Seiken Gakuin no Maken Tsukai Volume 6 - Bab 6

Bab 6
Dewa Kembar


Leonis dan Sakuya melewati jembatan penghubung yang dibangun di atas sungai dan mencapai bagian Kota Tua yang lebih tenang. Di ujung jalan tersebut, terdapat hutan lebat yang terbuat dari pohon buatan.

“Setelah melewati hutan ini lah baru kita sampai di kuil tempat ritual pemujaan akan diadakan,” ucap Sakuya pada Leonis.

“Hm...”

“Ada apa?”

“Apa dewa penjaga Anggrek Sakura memang benar-benar ada?” tanya Leonis, sebisa mungkin memainkan peran sebagai anak kecil yang polos.

Entah apakah itu hanyalah sebuah legenda, atau apakah ritual itu benar-benar melibatkan makhluk ilahi? Perbedaan itu sangatlah penting bagi Leonis. Itulah sebabnya, dia harus mencari tahu kebenarannya.

Sakuya terdiam beberapa saat, cukup lama hingga membuat Leonis bertanya-tanya apakah pertanyaan yang dia berikan menyinggung perasaan Sakuya.

“Ya, dewa penjaga Anggrek Sakura itu ada,” jawab Sakuya, menatap ke dalam hutan. “Fuujinki dan Raijinki. Mereka telah menjaga Anggrek Sakura selama tiga ratus tahun sejarahnya.”

“Dua? Anggrek Sakura punya dua dewa?”

“…Ya. Meskipun, sekarang hanya ada satu dari mereka.”

“Eh…?” tanya Leonis, bingung.

Sakuya kemudian berhenti di depan sebuah kediaman besar dengan gerbang yang mengesankan.

“Kita di mana?” tanya Leonis.

“Kediaman ini adalah tempat wali sahku, Raiou, tinggal.”

Sebuah peralatan magis mengautentikasi data biometrik mereka, setelah itu gerbang terbuka. Di depan kediaman tersebut ada taman besar yang dipenuhi pepohonan yang dirawat dengan baik serta kolam yang cukup besar. Kediaman ini adalah jenis tempat yang tidak akan pernah ditemukan di Central Garden, mengingat di sana ada banyak bangunan bertingkat. Leonis tidak bisa menyembunyikan kekagumannya saat melihat pemandangan itu.

Seorang pria tua kecil kemudian muncul dari dalam manor tersebut. “—Kami sudah menunggu anda, Putri Sakuya.”

Oh…

Leonis memandang pria itu dengan penuh ketertarikan. Sekilas, pria tua itu mungkin tampak seperti orang tua biasa pada umumnya, namun Leonis tahu bahwa dia lebih dari itu.

Dia adalah master seni bela diri.

Lengannya yang tua dan kering dapat dengan mudah membunuh seseorang. Dia lebih seperti seorang pembunuh profesional daripada seorang petarung.

...Mungkin aku bisa membuatnya menjadi skeleton pembunuh yang terampil setelah dia mati, pikir Leonis, tidak peduli kalau gagasan yang dia miliki itu terlalu kasar.

“Maaf, aku sedikit terlambat. Tadi aku sedang mengajaknya berkeliling Kota Tua,” jawab Sakuya.

Pria tua itu mengalihkan pandangannya ke arah Leonis.

“Putri Sakuya, siapa anak ini…?”

“Dia Leonis, anggota peletonku.”

“Ah, begitu ya, aku pernah mendengar tentang dia.”

Menundukkan kepalanya dengan sopan, Leonis berbicara, “Sakuya selalu menjadi teman yang sangat bisa diandalkan.”

“Masuklah,” ucap pria tua itu, mempersilakan mereka masuk. “Aku akan segera menyiapkan teh untuk kalian.”

---

Setelah dibawa masuk ke manor, Leonis duduk di beranda yang menawarkan pemandangan kolam. Di halaman Akademi Excalibur memang ada juga sebuah taman, tapi yang ini benar-benar berbeda. Taman di sini dimaksudkan untuk mereproduksi pemandangan tanah air Anggrek Sakura yang telah hancur.

