
Bab 15
Menghabiskan Malam Bersama Tunanganku (Bagian 1)
Padahal... aku sudah mempersiapkan diriku.
Kau tidak boleh menanyakan hal-hal seperti itu kepada perempuan... tolol.
Garis besar tentang apa yang terjadi terakhir kali.
Setelah kejadian yang tak terduga, salah satu teman sekelasku, Watanae Yuuka, menjadi tunanganku.
Kami memiliki hubungan yang platonis*, tapi saat malam badai, kami berakhir tidur di kamar yang sama.
[Catatan Penerjemah: Gua sendiri gak terlalu ngerti jabarinnya, tapi yang jelas, hubungan platonis itu adalah cinta yang tidak vulgar atau cinta yang tidak semata-mata hanya untuk memuaskan nafsu.]
Dan pada malam itu, Yuuka mengucapkan beberapa kata yang seolah memberikan sebuah kode kepadaku.
Jadi, apa yang akan kau lakukan, Yuuichi?
“Yuu-kun?”
Saat aku terserap ke dalam narasi imajinerku, suara Yuuka membawaku kembali ke dunia nyata.
Dengan selimut yang menyembunyikan bagian bawah wajahnya, Yuka bergumam dengan mata yang basah.
“A-apa kau tidak mau melakukannya...?”
“Ehh ?! B-bukannya aku tidak mau!”
“T-tapi, kau memiliki ekspresi yang terlihat seperti sedang bermasalah…”
“Ahh… kurasa aku memang agak bermasalah…”
“Tuh kan? Jadi kau memang bermasalah… Pasti aku yang membuatmu bermasalah, kan… Uhh, dasar tolol.”
[Catatan Penerjemah: Bermasalah/Kewalahan/Kebingungan apalah terserah, gua lebih ngerti maksud pembicaraan mereka kalau menggunakan kata “Bermasalah”, jadi gua make kata itu. Btw, pelafalan Jepang-nya “Komatta”.]
Pipi Yuuka mengembung saat dia mengatakan itu.
…Sebelumnya, Yuuka bilang bahwa dia sudah mempersiapkan dirinya.
Apa yang terpantul dimataku adalah mata jernih Yuuka.
Ah… Jika kau terus menatapku dengan mata itu, jelas itu akan buruk…
Aku secara bertahap bisa merasakan pikiranku menjadi kosong…
“...Eh?”
Yuuka membuat suara kecil.
“Ah! M-maaf!”
Tanpa sadar, aku mendapati diriku meletakkan tanganku di pipi Yuuka. Aku pun segera menarik tanganku dan memunggunginya.
Itu sangat lembut dan hangat...
Ketika aku teringat sensasi kulitnya, aku merasakan jantungku berdebar semakin kencang.
“K-kau pasti tidak menyukainya ‘kan… Maaf…”
“T-tidak, bukannya aku tidak menyukainya atau semacamnya…”
“Tapi, kau membuat ekspresi yang bermasalah...”
“A-Aku memang bermasalah… tapi itu karena aku sangat malu dan tidak tahu harus berbuat apa…”
Saat aku berbalik, aku melihat Yuuka menggeliat di kasurnya.
Selimutnya tepat menutupi bibirnya.
Matanya basah. Pipinya merona.
Dia terlihat berbeda dari biasanya… dia sangat menawan.
“Umm… lakukan dengan lembut, ya?”
Hanya itu yang dia katakan.
Dengan sapuan, Yuuka menarik selimut menutupi kepalanya.
……
Lakukan dengan lembut?
Itu... dia barusan menyiratkan hal itu, kan?
Fantasi yang tidak pantas melintas di benakku.
Tapi, pada saat yang sama, mimpi buruk yang kualami di masa SMP-ku kembali menghampiriku.
Haruskah aku melakukannya? Haruskah aku tidak melakukannya?
Aku sendirilah yang menutup diri dari romansa dengan gadis 3D karena aku tidak ingin menyakiti satu sama lain.
Aku juga bersumpah bahwa aku hanya akan menyukai gadis 2D.
Tapi meski begitu… Aku bukannya orang tanpa perasaan sehingga aku bisa mengabaikan situasi seperti ini.
“H-hyau!”
Aku memegang tangan kecil Yuuka. Aku bisa merasakan kehangatannya merambat dari telapak tanganku.
Jeritan yang seperti binatang kecil menembus telingaku dan menggelitik otakku.
Yuuka memegang tanganku dengan erat dan tidak mau melepaskannya.
...Ini artinya..?
“...Tidak, tidak, tidak, tidak, tidak, tidak.”
Aku merasakan beberapa pikiran jahanam tumbuh di dalam diriku, dan mencoba untuk menghilangkannya dengan tekad dan kemauan keras.
Tenanglah, Yuuichi.
Memang benar kalau dia adalah pengisi suara dari heroine favoritku, Yuuna-chan, yaitu Izumi Yuuna. Dan bisa dibilang, dia ini merupakan Yuuna-chan versi 3D.
Tapi, pada akhirnya, dia masihllah gadis 3D.
Aku tidak bisa melangkah lebih jauh dari ini.
Jika aku melangkah lebih jauh, aku mungkin akan terluka lagi, seperti yang terjadi padaku saat aku masih SMP.
Di sisi lain, aku juga mungkin akan menyakiti Yuuka.
“...Nnn.”
Erangan melankolis Yuuka menggelitik telingaku.
Stimulasi tersebut membuat bagian depanku mati rasa.
Saat itu, aku merasakan sesuatu di dalam diriku tersentak.
Aku mungkin akan menyesalinya lagi.
Ini mungkin akan berubah menjadi pengalaman traumatis lainnya bagiku.
Tapi ... Aku harus menenangkan jantungku yang berdegup kencang.
Ini satu-satunya jalan.
“Yuuka.”
Aku memanggil nama tunanganku.
Kemudian, aku memantapkan tekadku… dan dengan paksa menarik selimutnya.
Gasken
ReplyDeleteSesat
Deleteayo di ntot ntot
ReplyDeleteAkwoakow mulut anda kontor
DeleteGasslahhhh
ReplyDeleteAyo gas di ewe
ReplyDeletegaskeun mamank
ReplyDeleteEwe bang ewe
ReplyDeleteEwe ewe ewe
ReplyDeleteHORAAAA
ReplyDeleteentot entot entot
ReplyDelete