Saijo no Osewa Volume 1 - Bab 36

Bab 36
Ojou-sama yang belajar kelompok ②


Satu jam setelah kami belajar kelompok.

 

Di SMA-ku yang sebelumnya, saat aku bersama teman-temanku mengadakan sesi belajar kelompok, hanya dalam 30 menit setelah dimulainya belajar, suasananya akan berubah menjadi obrolan penuh. Tapi, siswa-siswi di Akademi Kekaisaran tetap diam dan fokus pada pelajaran mereka. Nah, mungkin ini salah satu alasan mengapa orang-orang mengatakan kalau siswa-siswi di sini itu memiliki lingkungan tumbuh dewasa yang berbeda dari yang lainnya. Dan yah, ini adalah situasi yang baik untukku, karena aku benar-benar merasa terancam oleh ujian yang akan datang ini.

“Apa kau baik-baik saja, Miyakojima-san? Haruskah kita istirahat sebentar?”

“Y-Ya..., ayo istirahat dulu. Sejujurnya, kepalaku benar-benar merasa pusing sekarang...” kata Narika, dengan suara yang pelan saat dia memegangi kepalanya.

“Ayo kita juga istirahat sebentar, Taisho-kun.”

“Eh, y-ya!”

Masih merasa gugup, Taisho menjawab usulan Hinako dengan suara yang melengking.

Semua materi yang diajarkan di Akademi Kekaisaran itu levelnya tinggi-tinggi, dan ini adalah sesi belajar yang dilakukan setelah menjalani banyak konsentrasi di waktu-waktu materi itu diberikan di dalam kelas. Jadi yah, wajar saja jika kau merasa lelah setelah menjalani sesi belajar kelompok ini setelah satu jam.

“Bagaima kalau kita beristirahat juga?”

Tennoji-san, yang mengajariku mapel Matematika, memberikan usulan tersebut. Namun, tanpa mengalihkan pandanganku dari buku catatanku, aku menjawabnya...,

“...Tidak, tolong ajari aku sebentar lagi.”

Berkat Tennoji-san, aku jadi bisa memahami bagian-bagian yang sampai sebelumnya tidak bisa kupahami. Pada dasarnya, aku ini adalah orang yang sebisa mungkin tidak ingin terlalu banyak belajar, meski begitu, di saat aku merasakan pertumbuhanku saat ini, aku merasa kalau..., ini menyenangkan. Aku ingin melanjutkan belajarku sedikit lebih lama lagi.

“...Kau ini serius sekali, ya, Nishinari-kun?” Tiba-tiba, Asahi-san mengatakan itu saat dia menatapku. “Oh, tidak, ini tidak seperi aku sedang mengejakumu. Maksudku, ini lebih seperti kau gigih sekali.”

“Kau benar. Aku suka kau memiliki kegigihan yang sangat tinggi.” Sela Tennoji-san, setuju dengan perkataan Asahi-san. “Sesi belajar kelompok ini juga diusulkan oleh dirimu kan Nishinari-san? Nah, kau itu tidak memiliki kepercayaan diri untuk berada di posisi yang ada di atas orang lain, namun demikian..., di sisi lain, kau tampaknya sangat pandai dalam mendukung dan memotivasi orang lain.”

Aku memang tidak berada di posisi yang ada di atas orang lain, jadi aku hanya mendengarkannya begitu saja..., cuman, aku sedikit terkejut saat mendengar pujian di bagian akhir perkataannya.

“Hmm, ada apa dengan tatapanmu itu?”

“Tidak, hanya saja tadi itu benar-benar pujian yang langsung diutarakan begitu saja, jadi yah, aku merasa senang, tapi aku juga agak terkejut...”

“Oh, bagaimanapun juga aku ini seorang yang baik dalam menilai karakter seseorang. Dan asal tahu saja, aku sendirilah yang memilih semua pelayanku.”  Kata Tennoji-san, dengan penuh kebanggaan.

“Pelayan-pelayanmu itu orang-orangnya tampak kuat-kuat, bukan, Tennoji-san?”

“Begitulah, lagipula saat aku sedang tidak berada di rumah, pelayanku harus bisa mengawalku. Dan saat aku ada di rumah, aku akan memiliki pelayan yang lain di sisiku.”

Para pelayan di Keluarga Konohana pada dasarnya dipekerjakan oleh Kagen-san. Dan Shizune-san, dia bukanlah pelayan yang dipilih oleh Hinako, melainkan pelayan yang disiapkan oleh Kagen-san. Satu-satunya pengecualian adalah posisi pengurus kali ini, yaitu aku.