“Pohon pinggir jalan di Assault Garden Ketujuh adalah tanaman utilitas yang dimaksudkan untuk menjernihkan air laut dan mengatur lingkungan, tapi yang ada di taman ini semuanya dibawa dari Anggrek Sakura,” ucap Sakuya sambil mendekati Leonis dari belakang dan menunjuk ke salah satu pohon yang tumbuh di taman. “Mereka biasanya akan menumbuhkan bunga-bunga indah saat musim semi, tapi karena Assault Garden Ketujuh adalah koloni tipe penyerang yang bepergian ke seluruh dunia, jadi waktu mekar mereka kadang tertunda.”

“…Begitu ya.”

“Kakak perempuanku selalu menanti-nantikan untuk melihat bunga-bunga itu bermekaran,” ucap Sakuya, nada dan pandangannya tampak memandang jauh.

“…”

Kakak perempuan Sakuya tewas pada hari ketika Anggrek Sakura dihancurkan. Pakaian putih yang gadis itu kenakan di balik seragamnya saat ini merupakan kenang-kenangan dari saudarinya itu.

Embusan angin bertiup, dan dedaunan di pohon-pohon taman berdesir. Sebuah riak besar terbentuk di atas permukaan kolam—

Splaaaaaaash!

Tiba-tiba, sesuatu berwarna hitam muncul ke permukaan.

“…Apa?!” seru Leonis, terkejut.

Namun, Sakuya sama sekali tak terlihat terkejut.

“Oh, kamu juga ada di sini ya, Fluffymaru,” ucap Sakuya sambil tersenyum.

Dengan bulu-bulunya yang basah kuyup, seekor serigala hitam besar melangkah keluar dari kolam, dan kemudian ia mengguncang-guncang tubuhnya hingga kering, memercikkan air ke seluruh tanah. Binatang itu kemudian bertemu dengan tatapan Leonis.

“Oh, kau ada di sini, Magnus-dono.”

“Blackas, apa yang kau lakukan di sini?” Leonis membalas salam telepati temannya.

“Mandi. Soalnya para manusia itu cenderung panik saat aku berenang di kolam akademi.”

“Yah, aku bisa membayangkan mereka memang akan panik.”

“Bahkan baru-baru ini seseorang melaporkan kalau aku ada di  sana, dan mereka hampir mengirim orang lain untuk memburuku.”

“Be-Begitu ya. Sepertinya kau sudah melalui banyak hal.”

Blackas tampaknya sedang dikejar oleh asosiasi pemburu Akademi Excalibur. Tidak seperti Leonis, yang terdaftar di sekolah ini, dan Shary, yang berwujud manusia, Blackas selalu menonjol ketika dia sedang bergerak sendiri. Memang ada mantra yang bisa memberikannya bentuk humanoid, namun Blackas memiliki suatu keadaan unik yang membuat itu tidak mungkin.

“Fluffymaru sering datang ke kediaman ini untuk bermain. Aku sih sebenarnya ingin menangkarnya di sini saja, tapi Raiou bilang kalau tidak mungkin untuk menjinakkan hewan seperti dia...”

“…Yah, aku juga merasa begitu.”

Blackas adalah pangeran angkuh dari Alam Bayangan, yang mana hal tersebut membuat dia tidak memiliki kewajiban untuk mematuhi siapa pun. Hubungannya dengan Leonis merupakan hubungan persahabatan. Dia adalah jenderal tamu di pasukan Leonis dan sama sekali bukan bawahan dari Raja Undead.

Dan pangeran yang angkuh itu kini berbaring dengan nyaman di bawah naungan pohon sakura.

“—Ini tehmu.” Raiou, pria tua yang sebelumnya menyambut mereka, membawa nampan dengan beberapa cangkir teh dan kue.

“Terima kasih.”

“Kalau begitu, aku akan pergi berlatih menari,” ucap Sakuya sambil berdiri. Sejak awal, itulah alasan dia datang ke sini. “Aku akan tetap di sini sampai sore, tapi kalau kamu ingin pulang duluan, kamu harus naik bus. Kamu pernah naik bus sendirian sebelumnya, kan?”

“Ya, aku akan baik-baik saja. Terima kasih.”

