti situasi yang Itsuki miliki.”

Mengingat adegan masa lalu, Yuri berbicara dengan perasaan nostalgia.

“Karena kepribadiannya yang jujur, Itsuki dipercaya oleh banyak orang. Selain itu, Itsuki juga orangnya baik hati, jadi beberapa orang sering meminta nasihat kepadanya.”

“Memang, dia orang yang baik.”

“Benar, dia orang yang baik.”

“Ya, dia orang yang baik.”

Itu luar biasa bagaimana evaluasi bahwa Itsuki adalah orang yang baik disetujui oleh mereka semua. Pria itu tampaknya juga bersikap baik kepada banyak orang di Akademi Kekaisaran.

“...Yah, tapi sifatnya yang baik itu juga yang menjadi masalah tersendiri.”

Saat Yuri mengatakan itu pada mereka, mata para Ojou-sama itu sontak membelalak.

Sepertinya, mereka tidak mengerti apa maksud perkataan Yuri.
                             
...Mereka bertiga sepertinya bisa dipercaya, jadi kurasa tidak apa-apa jika aku mengatakannya pada mereka.

Agak rumit, tapi Yuri memutuskan bahwa tidak apa-apa untuk memberitahu mereka. Dia telah bertahun-tahun membantu bisnis orang tuanya dalam melayani pelanggan, jadi Yuri yakin dengan penilaian matanya saat dia melihat orang lain.

Dia bisa merasakan bahwa mereka bertiga memercayai Itsuki. Ketiga orang ini bukanlah orang yang akan membuat Itsuki tidak senang.

“Pas Itsuki kelas satu SMA, ada seseorang gadis yang menyatakan perasannya pada Itsuki.”

““Eh?!”“

“Tapi, dia menolak pernyataan cinta itu.”

Mirei dan Narika tampak merasa lega.

Yuri merasa tidak nyaman dengan reaksi itu. Tapi di sisi lain, ekspresi Hinako sama sekali tidak berubah. Melihat wajahnya yang menunjukkan senyum ramah di setiap sudut itu, untuk saat ini Yuri mengsampingkan perasaan tidak nyaman yang dia rasakan dan melanjutkan ceritanya.

“Namun, cara dia menolak pernyataan cinta itu menjadi topik yang sedikit hangat... Kurasa sekitar sebulan sebelum pernyataan cinta itu terjadi, ada satu masa ketika ayahnya Itsuki sakit dan tidak bisa menghasilkan uang untuk sementara waktu, dan itu membuatnya lebih sibuk daripada biasanya.” 

Hinako dan yang lainnya mendengarkan Yuri dengan ekspresi serius.

Ah, seperti dugaanku, para Ojou-sama ini memikirkan Itsuki dengan serius, pikir Yuri.

Dan karena para gadis ini seperti itulah, Yuri merasa bahwa mereka perlu mendengarkan cerita ini.

“Karena Itsuki orangnya baik hati, dia bekerja sangat keras untuk memberi makan orang tuanya. Meski begitu, yang namanya manusia pasti punya batasan seberapa banyak energi dan waktu yang bisa dikeluarkan. ...Dan dalam kasusnya Itsuki, batasan itu adalah dirinya sendiri.”

“Dirinya sendiri...?”

Hinako tampak bingung.

“Pada saat yang sama ketika Itsuki sibuk, gadis yang sekelas dengan kami yang kusebutkan sebelumnya jatuh cinta pada Itsuki. ...Gadis itu adalah tipe gadis yang cenderung menunjukkan apa yang dia pikirkan dalam sikapnya, jadi mau bagaimanapun orang melihatnya, sangat jelas kalau gadis itu menyukai Itsuki. Yah, gadis itu juga sepertinya tidak berusaha menyembunyikannya untuk membuat Itsuki menyadarinya.”

Gadis itu kadang mencoba melakukan kontak mata dengan Itsuki, kadang juga dia mencoba mendapatkan kesempatan untuk berduaan dengan Itsuki, dan mustahil  bagi Yuri untuk mengetahui seberapa banyak dari perilaku gadis itu yang sudah direncakan atau terjadi secara alami. Namun, satu hal yang pasti adalah bahwa gadis itu bukanlah wanita yang jahat. Itu sebabnya, semua orang di kelas sepakat untuk tidak menggangunya, berpikir bahwa romansa tersebut sehat dan tidak akan membuat Itsuki tidak bahagia.

“Tapi, ketia gadis itu menyatakan perasaannya pada Itsuki... Itsuki sepertinya sama sekali tidak menyadari perasaan gadis itu.”

Semua orang kecuali Itsuki telah menyadarinya. Bahkan siswa-siswi di kelas lain pun juga sadar, namun hanya Itsuki, orang yang paling gadis itu berikan cinta dan kasih sayangnya, sama sekali tidak menyadarinya.

[Catatan Penerjemah: Buset dah, polos amat ini bocah.]