Tampaknya meskipun kelas keluarga mereka mirip, bukan berarti mereka memiliki aturan yang sama. Dan di Keluarga Tennoji, putri mereka, Tennoji-san, memiliki hak untuk memilih sendiri pelayannya.

“Itu artinya, di mata Tennoji-san, Nishinari-kun adalah pemuda yang menjanjikan di masa depan, kan?”

“Begitulah. Meskipun menurutku agak kasar untuk memandang teman seangkatan sebagai pelayan, tapi..., jia dia mau, kupikir dia cukup menjanjikan untuk dipekerjakan sebagai seorang pengintai.”

“Wuis, kondisinya tidak buruk loh jika kau menjadi pengintainya Keluarga Tennoji~..., kau mungkin bisa mempertimbangkan ini, Nishinari-kun!” kata Asahi-san, dengan ekspersi yang gembira.

Tapi kemudian, saat itu, tatapan yang dipenuhi dengan niat membunuh diarahkan kepadaku. Itu berasal dari Hinako dan Narika, yang memolotiku dengan tajam.

“...Y-Yah, aku tidak punya niatan untuk melakukan itu, jadi...”

“Jadi begitu ya, itu disayangkan.”

Tentunya, Tennoji-san hanya bercanda tentang ini, jadi terlpas dari kata-katanya, dia tidak benar-benar merasa begitu kecewa.

Di sisi lain, tatapan Hinako dan Naruka masih tetap tajam.

“Nah sekarang, kupikir kita juga harus beristirahat. Lagipula, ada batasan pada kemampuan kita untuk berkonsentrasi, dan dengan beristirahat, kita akan bisa berpikir dengan lebih baik lagi.”

“...Kau benar, oke, ayo istirahat.”

Yah, bagaimanapun juga, aku berencana untuk belajar lagi setelah aku kembali ke mansion. Jadi, aku harus melakukan penyesuaian agar aku tidak berakhir menggunakan semua energiku di sini.

“Hm, kau mau ke mana, Nishinari?” tanya Taisho padaku, saat aku berdiri dari kursiku.

“Oh, karena sekarang kita lagi istirahat, jadi aku ingin merilekskan tubuhku dengan berjalan-jalan sebentar.”

Mengatakan itu, aku pun meninggalkan kafe.

Aku ingin melakukan peregangan untuk menyegarkan diri, tapi aku merasa tidak nyaman untuk melakukannya di tempat yang mencolok, itu sebabnya, aku pergi ke bagian belakang gedung sekolah yang kurang ramai dikunjungi.

Bagian belakang gedung sekolah yang biasanya tidak dilihat oleh orang-orang dibersihkan dengan baik. Aku mulai meregangkan tubuhku dengan perlahan, sambil menikmati angin sepoi-sepoi yang berhembus.

“...Aku ini sungguh diberkati, kan?”

Hinako, Narika, Taisho, Asahi-san, Tennoji-san. ... Mereka semua adalah teman-teman yang baik dan dapat diandalkan. Di SMA lamaku, aku memang memiliki teman, tapi hubunganku di akademi ini juga tidak terlalu buruk.

Awalnya, aku berpikir bahwa pekerjan menjadi pengurus ini akan sulit dan berat, tapi tau-tau, saat ini aku justru merasa nyaman dengan situasinya. Tentunya, aku memiliki keinginan untuk terus mendukung Hinako, tapi aku juga benar-benar ingin menjaga hubunganku saat ini. Dan untuk bisa menjaga hubunganku di tempat ini...,

Baiklah, ayo terus belajar dengan giat.

Saat aku mengambil keputusan seperti itu di dalam hatiku, tiba-tiba, aku mendengar suara langkah kaki dari belakangku.

“Nishinari-san.”

Mendengar namaku dipanggil, sontak aku langsung berbalik ke belakang..., dan di sana, ada Tennoji-san.

“Eh? Apa kau juga sedang jalan-jalan, Tennoji-san?”

“Ya, aku juga ingin sedikit merilekskan tubuhku.”

“Jadi gitu toh.” Jawabku padanya.

“—Yah, yang tadi itu cuman dalih.” Kata Tennoji-san. “Aku punya sesuatu yang ingin kutanyakan padamu, Nishinari-san.”

“Sesuatu yang ingin kau tanyakan? Apa itu?”

Aku tidak tahu apa maksud sebenarnya dari perkataannya, jadi aku bertanya, dan Tennoji-san pun membuka mulutnya.

“Nishinari-san, apa kau benar-benar putra pewaris dari sebuah perusahaan menengah?”

Pertanyaan itu menyentak jantungku.



close

10 Comments