“Tidak perlu berterima kasih, aku bersenang-senang saat kencan denganmu, Leo. Masih ada banyak tempat yang masih belum kutunjukkan padamu, jadi lain kali kita datang ke sini, ayo jalan-jalan lagi.”

---

“Jadi, bagaimana menurutmu tentang pemandangan Anggrek Sakura?” Raiou duduk di seberang Leonis, menyeruput tehnya.

“Tempat ini memukau. Aku jadi semakin menantikan festival yang akan datang.”

“Senang mendengarnya,” jawab pria tua itu. Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke arah serigala hitam yang berbaring di taman. “Putri Sakuya telah berubah sedikit akhir-akhir ini.”

“…Begitukah?”

“Ya. Saat dia pertama kali tiba di kota taktis ini, hatinya dingin bagaikan es. Dia akan cenedrung menutup diri dari orang lain.”

Leonis tidak tahu seperti apa Sakuya dulu. Tapi jika ada orang yang bisa mencairkan hatinya yang beku itu, maka orang itu pasti…

…Riselia, aku yakin itu pasti dia, simpul Leonis.

“Oh iya, ada sesuatu yang ingin kutanyakan padamu,” ucap Leonis. Setelah meminum tehnya, dia meletakkan cangkirnya di lantai beranda.

Jika Raiou adalah pengikut dari keluarga kerajaan Anggrek Sakura, dia pasti tahu banyak hal tentang masalah ini.

“Ya?”

“Dewa seperti apa yang menjadi dewa penjaga Anggrek Sakura?”

“Hmm. Apa kamu tertarik dengan agama kami?”

“Sakuya memberitahuku sedikit tentang itu. Dia bilang Anggrek Sakura dilindungi oleh dua dewa.”

“…Ya, itu benar.”

Raiou berbalik dan menunjuk ke arah pilar yang menopang kediaman.

“Mereka diukir di pilar di sana. Fuujinki dan Raijinki.”

“Di sana…?”

Menatap pilar, Leonis melihat ukiran dua raksasa yang sedang menatap dari atas awan.

“Nama mereka mewakili apa yang mereka atur. Raijinki berkuasa atas guntur dan Fuujinki berkuasa atas badai besar. Setiap kali Anggrek Sakura menghadapi bahaya, mereka akan menggunakan kekuatan mereka untuk melindungi negeri itu.”

“Kalau begitu, maksudmu dewa-dewa itu ada?”

“Tentu saja. Dewa-dewa Anggrek Sakura bukan sekadar makhluk fiksi dari legenda,” ucap Raiou, dan dia menganggukkan kepalanya. “Aku telah melihatnya dengan kedua mataku sendiri. Bagaimana Dewa Kembar itu bertempur dengan Void.”

Sembilan tahun yang lalu, ketika Void Stampede meluluh-lantahkan Anggrek Sakura, keluarga kerajaan membuka segel pada kedua dewa dalam upaya untuk mengalahkan Void. Mereka percaya bahwa dengan kekuatan besar dewa mereka, Raijinki dan Fuujinki akan memusnahkan monster dan menyelamatkan Anggrek Sakura—

“Namun, tepat ketika harapan samar itu terlihat, itu muncul.”

Raiou mengacu pada Void Lord yang menyebabkan Stampede. Void lord itu muncul dari ketiadan dan mengalahkan kedua dewa dalam hitungan menit. Dan kemudian, Void lord itu melahap dan menyerap Fuujinki yang dikalahkan.

“Menyerap..., dewa?” Leonis terkejut tidak percaya.

“Ya. Monster itu menyerap Fuujinki.”

Dan dengan dewa badai yang menyatu ke dalam dirinya, Void Lord itu menjadi dapat dengan bebas menyalahgunakan otoritas ilahi Fuujinki. Demikianlah Anggrek Sakura dikuasai oleh Void, mengakhiri sejarah tiga ratus tahun mereka.

... Kupikir aku mengerti sekarang.

Berdasarkan cerita tersebut, Leonis dapat membentuk hipotesis tentang apa sebenarnya pelindung surgawi dari Anggrek Sakura.