“Itsuki adalah orang baik yang akan melakukan yang terbaik untuk orang lain. Tapi di sisi lain, dia punya kebiasaan mengabaikan dirinya sendiri. ...Kurasa itu sebagian karena pengaruh lingkungan keluarganya. Itsuki telah mengalami begitu banyak hal sejak dia masih kecil, jadi dia merasa sulit membayangkan masa depan di mana dia akan bahagia. Itulah sebabnya dia tidak berpikir untuk menjadi sedikit boros atau berpikir untuk beristirahat sesekali. Dia juga tidak sensitif dalam hal percintaan. Yang jelas dia tidak pernah berpikir bahwa dia akan memiliki masa muda yang sama dengan orang lain...”

Itsuki mungkin tidak menyadari hal itu. Tidak, bahkan jika dia menyadari itu, mungkin akan sulit untuk memperbaiki kebiasaan itu. Bagaimanapun juga, itu bukanlah sesuatu yang salah untuk bekerja keras demi orang lain. Mengingat kepribadian yang Itsuki miliki, dia pasti akan tetap melakukan hal yang sama meskipun dia menyadarinya.

“ITULAH SEBABNYA! Aku tidak punya pilihan selain mengurus Itsuki! Tentunya sebagai Onee-sannya.”

Hanya Yuri, teman masa kecil Itsuki, yang sejak lama selalu melihat kecenderungan tersebut dalam diri Itsuki. Karenanya, tanpa sepengetahuan Itsuki, dia diam-diam menyebarkan berita yang menjadi dasar situasi Itsuki kepada teman-teman sekelasnya.

Paling-paling, Itsuki akan mengabaikan dirinya sendiri, jadi harus ada seseorang  yang menjaganya. Dan Yuri lah yang mengambil peran itu.

Setelah dia menceritakan itu, Yuri menatap para Ojou-sama.

Mereka..., tampak muram dan diam.

“Erm..., eh? Maaf, apa aku membuat ceritanya jadi terkesan gelap?”

Dia hanya bermaksud untuk menyampaikan pada mereka kekurangan Itsuki, atau lebih tepatnya, bahwa Itsuki bukanlah orang yang sempurna, tepi ketiga Ojoua-sama itu mengambil cerita tersebut lebih dalam dari yang Yuri harapkan.

Apa memang sepenting itu keberadaan Itsuki bagi mereka? Atau, apakah mereka memiliki perasaan khusus sehingga ungkapan ‘penting’ saja tidak cukup?

...Kalau kupikir-pikir, tadi Tennoji-san dan Miyakojima-san menunjukkan reaksi yang aneh.

Mereka berdua jelas panik ketika Yuri memberitahu mereka bahwa ada gadis yang menyatakan cintanya pada Itsuki. Namun ketika Yuri memberitahu mereka bahwa Itsuki menolah pernyataan cinta itu, mereka jelas merasa lega.

Saat Yuri merenungkan keadaan pikiran mereka, interkom di ruangan itu berdering.

Ketika pintu terbuka, munucl Itsuki dengan membawa tas minimarket di tangannya.

“Aku kembali... Hm, ada apa dengan suasana ini? Apa yang kalian bicarakan?”

“Aku memberitahu mereka tentang bagaimana kamu menerima pernyataan cinta saat kamu kelas satu SMA.”

“Oi, jangan seenaknya mengatakan sesuatu seperti itu tanpa izinku,” ucap Itsuki, berpura-pura sedikit marah.

Yuri tahu bahwa Itsuki sebenarnya tidak marah sedikit pun. Bagi Itsuki, masalah tersebut sudah selesai, dan alasan dia berpura-pura marah adalah karena dia merasa malu dengan situasi saat ini, yang menarik perhatian pada pernyataan cinta yang ia terima di masa lalu.

“Ngomong-ngomong, bagaimana kamu menolaknya waktu itu?”

“...Aku bilang aku tidak bisa menerimanya karena kelaurgaku sedang dalam masalah dan aku tidak mau dia terlibat.”

“Begitu ya... Tapi, meskipun sudah agak terlambat menanyakan ini, apa gadis itu termasuk tipemu?”

“Entahlah. Aku sudah memutuskan dalam pikiranku bahwa aku akan menolaknya, jadi aku merasa tidak sopan jika aku terlalu memikirkan soal itu...”

Itu adalah pemikiran yang khas dari Itsuki.

“Tapi ngomong-ngomong, mengenai tipe wanitamu itu——”

Ketika Yuri mengatakan itu, dia melirik ketiga Ojou-sama di tempat itu.

Mirei dan Narika jelas terlihat gugup dan menunggu kelanjutan perkataannya. Sedangkan Hinako, ekspresinya sama sekali tidak berubah. Entah apakah dia tidak tertarik, atau..., dia hanya berpura-pura tidak tertarik?

Hmm...

Yuri menebak hati para Ojou-sama itu.

“...Sebagai kakakmu, kurasa lebih baik aku melakukan sedikit riset tentang itu.”

“? Apaan sih?”

Itsuki memiringkan kepalanya dengan ekspresi bingung di wajahnya.



Post a Comment

Previous Post Next Post