Mereka mungkin demi-god.

Demi-god adalah entitas bawahan yang diciptakan oleh Kekuatan Cahaya. Meskipun mereka bukanlah tandingan dari dewa yang sesungguhnya, tidak diragukan lagi mereka memiliki kekuatan yang menakutkan. Di masa lalu, Leonis bisa mengingat bagaimana demi-god memberikan banyak masalah pada Pasukan Penguasa Kegelapan.

…Namun, masih ada sesuatu yang masih belum Leonis mengerti. Jika salah satu dewa, Fuujinki, telah diserap oleh Void Lord…

“Apa yang terjadi dengan dewa yang satunya?” tanya Leonis.

“Saat Void Lord menyerap Fuujinki, Putri Setsura menyegel Raijinki yang terluka parah dalam pertarungan. Aku yakin dia percaya bahwa Anggrek Sakura akan benar-benar menemui ajalnya jika penjaga terakhirnya hilang.”

“…Begitu ya.”

Di antara negara-negara yang telah dihancurkan oleh Pasukan Penguasa Kegelapan, Leonis pernah menghadapi penguasa yang bodoh, dan meskipun sangat jelas bahwa mereka akan kalah, mereka terus menentangnya sampai akhir. Mereka percaya bahwa selama mereka tidak menerima kekalahan, mereka akan selalu bisa menemukan cara untuk membalikkan keadaan.

Sama seperti Roselia, yang jiwanya masih bertahan, bahkan setelah seribu tahun lamanya.

“Tanpa pelindung terbesarnya di medan perang, Anggrek Sakura jatuh ke dalam kehancuran. Segerombolan iblis itu kemudian menghancurkan benteng kami dan menyerbu ibu kota, berniat untuk meluluh-lantahkan negeri kami sepenuhnya. Ibukota dijaga oleh sekelompok Pengguna Pedang Suci yang dikenal sebagai Satuan Kenki, namun mereka kewalahan dengan jumlah musuh yang banyak. Pada akhirnya, mereka gagal melindungi Putri Setsura—kakak perempuan Putri Sakuya.”

Raut wajah Raiou berkerut dalam kesedihan dan penyesalan. Leonis bisa mengerti perasaannya—rasa sakit karena gagal melindungi apa yang dianggap sangat penting. Sayangnya, dia tidak bisa mengungkapkan simpatinya itu.

“Begitulah Dewa Kembar Anggrek Sakura menjadi hanya tersisa Raijinki saja,” simpul Raiou.

Hembusan angin membuat pepohonan berdesir.

“Jadi dewa yang masih hidup itu tetap berada di tanah bekas Anggrek Sakura?” tanya Leonis.

Raiou menggelengkan kepalanya dan menunjuk ke bawah. “Tidak.”

“Eh?” Leonis mengerutkan alisnya, tidak mengerti maksud dari gerakan yang Raiou lakukan.

“Dewa penjaga kami disegel di sini, di Assault Garden Ketujuh,” ucap pria tua itu.

---

Setelah meninggalkan kediaman, Sakuya berjalan ke hutan relokasi yang mengarah ke kuil. Langkahnya lebih ringan dari biasanya. Akhir-akhir ini dia sangat tegang, tapi kencannya dengan Leonis hari ini memberikan dia perubahan pace yang dia butuhkan

Itu memang sebentar, tapi aku bersenang-senang.

Pemandangan Kota Tua yang tidak asing di matanya terasa sedikit berbeda ketika dia berjalan di sisi anak lelaki itu.

Mungkin aku harus membawanya ke lebih banyak toko kue lain kali. Tapi aku mungkin perlu izinnya Selia, dan dia itu selalu saja terlalu protektif…

Tersenyum pada pemikiran itu, dia menginjakkan kaki di halaman kuil yang ditumbuhi rumput, namun tiba-tiba—

“Putri Sakuya.”

“…?!”

Sakuya tiba-tiba menyadari beberapa kehadiran orang lain di dalam hutan. Gadis itu menghentikan langkahnya dan mengamati pepohonan. Dia tidak bisa melihat mereka, namun mereka pasti ada di hutan ini. Dan satu-satunya yang akan melakukan hal tersebut di sini hanyalah sebuah kelompok tertentu.

Satuan Kenki…

Sakuya menghitung ada lima, enam di antara mereka…bahkan mungkin lebih.

“Kalian menyusup ke tanah suci putri pendeta. Apa kalian ingin membuat diri kalian dikutuk oleh surga?”

“Kami sadar betapa salahnya tindakan kami ini. Tapi jika di tempat ini, tidak ada yang akan mengganggu kita.”

Kegelapan terbentuk dan muncul di depan mata Sakuya, menjadi sosok yang mengenakan setelan pelindung anti-Void berwarna hitam. Berbeda dengan pria yang berbicara dengan Sakuya kemarin, pria ini tidak menggunakan pengubah suara, dan nada suaranya terdengar tidak asing di telinga gadis itu.

“Apa itu kau, Uzan?” tanya Sakuya. “Aku masih ingat kau sering bermain denganku ketika aku masih kecil.”

“Lama tidak bertemu, Putri Sakuya.” Pria itu berlutut hormat, menunjukkan kesetiaan seorang punggawa.

Namun terlepas dari sikap pria itu, ekspresi Sakuya tidak santai.

“Kalian setidaknya harus menutupi keberadaan Pedang Iblis kalian,” ucap Sakuya, tegas. “Aku bisa merasakan kekuatan Pedang Iblis pada kalian semua.”

Salah satu orang di belakang Uzan bergeming mendengar ucapan Sakuya.

“…Sepertinya anda sudah familiar dengan Pedang Iblis,” ucap Uzan.

“Dari mana kalian mendapatkan kekuatan itu? Kalian tahu ‘kan  bahwa menggunakan kekuatan itu akan mencemari tubuh kalian dengan ketiadaan?”

Uzan langsung segera menjawabnya. “Tentu saja, Putri Sakuya.”

“Lalu mengapa…?!”

“Karena kami membutuhkan kekuatan yang ditawarkan Pedang Iblis jika kami ingin membalas dendam dan membuat keinginan hati kami menjadi kenyataan.”

“Balas dendam…” Mata Sakuya melebar dalam keterkejutan. “Apa yang sebenarnya kalian rencanakan?”

“Yang kami rencanakan tidak jauh dari tujuan akhir kami.”

“Apa?”

“Kami akan memanggil Void Lord yang menghancurkan Anggrek Sakura sembilan tahun lalu ke tanah ini.”

“...A-Apa?!”

---

“Dewanya Anggrek Sakura disegel di Assault Garden Ketuuh ini?” Leonis benar-benar tercengang.

“Wajar kalau kamu terkejut, tapi memang itulah kenyataannya.”

“…”

Selama pemerintahan Leonis sebagai Raja Undead, dia telah melawan banyak dewa. Namun meskipun apungan besar yang diduduki Assault Garden Ketujuh ini cukup luas, dia tidak mendeteksi adanya jejak entitas ilahi yang disegel.

Jika ada dewa di sini, aku dan Blackas pasti sudah menyadarinya sejak lama. Meskipun, kurasa bisa jadi kami mungkin tidak menyadari satu dewa yang dalam keadaaan tidak aktif...

Kemudian Leonis menyadari sesuatu.

…Tunggu, mungkinkah?!

Leonis teringat bahwa dia pernah menemukan massa mana yang sangat padat yang tidak pernah ada di zamannya. Itu merupakan sumber daya yang mampu menghasilkan kekuatan magis yang cukup untuk mendukung semua fungsi kota bergerak ini dan populasinya yang berjumlah lebih dari satu juta orang.

“...Tungku Mana!”

Raiou mengangguk. “Benar. Kekaisaran Manusia Terintegrasi menggali Raijinki dari reruntuhan Anggrek Sakura dan menempatkan penjaga kami di Tungku Mana yang berfungsi sebagai jantung kota ini.”

…Aku mengerti sekarang. Jadi kota ini menggunakan dewa sebagai sumber tenaganya, ya.

Prestasi seperti itu tidaklah terpikirkan seribu tahun yang lalu. Gagasan tentang manusia yang memanfaatkan makhluk superior dan menggunakannya sebagai energi…, itu memang menjawab beberapa pertanyaan yang sebelumnya tidak terjawab.

Mengapa ada kristal mana yang begitu besar di sini? Mengapa Archsage Arakael dan Wanita Suci Tearis Resurrectia mencoba bergabung dengan Tungku Mana?

Enam Pahlawan tidak secara inheren tertarik pada Tungku Mana; mereka mencoba menyerap para dewa ke dalam diri mereka.

...Aku mungkin benar-benar meremehkan kemampuan manusia.

Tentunya ini tidak terbatas hanya pada Assault Garden Ketujuh saja. Yang lainnya kemungkinan juga ditenagai oleh dewa-dewa kuno.

Dan karena mereka menggunakan dewa, mereka yang bertanggung jawab dalam hal ini pasti telah menghapus semua catatan keberadaan mereka…

Leonis menatap Raiou. “Apa Sakuya dan orang-orang di Anggrek Sakura…, setuju dengan ini?”

“Situasinya berbeda, tapi salah satu Dewa Kembar kami masih melindungi populasi Anggrek Sakura. Itu tidak banyak berubah…,” jawab Raiou. “Dan sangat sedikit orang yang mengetahui kebenaran ini. Hanya petinggi-petinggi militer dan orang-orang yang dekat dengan keluarga kerajaan Anggrek Sakura saja yang tahu. Dan sekarang, kamu juga termasuk…”

“…!”

Tentunya, ini adalah informasi yang belum pernah Leonis temui, meskipun dia telah melakukan beberapa penyelidikan sebelumnya.

“…Mengapa kau memberitahukan rahasia ini padaku?”

“Aku percaya diri dengan mataku yang bagus dalam menilai orang lain,” Raiou tersenyum dan menatap mata Leonis.

…Mata yang bagus dalam menilai orang lain, ya? Mungkin dia harus memeriksakan penglihatannya itu. Aku ini Penguasa Kegelapan loh, musuh umat manusia...

Blackas, yang sedang berbaring di taman, tiba-tiba mengangkat kepalanya, telinganya menajam.

“Ada apa, Blackas?” tanya Leonis secara telepati.

“Beberapa kehadiran aneh muncul di sekitar gadis itu.”

“…Apa?”

---

“…Kalian akan memanggil Void Lord di sini?” ucap Sakuya, terkejut. “Jangan bilang kalian berencana menyebabkan Stampede di sini?!”

“Itu benar, Putri Sakuya,” jawab Uzan tanpa rasa bersalah. “Kami tiga puluh tujuh anggota Satuan Kenki akan memanggil musuh bebuyutan kami, Shardark Void Lord, dan mengalahkannya.”

“…”

Keyakinan yang tak tergoyahkan, kepercayaan diri dalam suaranya, memenuhi Sakuya dengan teror.

“Ta-Tapi bagaimana kalian bisa melakukan itu...?”

“Dengan melepaskan segel pada Raijinki, Dewa Kembar yang tertidur di Tungku Mana kota ini,” ucap Uzan, untuk pertama kalinya ada emosi yang keluar dari suaranya.

“Apa…?”

“Tentunya anda sudah tahu tentang ini, Putri Sakuya. Void Lord itu menyerap Fuujinki. Namun, dewa Anggrek Sakura adalah dua bagian dari keseluruhan. Jika Void Lord itu merasakan separuh dewa lainnya dilepaskan, dia pasti akan muncul…”

“…”

Sakuya benar-benar tercengang.

Mereka berencana menggunakan Raijinki sebagai umpan untuk memanggil Void Lord, sehingga kemudian mereka bisa membunuh Void Lord itu?

Apa yang pria ini katakan? Itu gila. Ini bahkan tidak bisa disebut rencana; mereka hanya mencari tempat untuk mati. Mereka telah menghabiskan waktu mereka terlalu lama untuk membanai Void, dan setelah berburu Void begitu lama, mereka kehilangan pandangan mereka dari hal-hal yang lain.

Tidak, mungkin mereka memang sudah jadi gila semenjak insiden sembilan tahun yang lalu...

Setelah Sakuya mengatasi keterkejutannya, dia bertanya, “Kalian benar-benar berpikir kalian bisa membunuh Void Lord itu?”

“Untuk tujuan itu lah kami telah menodai diri kami sendiri dengan kekuatan Void,” jawab Uzan, mengepalkan tinjunya. “Shardark Void Lord akan melawan Raijinki yang dilepaskan, dan begitu dia melemah, kami akan membunuhnya. Dan meskipun kami tidak bermaksud untuk mengandalkan mereka, Stampede yang disebabkan oleh munculnya Void Lord pasti akan mengikut sertakan Pengguna Pedang Suci kota ini ke dalam pertarungan juga.”

“Kalian tidak masalah kehilangan Assault Garden Ketujuh demi membalas dendam?!” teriak Sakuya, marah.

“Ini akan menjadi pengorbanan untuk menghancurkan Void.”

“…Uzan!” teriak Sakuya dan memanggil Raikirimaru di tangannya.

Sama seperti Satuan Kenki, Sakuya telah mendedikasikan hidupnya untuk membalas dendam. Namun…

—Aku tidak akan menjadi iblis yang tidak punya pikiran… Aku tidak akan melepaskan hati manusiaku!

Dia mencengkeram Pedang Sucinya saat sulur petir pucat mengamuk di pedangnya.

“Satu-satunya yang bisa melepaskan Raijinki adalah putri pendeta dari keluarga kerajaan Mikagami—yaitu aku. Apa kalian pikir aku akan setuju dengan rencana kalian?”

“Penolakan anda ini disayangkan, namun rencana kami tetap tidak akan berubah. Kami sudah memiliki seorang putri pendeta di pihak kami.”

“…Apa?” Sakuya menatap Uzan dengan bingung, tapi pria itu tidak mau repot-repot memberikan penjelasan.

“Karena anda telah menarik Pedang Suci anda, itu artinya tidak ada lagi ruang untuk kita bernegosiasi.”

“Ya. Aku tidak akan pernah bergabung dengan kalian!” Sakuya melangkah maju dan mengayunkan senjatanya.

Namun, serangannya diblokir oleh lengan ketiga yang muncul dari punggung Uzan.

“…Apa?!” seru Sakuya. “Sampai sebegitunya dirimu telah dirusak oleh ketiadaan...?!”

“Anda telah tumbuh menjadi kuat, Putri Sakuya. Namun—” Sepasang mata merah berkilauan di balik helmnya. “Anda masih bukan tandingan Putri Setsura.”

“…Setsura…?”

Lengan keempat muncul dari punggungnya dan mencengkram leher Sakuya.

“Kah…ah…”

Jari-jari dari lengan mengerikan itu menggali tenggorokannya. Mungkin Uzan menyebut nama mendiang saudarinya hanya untuk menggoyahkan tekad Sakuya. Itu melukai Sakuya untuk mengetahui bahwa pria yang pernah menjadi pendekar pedang Anggrek Sakura yang paling terkenal telah jatuh sejauh ini...

“…Bajingan, kau…!”

...Dia tidak bisa bernapas. Kesadarannya semakin kabur. Raikirimaru terlepas dari genggamannya dan menghilang ke udara tipis...

“…—kuya… Sakuya!”

Tapi saat itu, Sakuya mendengar suara yang tidak asing dari kejauhan.

“…Le-Leo… Menjauh…dari sini…!” gadis itu itu terengah-engah.

“Sepertinya kita ketahuan,” ucap salah satu anggota Satuan Kenki. “Uzan-sama, waktunya masih belum tiba. Tolong tekan kekuatan Pedang Iblis anda.”

“—Ya, aku mengerti.”

Lengan yang menahan Sakuya mengendur, dan dia ambruk ke tanah.

“…Ugh…,”

“Saya ingin anda menjadi bagian dari rencana kami, Putri Sakuya,” ucap Uzan, menatapnya. Kemudian, dia berbalik dan menghilang ke dalam kegelapan.

“Tu-Tunggu…”

Saat kesadarannya memudar, Sakuya bisa mendengar suara Leonis semakin dekat.



Post a Comment

Previous Post Next Post